Pengungsi Terus Menumpuk, Perang Merambah Separuh Ukraina
Perang di Ukraina belum kunjung reda. Pertempuran masih berlangsung di wilayah timur Ukraina.
Oleh
KRIS MADA DAN HARRY SUSILO DARI ZAPORIZHIA, UKRAINA
·5 menit baca
ZAPORIZHIA, KOMPAS - Rusia melancarkan serangan ke hampir semua provinsi di Ukraina selatan dan timur. Di tengah hujan artileri, serangan udara, hingga baku tembak jalanan itu, pengungsi terus menumpuk di wilayah yang masih dikendalikan Kyiv. Sebagian pengungsi belum menerima bantuan pemerintah.
Penguasa Darurat Militer Sumy, Kharkiv, Luhansk, Donetsk, Zaporizhia, Dnipro, Poltava, Kryvy Rih, Kherson, Mykolaiv, hingga Odesa melaporkan ada serangan menggunakan rudal jelajah. Sementara di Sumy, Kharkiv, Luhansk, Donetsk, Zaporizhia, dan Kherson, tercatat perpaduan artileri, serangan udara, dan perang kota pada Selasa (21/6/2022).
Penguasa Darurat Militer Luhansk Sergei Gaidai mengatakan, Lysychansk dan Sievierodonetsk dalam bombardir tanpa henti. ”Lysychansk diserang habis-habisan. Jumlah korban sedang diperiksa. Pesawat musuh terus menyerang. Mereka menyerang lagi jembatan rusak di antara Sievierodonetsk dan Lysychansk,” ujarnya secara tertulis.
Setidaknya 10 gedung, sejumlah rumah, dan satu pos polisi jadi sasaran. ”Kami belum bisa memastikan jumlah korban. Terlalu berbahaya untuk keluar rumah,” katanya.
Kota dan distrik lain di Luhansk juga jadi sasaran. Perang kota masih terjadi di Sievierodonetsk. Pabrik kimia Azot dan kawasan di sekitarnya menjadi lokasi pertempuran paling sengit di Sievierodonetsk. ”Sejak kemarin, keadaan sulit sekali. Pesawat musuh terbang tanpa henti,” kata Gaidai.
Di Sievierodonetsk, pasukan Ukraina praktis hanya bertahan di sekitar pabrik kimia Azot. Bagian lain kota itu sudah dikendalikan Rusia.
Penguasa Darurat Militer Kharkiv Oleg Syniehubov mengatakan, kawasan industri Kharkiv dan sejumlah kompleks perumahan menjadi target serangan. ”Kami meminta penduduk tidak keluar rumah, amat berbahaya,” ujarnya dalam pernyataan tertulis.
Kepala Kepolisian Kharkiv Volodymyr Tymoshko mengatakan, jaringan kereta api komuter Kharkiv jadi sasaran serangan pada Selasa dini hari. ”Ada tiga kereta rusak dan seorang pegawai perusahaan kereta cedera ringan,” katanya.
Otoritas Kharkiv memantau, gelombang pengungsian kembali mengalir deras dari provinsi paling timur Ukraina itu. ”Mereka (Rusia) mencoba memicu kepanikan,” ujarnya.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenko, mengatakan, pasukan Rusia di Pulau Ular kembali menggagalkan upaya pendaratan pasukan Ukraina di tempat itu. Pendaratan didahului serangan dari dua pesawat nirawak Bayraktar TB2 dan pesawat nirawak lain.
Pesawat intai Amerika Serikat, Global Hawk RQ-4, juga dipantau Moskwa mendekati pulau yang berada di selatan Odesa dan diduduki Rusia sejak hari pertama perang itu. Moskwa juga melacak serangan dengan rudal Tochka-U dan roket dari peluncur multilaras Uragan. ”Semua dihancurkan dengan Pantsir dan TOR,” ujarnya merujuk pada dua jenis artileri pertahanan udara Rusia.
Moskwa juga menyebut, Bayraktar TB2 dipakai menyerang anjungan pengeboran minyak lepas pantai di Laut Hitam. Anjungan BK-1 dan Krym-1 menjadi sasaran serangan itu.
Konashenko membenarkan, ada serangkaian serangan Moskwa ke Odesa. Targetnya, regu operator meriam M777 di Pulau Kubansky dan regu arhanud S-300 di Ochakov dan Tuzla. ”Rusia akan terus menyerang semua lokasi persenjataan Ukraina. Meriam M777 adalah sasaran empuk kami,” katanya.
Serangan di Luhansk dan Donetsk dinyatakan diarahkan ke tempat pemusatan pasukan dan persenjataan Ukraina. Moskwa menggunakan rudal udara ke darat dalam serangkaian serangan itu. Rusia juga menggunakan artileri medan untuk menyerang sejumlah posisi pasukan Ukraina.
Konashenko mengakui, Rusia mencoba memisahkan unit-unit pasukan Ukraina di garis depan dari unit-unit lain. Dengan demikian, mereka kehabisan pasokan dan diharapkan mau menghentikan perlawanan. Menurut klaim Moskwa, semakin banyak milisi dan serdadu Ukraina menolak berperang karena keadaan semakin sulit, termasuk di Azot.
Pengungsi
Gaidai mengatakan, upaya evakuasi dari Azot masih terus dilakukan. Paling tidak ada 568 warga sipil dalam pabrik itu. ”Mereka menolak dievakuasi. Kamis sudah membujuk mereka,” ujarnya.
Selain warga sipil, di dalam pabrik itu juga ada milisi dan tentara Ukraina. Gaidai telah meminta komandan di dalam pabrik itu merekam pernyataan video dari para warga sipil soal penolakan mereka dievakuasi dari tempat tersebut.
Adapun dari kawasan lain di Luhansk, upaya evakuasi terus dilakukan. Pemerintah Luhansk dan perusahaan kereta Ukraina menyediakan angkutan gratis hingga perbatasan Donetsk-Dnipro. Dari sana, mereka bisa menuju kota lain.
Sebagian pengungsi Ukraina ada di Zaporizhia. Kepala Caritas Mariupol cabang Zaporizhia, Ludmila Citcera, menyebut ada 150.000 pengungsi di kota Zaporizhia.
Jumlahnya lebih banyak lagi jika menghitung pengungsi di seluruh Provinsi Zaporizhia. Ada banyak lembaga kemanusiaan beroperasi di Zaporizhia sejak perang meletus. Bahkan, ada lembaga amal milik orang-orang kaya Ukraina ikut beroperasi di Zaporizhia.
Caritas Mariupol menyediakan layanan kesehatan, pendampingan psikologi dan hukum, serta penyaluran bantuan obat dan makanan. Ada pula angkutan gratis hingga ke perbatasan Ukraina dengan tetangga di barat dan selatan. ”Kami melayani semua pengungsi dari sejumlah provinsi Ukraina. Kami tidak hanya melayani dari Luhansk atau Mariupol,” kata Ludmila Citcera.
Sampai 24 Februari 2022, lembaga itu berkantor di Mariupol, Donetsk. Perang memaksa lembaga itu mengungsi ke Zaporizhia bersama ribuan orang lain dari Mariupol.
Penduduk Zaporizhia ada juga yang memanfaatkan layanan dari Caritas Mariupol, salah satunya Valentina Shramko (69). Ia mengaku kehilangan rumah di dekat perbatasan Zaporizhia-Kherson. Daerah itu termasuk bagian Zaporizhia yang diduduki Rusia.
Sebelum mengungsi ke Zaporizhia, Valentina Shramko terperangkap sebulan di tempat perlindungan bawah tanah. ”Dengan keajaiban, saya selamat sampai di sini,” katanya.
Kini, ia menumpang di rumah salah seorang warga Zaporizhia. Selama perang, warga Ukraina mengizinkan ruang hingga rumah mereka dipakai pengungsi sampai batas waktu yang tidak ditentukan.