Jika Mau Berbisnis dengan Arab Saudi, Bangunlah Dulu Kepercayaan
Tradisi investasi Arab Saudi ke Indonesia belum terbangun walau ada satu-dua pengusaha Saudi masuk ke Indonesia. Untuk membangun tradisi investasi itu, Indonesia perlu mulai berdagang lebih intensif dengan Arab Saudi.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
Tahun 2017, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud berkunjung ke Indonesia. Ini kunjungan pertama Raja Arab Saudi setelah Raja Faisal tahun 1970. Euforia melanda Tanah Air. Istana Kepresidenan berbunga-bunga. Ada harapan kala itu: investasi dari Arab Saudi bakal mengalir besar-besaran, sedikitnya 25 miliar dollar AS.
Apalagi, tak hanya kunjungan kenegaraan, Raja Salman juga berwisata ke Bali. Sembilan hari lamanya, diperpanjang dari rencana enam hari. Dari pertemuan bilateral, disepakati pembiayaan proyek senilai 7 miliar dollar AS. Meski tetap disyukuri, angka itu jauh dari harapan semula.
Walhasil, tak dapat dimungkiri, ada gurat kekecewaan di Jakarta. Mengapa kunjungan Raja Arab Saudi yang disambut penuh ingar-bingar itu tak mampu menarik investasi besar dari Tanah Suci? ”Harus dipahami dari kedua belah pihak,” kata Abdul Aziz Ahmad, Duta Besar RI untuk Arab Saudi, saat ditanya soal peristiwa tahun 2017 itu dalam wawancara secara daring, Rabu (15/6/2022).
”Dari sisi Saudi, apakah dari segi kepentingan Saudi, kepentingan ekonomi mereka terwakili atau tidak,” lanjut Abdul Aziz. ”Apakah pengucuran dana investasi sudah dianggap tepat bagi Saudi, apakah investasi itu memberi nilai lebih bagi para investor Saudi.”
”Dari sisi kami, kami perlu meningkatkan pemahaman budaya dan kepentingan ekonomi Saudi saat ini. Budaya bisnis Saudi mungkin berbeda dengan budaya bisnis Indonesia. Demikian juga kepentingan Saudi mungkin berbeda dengan kepentingan Indonesia.”
Dari pengamatannya, tradisi investasi Saudi ke Indonesia belum terbangun walau ada satu-dua pengusaha Saudi masuk ke Indonesia. Abdul Aziz memberi saran: akan lebih baik jika Indonesia mulai berdagang intensif dengan Saudi.
Dari data ekspor-impor kedua negara tergambar posisi perdagangan kedua negara. Arab Saudi berada di peringkat ke-24 negara tujuan ekspor dengan pangsa 0,7 persen. Negara itu di urutan ke-12 asal impor dengan pangsa 2,02 persen. Bagi Arab Saudi, Indonesia nomor 17 tujuan ekspor dan urutan ke-18 asal impor.
Abdul Aziz mengungkapkan, pada 2021 perdagangan kedua negara meningkat 40 persen dengan nilai 5,5 miliar dollar AS dibandingkan tahun 2020. ”Namun, nilai itu masih kecil jika melihat besaran ekonomi Saudi dan Indonesia,” katanya.
Bangun kepercayaan
Dengan meningkatkan kerja sama perdagangan lebih intensif, menurut Abdul Aziz, akan dibangun kepercayaan (trust) yang kuat antara pengusaha Arab Saudi dan Indonesia. ”Saat ini pembangunan trust antara pengusaha Saudi dan Indonesia masih sporadis. Kami akan berupaya agar trade (perdagangan) bisa meningkat, lalu akan kami dorong investasi,” ujarnya.
Abdul Aziz memaparkan, ada sejumlah komoditas nonmigas andalan ekspor Indonesia ke Arab Saudi, seperti kendaraan dan suku cadangnya, alat-alat listrik, dan minyak kelapa sawit. Ada juga komoditas lain yang berpotensi besar untuk diekspor ke negeri tersebut, misalnya kopi, beras, kakao, dan rempah-rempah.
Ketika Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan al-Saud berkunjung ke Jakarta, 7 Juni 2022, Menlu Retno LP Marsudi menyampaikan ada pembahasan perluasan pasar komoditas ekspor Indonesia di Arab Saudi.
Adapun mengenai investasi, Abdul Aziz mengungkapkan, tantangannya cukup besar. Hal ini karena Arab Saudi saat ini juga tengah menggenjot investasi dalam negeri. Perusahaan-perusahaan negara itu, yang berinvestasi di luar negeri, diminta kembali ke Riyadh.
Meski demikian, dalam pertemuan dengan Pangeran Faisal di Jakarta, menurut Retno, Presiden Joko Widodo menyampaikan harapan pada investasi Arab Saudi pada pembangkit listrik tenaga surya dan air, industri baterai litium, dan lain-lain. Harapan itu diperkirakan menjadi salah satu agenda kunjungan Presiden Jokowi ke Arab Saudi yang dijadwalkan pada Juli nanti.
Belum lama ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan berkunjung ke Arab Saudi dan bertemu Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.
Terkait hubungan Indonesia-Arab Saudi, Abdul Aziz juga berupaya meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan. Dari kerja sama ini, Arab Saudi diharapkan tidak hanya menjadi tujuan belajar mahasiswa Indonesia di bidang agama, tetapi juga di bidang-bidang ilmu umum, seperti kedokteran dan teknik. Begitu juga universitas-universitas di Indonesia menjadi pilihan belajar para mahasiswa dari Arab Saudi.