Indonesia-Arab Saudi Sepakat Perdalam Hubungan Ekonomi
Pemerintah Arab Saudi dan Indonesia sepakat untuk memperdalam hubungan ekonomi kedua negara di tengah hubungan dagang yang terus membaik meski pandemi. Indonesia berharap pasar Arab Saudi terbuka bagi produk Nusantara.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Indonesia dan Arab Saudi sepakat untuk memperdalam hubungan ekonomi kedua negara. Pada saat yang sama, kedua negara juga mendorong perundingan damai pada perang di Ukraina yang memiliki dampak negatif terhadap ketersediaan pangan dan energi dunia.
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi seusai pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan al-Saud di Jakarta, Selasa (7/6/2022).
Dalam penjelasannya, Retno mengatakan, meski pandemi memperburuk situasi perekonomian dunia, hubungan perdagangan Indonesia-Arab Saudi beberapa waktu terakhir cenderung menunjukkan peningkatan. Kemenlu mencatat, nilai perdagangan Indonesia-Arab Saudi pada tahun 2021 mengalami peningkatan lebih dari 40 persen dengan total nilai lebih dari 5,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 70 triliun. Tren ini, dinyatakan Retno, terus meningkat sampai kuartal pertama 2022.
Guna mendorong keseimbangan neraca perdagangan kedua negara, Retno mengatakan, Pemerintah Indonesia meminta Arab Saudi membuka pasarnya bagi produk asal Indonesia, seperti mobil penumpang (otomotif), produk minyak sawit, ikan olahan, dan unggas.
Tak hanya itu, kedua negara, menurut Retno, juga sepakat mendorong kolaborasi yang lebih apik antara Dana Investasi Publik Pemerintah Arab Saudi dan Badan Koordinasi Penanaman Modal/Kementerian Investasi. Dalam pertemuan antara Pangeran Faisal dengan Presiden Joko Widodo, Selasa pagi, menurut Retno, Presiden menyinggung implementasi proyek pembangkit listrik tenaga surya di Indonesia, industri baterai litium, tenaga air, dan penghentian pembangkit listrik tenaga batubara secara bertahap.
Pada saat yang sama, Retno mengapresiasi kebijakan Pemerintah Arab Saudi untuk memberikan kuota haji sebesar 100.051 anggota jemaah pada musim haji 2022. Jumlah kuota haji ini adalah yang terbesar yang diterima sebuah negara setelah masa pembatasan ibadah haji dilakukan selama dua tahun terakhir karena pandemi Covid-19.
Selain itu, Pemerintah Indonesia juga mengapresiasi keputusan Arab Saudi yang mencabut larangan perjalanan bagi warga negaranya ke Indonesia.
Kedua menlu juga membahas beberapa permasalahan internasional, termasuk situasi di Ukraina. Retno mengatakan, Indonesia dan Arab Saudi sama-sama menegaskan pentingnya penghormatan terhadap prinsip-prinsip kedaulatan dan integritas teritorial.
Konflik yang terjadi di Ukraina, menurut Retno, telah berdampak negatif pada seluruh dunia, terutama dalam hal ketersediaan bahan pangan dan energi.
”Kami sepakat bahwa setiap negara memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk memberikan resolusi damai kesempatan untuk berhasil,” kata Retno. Forum G20, tambah Retno, menjadi sangat penting sebagai katalisator pemulihan ekonomi global.
Retno menyebut Arab Saudi sebagai mitra strategis dan mitra dagang terbesar Indonesia di kawasan Timur Tengah. Pertemuan mereka tersebut merupakan pertemuan ketiga dalam enam bulan terakhir. Pertemuan di kantor Kementerian Luar Negeri itu berlangsung setelah Pangeran Faisal diterima Presiden Joko Widodo. ”Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, kita secara konsisten mempromosikan Islam yang toleran dan rahmatan lil alamin.
Sementara, Pangeran Faisal mengatakan, dalam hubungan bilateral, berbagai pembicaraan dan kesepakatan yang terjadi di antara kedua negara membuktikan bahwa Indonesia dan Arab Saudi berada di jalur yang tepat untuk terus memperdalam hubungannya. Pemerintah Arab Saudi melihat banyak potensi yang bisa dikembangkan dalam hubungan kedua negara.
”Kami juga melihat Visi Arab Saudi 2030 bisa berjalan beriringan dalam hubungan kedua negara untuk menciptakan keuntungan yang riil bagi kedua negara dan rakyat,” kata Pangeran Faisal.
Faisal juga menyatakan, Pemerintah Arab Saudi mendukung penuh Presidensi G20 Indonesia melalui situasi dan tantangan yang sangat sulit, mulai dari pandemi Covid-19 hingga perang di Ukraina.