Tahun 2022, Momentum Peningkatan Hubungan Indonesia-Azerbaijan
Hubungan bilateral yang terjalin baik dibicarakan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Duta Besar Azerbaijan untuk RI Jalal Mirzayev. Ada harapan hubungan bilateral di antara kedua negara lebih ditingkatkan di masa mendatang.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dan Azerbaijan sama-sama mengharapkan peningkatan hubungan bilateral di antara kedua negara yang telah terjalin selama sekitar tiga dekade terakhir. Hubungan bilateral dimaksud termasuk di bidang ekonomi, seperti di sektor perdagangan non-migas dan industri halal.
Hal ini mengemuka dalam pertemuan antara Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Duta Besar Azerbaijan untuk Republik Indonesia Jalal Mirzayev di Kediaman Resmi Wapres, di Jakarta, Selasa (21/6/2022).
”Dalam pertemuan tersebut dibicarakan mengenai hubungan bilateral di antara kedua negara yang sudah berjalan dengan sangat baik,” kata Direktur Asia Selatan dan Tengah Kementerian Luar Negeri Yohannes Jatmiko Heru Prasetyo dalam keterangan persnya seusai mendampingi Wapres Amin dalam pertemuan dengan Dubes Jalal Mirzayev.
Dubes Jalal pada kesempatan tersebut menyampaikan terima kasih kepada Wapres Amin atas dukungan Indonesia dalam berbagai forum internasional dan juga di dalam kerangka hubungan bilateral.
”Secara khusus, Ambassador Jalal Mirzayev juga membicarakan mengenai 30 tahun hubungan diplomatik yang akan dirayakan pada tahun 2022 dan menyampaikan permintaan untuk bisa menjadi momentum bagi kedua negara untuk lebih meningkatkan hubungan bilateral kita, khususnya melalui exchange of visits (saling kunjung) dan peningkatan mekanisme bilateral,” kata Jatmiko.
Secara khusus, Ambassador Jalal Mirzayev juga membicarakan mengenai 30 tahun hubungan diplomatik yang akan dirayakan pada tahun 2022 ini dan menyampaikan permintaan untuk bisa menjadi momentum bagi kedua negara untuk lebih meningkatkan hubungan bilateral kita.
Beberapa hal penting yang disampaikan Wapres Amin, antara lain, mengenai peningkatan hubungan bilateral di bidang ekonomi. ”Bapak Wakil Presiden menyampaikan harapan agar Duta Besar Azerbaijan dapat bekerja sama sepenuhnya untuk meningkatkan perdagangan produk-produk nonmigas antara Indonesia dan Azerbaijan ke depan,” ujar Jatmiko.
Peningkatan perdagangan produk-produk nonmigas tersebut diharapkan dapat menjadikan neraca perdagangan kedua negara lebih berimbang. Selain itu, ada harapan agar total perdagangan kedua negara ke depan juga dapat lebih tinggi.
”Saya kira, satu hal yang juga disepakati bersama oleh Bapak Dubes Jalal Mirzayev dan Bapak Wakil Presiden adalah peningkatan perdagangan dan juga kerja sama di bidang industri pariwisata halal dan juga tentunya produk-produk halal dari Indonesia (agar) bisa masuk ke Azerbaijan,” kata Jatmiko.
Satu hal yang juga disepakati bersama oleh Bapak Dubes Jalal Mirzayev dan Bapak Wakil Presiden adalah peningkatan perdagangan dan juga kerja sama di bidang industri pariwisata halal dan juga tentunya produk-produk halal dari Indonesia (agar) bisa masuk ke Azerbaijan.
Pada pertemuan tersebut, Dubes Jalal Mirzayev didampingi dua orang perwakilan dari Kedutaan Azerbaijan di Indonesia, Intigam dan Nisa. Adapun Wapres Amin didampingi oleh Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika; Staf Khusus Wapres Bambang Widianto, Satya Arinanto, dan Iggi Haruman Achsien; Direktur Asia Selatan dan Tengah Kementerian Luar Negeri Yohannes Jatmiko Heru Prasetyo; dan Pelaksana Tugas Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan dan Wawasan Kebangsaan Sekretariat Wapres Lukman Hakim Siregar.
Sebelumnya, pada pembukaan Kongres Halal Internasional Tahun 2022 di Bangka Belitung, pekan lalu, Wapres Amin menuturkan bahwa ekonomi dan keuangan syariah global terus menunjukkan tren yang semakin berkembang. Hal ini didorong, antara lain, oleh laju pertumbuhan populasi Muslim dunia yang meningkat.
Perkembangan ekonomi dan keuangan syariah tersebut juga seiring perubahan pola pikir konsumen yang ingin mengonsumsi produk-produk yang memenuhi syariat agama, standar etika, berkualitas tinggi, dan aman. Kebutuhan terhadap produk dengan atribut-atribut halal tersebut tidak hanya dirasakan oleh umat Muslim, tetapi juga masyarakat non-Muslim dan negara yang mayoritas penduduknya bukan Muslim.
Hal ini menjadikan produk ekonomi dan keuangan syariah bersifat inklusif, tidak diperuntukkan hanya bagi pemeluk agama Islam saja, tetapi juga dibutuhkan oleh beragam kalangan. ”Oleh karena itu, potensi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah secara global sangat besar, khususnya prospek di masa depan,” kata Wapres.