Rusia menggelar Forum Ekonomi Internasional St Petersburg ke-25, 15-18 Juni 2022. Forum ini menjadi salah satu ikhtiar Moskwa untuk menarik investasi baru di tengah sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
MOSKWA, RABU — Rusia menerima gelombang sanksi ekonomi dari Amerika Serikat dan Uni Eropa menyusul serangannya ke Ukraina per 24 Februari 2022. Oleh sebab itu, Rusia mulai melirik negara berkekuatan ekonomi lain yang bisa diajak kerja sama untuk mengatasi upaya isolasi AS dan Uni Eropa.
Serangan Rusia ke Ukraina berdampak pada perekonomian global. Perang yang telah berlangsung lebih dari 100 hari itu memperburuk ekonomi dunia yang sudah tertekan akibat pandemi Covid-19.
Rusia sendiri, sebagaimana negara-negara lain, tertekan perekonomiannya akibat pandemi. Namun, sanksi yang diberikan AS dan Uni Eropa semakin memukul negara itu. AS dan sekutu menerapkan sanksi ekonomi sehingga banyak pelaku usaha dari negara-negara itu tidak lagi berbisnis dengan Rusia sekalipun negeri Beruang Merah adalah salah satu ekonomi besar dunia.
Oleh sebab itu, Rusia mencari mitra-mitra baru sekaligus memperdalam kerja sama ekonomi dengan mitra-mitra lama yang setia melanjutkan hubungan ekonomi. Forum Ekonomi Internasional St Petersburg (SPIEF) yang dibentuk Kremlin 25 tahun silam menjadi salah satu platformnya.
Forum itu terutama bertujuan untuk menarik investasi asing. Forum itu juga membahas kebijakan ekonomi dan memproyeksikan keterbukaan bisnis atau kerja sama setelah Uni Soviet runtuh. Skalanya yang besar membuat forum itu disandingkan dengan forum-forum ekonomi dunia lainnya yang besar.
Tahun ini, Rusia membuka SPIEF ke-25 pada Rabu (15/6/2022). Acara akan berlangsung hingga Sabtu (18/6/2022). Juru Bicara Kremlin Yuri Ushakov menjelaskan, Presiden Vladimir Putin bakal memberikan pidato terkait penilaiannya terhadap kebijakan global dan ekonomi dunia di SPIEF St Petersburg.
”Diharapkan Presiden akan memberikan penilaian terhadap situasi ekonomi dan kebijakan global saat ini. Contoh kasusnya adalah masalah yang dihadapi ekonomi dunia secara luas saat ini, persaingan tidak sehat antar egara, perang perdagangan dan keuangan, sanksi, pembatasan, dan sebagainya,” katanya.
Presiden Putin, lanjut Ushako, akan menyampaikan penilaiannya tentang pembentukan model ekonomi multipolar. Putin juga akan berbicara tentang peluang dan potensi bagi para pebisnis dunia di pasar global.
”Presiden akan banyak berbicara tentang upaya yang akan dilakukan Rusia saat ini dan hari-hari esok, merangsang aktivitas bisnis domestik, menciptakan kondisi untuk kenyamanan berbisnis dan memperkuat hubungan perdagangan dan investasi eksternal,” tambah Ushakov.
.
Tidak ada nama perusahaan AS dan Uni Eropa yang berpartisipasi pada SPEF ke-26 ini. Perusahaan-perusahaan dari negara-negara itu tidak ingin terseret ke dalam kesulitan akibat terdampak sanksi yang diberikan pada Rusia.
Rusia pun melirik negara-negara lain yang tidak ikut genderang sanksi AS dan Uni Eropa. Salah satunya adalah China yang menjadi mitra ekonomi terbesarnya. China dan Rusia dalam banyak hal memiliki kesamaan kebijakan. Bahkan keduanya saling mendukung. Rusia dan China misalnya, sama-sama memveto sanksi terhadap Korea Utara di konflik Semenanjung Korea.
“Investor asing tidak hanya dari Amerika Serikat dan Uni Eropa,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. Dmitry merujuk ke wilayah Timur Tengah dan Asia dan menyadari bahwa China merupakan kekuatan ekonomi terbesar di dunia nomor dua.
Investor asing tidak hanya dari Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Dikutip dari Kantor Berita Rusia (TASS), setidaknya terdapat 40 delegasi negara yang diharapkan hadir dalam pertemuan itu. Sebanyak 1.244 perusahaan Rusia dan 265 perusahaan asing sudah mengonfirmasi kehadirannya.
Di saat yang sama, Kamar Dagang Amerika Serikat di Rusia bersama lembaga yang sama dari Perancis dan Italia juga akan membicarakan SPIEF ke-25 nanti. Mereka menggelar pertemuan dengan tema “Investor Barat di Rusia: Realitas Baru” setelah banyak tokoh bisnis dan perusahaan tak diundang dalam SPIEF ke-25 di St. Petersburg.
Hujan Sanksi
Rusia menuai hujan sanksi dari AS, Uni Eropa, dan Inggris karena menginvasi Ukraina. Sanksi dijatuhkan tak hanya pada individu, tetapi juga kekuatan finansial Rusia. Inggris misalnya, menjatuhkan sanksi pada lima bank Rusia dan tiga miliarder Rusia.
Jerman juga telah menghentikan sertifikasi proyek jalur pipa gas Rusia-Eropa, Nord Stream 2. Uni Eropatelah menggelontorkan enam paket sanksi . Uni Eropa juga akan membekukan aset dan larangan visa pada 351 anggota majelis rendah Rusia, State Duma.
Sementara Kanada juga telah menjatuhkan sanksi ekonomi tahap pertama. Ini berupa larangan bagi seluruh warga Kanada untuk menjalin kerja sama dan kesepakatan finansial dengan Luhansk dan Donetsk. (Kompas, 23 Februari 2022). Kanada juga akan melarang warganya terlibat dalam pembelian surat utang Rusia.
Ada pula sanksi yang dijatuhkan terhadap anggota parlemen Rusia karena mereka menyetujui pengakuan kemerdekaan Donetsk dan Luhansk. Sebanyak dua bank pemerintah Rusia juga terkenda sanksi. Tak berhenti sampai di situ, pesawat dari perusahaan Rusia mendapatkan larangan terbang di sejumlah negara, termasuk yang terakhir adalah di Sri Lanka.
Semua aset Rusia yang berada di bawah yurisdiksi AS akan dibekukan. Warga dan entitas AS dilarang berhubungan dengan entitas bisnis Rusia. Sberbank dan VTB Bank juga akan diincar jika Rusia masih nekat maju. Sementara Bank Rossiya sudah mendapat sanksi dari AS sejak 2014 karena berhubungan dekat dengan para pejabat Rusia. (REUTERS).