Jumlah persenjataan nuklir di dunia dikhawatirkan akan meningkat dalam beberapa dekade ke depan. Perang Ukraina-Rusia menjadi salah satu pemicunya.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
STOCKHOLM, SENIN — Gara-gara invasi Rusia ke Ukraina, jumlah persenjataan nuklir di dunia dikhawatirkan akan meningkat dalam beberapa dekade ke depan. Ini baru pertama kalinya terjadi sejak Perang Dingin. Selama 35 tahun terakhir persenjataan nuklir menurun, tetapi ada tren naik lagi karena adanya ketegangan akibat konflik Rusia-Ukraina. Sebagai gambaran, sembilan negara berkekuatan nuklir, yakni Inggris, China, Perancis, India, Israel, Korea Utara, Pakistan, Amerika Serikat, dan Rusia diperkirakan memiliki 12.705 hulu ledak nuklir pada awal 2022 atau 375 lebih sedikit ketimbang awal 2021.
Lembaga kajian konflik dan persenjataan, Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), menyampaikan kekhawatiran ini dalam kajian tahunan yang dipublikasikan, Senin (13/6/2022). Jumlah persenjataan nuklir sudah jauh menurun dari yang sebelumnya sekitar 70.000 unit pada tahun 1986. AS dan Rusia secara bertahap mengurangi simpanan persenjataan nuklir mereka sejak Perang Dingin. Akan tetapi, kini yang terjadi sebaliknya.
”Semua negara bersenjata nuklir meningkatkan persenjataan mereka dan sebagian besar mempertajam retorika nuklir dan peran senjata nuklir dalam strategi militer mereka. Ini tren yang mengkhawatirkan,” kata Direktur Program Senjata Pemusnah Massal SIPRI Wilfred Wan.
Tiga hari setelah invasi Rusia ke Ukraina, yang disebut Kremlin sebagai ”operasi militer khusus”, Presiden Rusia Vladimir Putin menempatkan penangkal nuklir Rusia dalam siaga tinggi. Ia juga memperingatkan konsekuensi yang akan terjadi jika negara-negara lain menghalangi jalan Rusia. Rusia memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia dengan total 5.977 hulu ledak, sekitar 550 unit lebih banyak daripada yang dimiliki Amerika Serikat. Kedua negara itu menguasai lebih dari 90 persen hulu ledak nuklir di dunia. China saat ini diperkirakan tengah menggenjot persenjataan nuklirnya dengan menambah sekitar 300 rudal baru.
Selama invasi, Putin kerap menyinggung penggunaan senjata nuklir. Salah satu penulis laporan itu, Matt Korda, menilai proses perlucutan persenjataan nuklir akan semakin sulit beberapa tahun ke depan gara-gara konflik Rusia-Ukraina. Lantaran Putin sering mengungkit soal nuklir, semua negara berkekuatan nuklir menjadi ikut memikirkan strategi nuklirnya masing-masing.
SIPRI menyebutkan, jumlah global hulu ledak nuklir turun menjadi 12.705 unit pada Januari 2022 dari 13.080 unit pada Januari 2021. Diperkirakan ada 3.732 hulu ledak yang dikerahkan dengan rudal dan pesawat. Sekitar 2.000 unit, hampir semuanya milik Rusia atau AS, yang disimpan dalam status kesiapan tinggi. Simpanan nuklir Rusia turun sebanyak 280 hulu ledak dibandingkan tahun lalu. Penurunan itu bisa jadi karena sudah digunakan, masih disimpan, atau tengah dalam proses dilucuti. Namun, masih ada 1.600 hulu ledak yang diduga bisa segera digunakan dalam waktu cepat.
Adapun AS mempunyai 5.428 hulu ledak, berkurang 120 hulu ledak dibandingkan tahun lalu. AS lebih banyak meluncurkan nuklir ketimbang Rusia dengan 1.750 hulu ledak. China berada di peringkat ketiga dengan 350 hulu ledak yang sudah diluncurkan. Disusul Perancis dengan 290 hulu ledak, Inggris 225, Pakistan 165, India 160, dan Israel 90 hulu ledak. Israel merupakan salah satu dari sembilan negara berkekuatan nuklir yang tidak secara resmi mengakui mempunyai persenjataan nuklir. Sementara Korea Utara disebutkan memiliki 20 hulu ledak dan diduga mempunyai material yang cukup untuk memproduksi 50 hulu ledak.
Pada awal 2022, kelima negara anggota permanen Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang juga berkekuatan nuklir, yakni Inggris, China, Perancis, Rusia, dan AS, mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan tidak akan ada yang menang dalam perang nuklir dan jangan sampai perang nuklir terjadi. Meski ada pernyataan itu, sebut SIPRI, tetap saja kelima negara berkekuatan nuklir itu terus mengembangkan dan memodernisasikan simpanan nuklirnya. Bahkan, mereka semakin menganggap penting senjata nuklir dalam strategi militer mereka.
"China sedang mengembangkan persenjataan nuklir, termasuk pengembangan sekitar 3.000 silo rudal baru,” sebut SIPRI.
Menurut Departemen Pertahanan AS, China kemungkinan akan memiliki 700 hulu ledak pada 2027. Inggris tahun lalu juga mengatakan akan meningkatkan pagu total persediaan hulu ledaknya dan tidak akan lagi secara terbuka mengungkapkan angka-angka untuk senjata nuklir yang dioperasikan. Menteri Pertahanan China Wei Fenghe mengatakan, setelah mengembangkan kemampuan selama lebih dari lima dekade, kekuatan China mengalami kemajuan pesat dan ini ditunjukkan pada saat parade militer Hari Nasional 2019.
”Terus terang, kebijakan China tentang tenaga nuklir konsisten. Kami menggunakannya untuk pertahanan diri. Kami tidak akan menjadi negara pertama yang menggunakan tenaga nuklir dan kami mengembangkan kemampuan nuklir dengan tujuan akhir menghilangkan senjata nuklir. Kami mengembangkan kemampuan nuklir untuk melindungi kerja keras damai rakyat China dan untuk melindungi negara kami dari bencana perang, khususnya perang nuklir,” kata Wei, seperti dikutip Global Times, Minggu (12/6/2022).
Semua senjata dan peralatan yang ditampilkan pada parade militer merayakan Hari Nasional ke-70 pada 2019 tidak untuk berpartisipasi dalam perlombaan senjata. ”China mengejar pembangunan damai dan tidak mencari hegemoni. Ini tertulis dalam konstitusi dsn konstitusi Partai Komunis China,” kata Wei.
”Hubungan antara kekuatan besar dunia memburuk pada saat umat manusia dan planet ini tengah menghadapi serangkaian persoalan bersama yang mendalam dan mendesak yang hanya dapat diatasi dengan kerja sama internasional,” kata Ketua Dewan SIPRI dan mantan Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven. (REUTERS/AFP)