China Berjuang sampai Akhir untuk Cegah Kemerdekaan Taiwan
China akan menjaga integritas teritorialnya dengan berbagai cara untuk mencegah kemerdekaan Taiwan. Namun, China juga menyerukan hubungan yang lebih stabil dengan AS.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
SINGAPURA, MINGGU —China akan berusaha keras dengan berbagai cara untuk menghentikan semua usaha yang bertujuan mendorong kemerdekaan Taiwan. Beijing menyatakan tidak punya pilihan lain selain akan melawan dengan kekuatan militer terhadap upaya memisahkan Taiwan dari China.
Menteri Keamanan China Wei Fenghe mengatakan itu ketika berpidato pada forum para menteri pertahanan Asia-Pasifik yang dikenal sebagai Dialog Shangri-La, Minggu (12/6/2022), di Singapura. Pertemuan itu, menurut Al Jazeera, dihadiri lebih dari 400 anggota delegasi dari sedikitnya 40 negara.
Wei mengatakan, militer China akan menjaga integritas teritorialnya. ”Kami akan berjuang dengan segala cara dan akan berjuang sampai akhir,” kata Wei. ”Tidak seorang pun boleh meremehkan tekad dan kemampuan angkatan bersenjata China untuk menjaga integritas teritorialnya,” katanya.
”Mereka yang mengejar kemerdekaan Taiwan dalam upaya memecah China pasti tak akan berakhir baik,” ujarnya. Wei mendesak Amerika Serikat berhenti mencoreng dan menghambat China, berhenti mencampuri urusan dalam negeri China, dan berhenti merugikan kepentingan China.
Meski demikian, Wei juga mengeluarkan pernyataan bernada lunak dan terdengar lebih menyejukkan terkait beberapa isu penting. Dia menyerukan hubungan China-AS yang lebih stabil lagi. Ia mengatakan, hubungan seperti itu amat penting untuk perdamaian global.
Pernyataan keras Wei tampaknya untuk membalas pidato Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di forum yang sama, Sabtu (11/6/2022). Austin menuduh intrusi pesawat militer China ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan telah mengganggu stabilitas kawasan.
Selama pidato, Austin menekankan pentingnya jalur komunikasi yang sepenuhnya terbuka dengan para pemimpin pertahanan China demi menghindari salah perhitungan. Namun, sehari sebelumnya, Jumat (10/6/2022), keduanya mengadakan pembicaraan tatap muka pertama kali.
Ketegangan di Taiwan telah meningkat, khususnya karena meningkatnya intrusi atau aktivitas pesawat militer China ke ADIZ pulau itu. Beijing menganggap Taiwan, yang telah memiliki pemerintahan demokratis, sebagai bagian dari Satu China.
Presiden AS Joe Biden, dalam kunjungan ke Jepang bulan lalu, mengeluarkan pernyataan mengejutkan. Saat itu Biden mengatakan, AS akan membela Taiwan secara militer jika diserang China. Pernyataan itu dikecam Beijing karena AS hanya mengakui Satu China.
Gedung Putih sejak itu bersikeras dengan kebijakan strategisnya yang ambigu mengenai apakah akan campur tangan atau tidak jika suatu saat China menyerang Taiwan. Meski mengakui Satu China, Washington selama ini terus memperkuat hubungan ekonomi dan militer dengan Taiwan.
Perang mulut antara Wei dan Austin adalah seri terbaru perseteruan Beijing-Washington yang sering bersitegang karena isu Laut China Selatan serta pelanggaran HAM di Hong Kong dan Xinjiang. Klaim ekspansif China di laut memicu ketegangan dengan negara pengklaim lainnya di kawasan.
China, yang klaim historisnya digugurkan Mahkamah Arbitrase Internasional (PCA) di Den Haag pada 2016, telah memiliterisasi kawasan. Langkah itu termasuk mengerahkan pesawat militer dan kapal perang serta mencegat pesawat patroli negara lain di wilayah udara internasional dengan cara yang berbahaya.
Wei bersikeras China menghormati kebebasan navigasi di laut. Ia menyerang balik Washington. ”Beberapa kekuatan besar telah lama mempraktikkan hegemoni dengan dalih kebebasan navigasi,” katanya. Ia mencontohkan tindakan seperti mengirim kapal perang dan jet tempur ke Laut China Selatan.
Menurut Wei, China selaku sekutu utama Korea Utara menginginkan perdamaian di Semenanjung Korea setelah Pyongyang menggelar serangkaian uji coba rudal balistik. ”Kunci (penyelesaian) masalah adalah memperhatikan dan memenuhi kepentingan keamanan semua pihak,” katanya.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Lee Jong-sup di forum yang sama, Minggu, mengatakan, Seoul akan meningkatkan kemampuan pertahanan. Korsel-AS bermitra dalam menghadapi ancaman Korut. ”Tingkat ketegangan di Semenanjung Korea tetap lebih tinggi dari tempat lain di mana pun,” katanya.
Senjata nuklir
Selain itu, Wei membanggakan kemampuan China dalam mengembangkan senjata nuklir terbaru. Menurut dia, China telah membuat kemajuan yang mengesankan dalam mengembangkan senjata nuklir baru. Namun, senjata itu akan digunakan hanya untuk membela diri.
Menanggapi pertanyaan tentang laporan tahun lalu bahwa China telah membangun sekitar 119 silo rudal nuklir baru di China timur, Wei mengatakan China selalu mengejar jalan yang tepat untuk mengembangkan kemampuan nuklir demi melindungi negara. Wei mengatakan, senjata nuklir yang dipamerkan dalam parade militer 2019 di Beijing, termasuk peluncur rudal balistik antarbenua DF-41, sudah beroperasi. ”China telah mengembangkan kemampuannya selama lebih dari lima dekade. Ada kemajuan yang mengesankan,” katanya.
”Kebijakan China konsisten. Kami menggunakannya untuk pertahanan diri. Kami tidak akan menjadi yang pertama menggunakan (senjata) nuklir,” kata Wei sambil menambahkan bahwa tujuan akhir senjata nuklir China adalah untuk mencegah perang nuklir.
Departemen Luar Negeri AS, tahun lalu, menyebut pembangunan nuklir China mengkhawatirkan. Disebutkan pula, Beijing telah menyimpang dari strategi nuklirnya. Beijing diminta terlibat dengan Washington pada langkah praktis mengurangi risiko destabilisasi akibat perlombaan senjata.
Sementara itu, untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir, menteri pertahanan China dan Australia bertemu di sela-sela Dialog Shangri-La di Singapura. Wei dan Menhan Australia Richard Marles menyebut pertemuan itu sebagai langkah pertama yang penting.
”Itu kesempatan untuk melakukan dialog yang jujur dan penuh di mana saya mengangkat sejumlah masalah yang menjadi perhatian Australia,” kata Marles yang juga Wakil Perdana Menteri Australia itu.
Pemerintah China tidak memberikan komentar segera setelah pertemuan Wei dan Marles. Hubungan China-Australia membeku dalam beberapa tahun terakhir setelah Canberra menyerukan penyelidikan independen tentang asal usul pandemi Covid-19 tahun lalu. (AFP/AP/REUTERS)