Iran Copot Puluhan Kamera Pengawas Program Nuklirnya
Pemerintah Iran memutuskan mencopot puluhan kamera pengawas program pengayaan nuklirnya. Teheran kecewa dengan sikap IAEA.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
TEHERAN, KAMIS – Dunia harus menunggu lebih lama terwujudnya kembali kepatuhan atas JCPOA (Rencana Aksi Komprehensif Bersama) 2015 atau yang lebih dikenal sebagi Kesepakatan Nuklir Iran, setelah Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengeluarkan resolusi terhadap Iran, yang isinya meminta penjelasan tentang kegiatan pengayaan uraniumnya di beberapa lokasi yang tidak diumumkan. Resolusi itu membuat Iran memutuskan untuk mematikan 27 kamera yang digunakan oleh IAEA untuk mengawasi program pengayaan dan membuat lembaga ini tidak memiliki akses lagi terhadap kegiatan itu.
“Tindakan ini akan menjadi pukulan fatal (untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran),” kata Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi di Vienna, Rabu (8/6/2022).
Sejak pekan lalu, Dewan Gubernur IAEA telah didorong untuk menegur Iran karena gagal memberikan jawaban tentang jejak uranium di lokasi pengayaan rahasia. Sebuah rancangan resolusi yang diduga diusung Amerika Serikat, Inggris dan Jerman serta Perancis, menyerukan agar Iran memenuhi kewajiban hukumnya dan menyelesaikan semua masalah perlindungan.
Masalah ini mengemuka ketika IAEA melaporkan kepada negara-negara anggota bahwa Iran belum bisa memberikan jawaban yang meyakinkan soal ditemukannya partikel uranium pada tiga lokasi instalasi nuklir tua dan belum dilaporkan. Tiga lokasi tempat ditemukannya partikel uranium milik Iran adalah Marivan, Varamin dan Turquzabad. Ketiganya juga belum dilaporkan sebagai tempat kegiatan nuklir Iran. (Kompas.id, 2 Juni 2022)
Resolusi itu akhirnya disetujui oleh sebagian besar anggota Dewan Gubernur IAEA yang terdiri dari 35 negara. Hanya Rusia dan China, sekutu Iran, yang menentang resolusi tersebut. India, Libya dan Pakistan abstain.
Resolusi itu menyebutkan, Dewan Gubernur menyatakan keprihatinan mendalam bahwa jejak uranium yang ditemukan di tiga lokasi yang tidak dideklarasikan tetap tidak dapat dijelaskan karena kerja sama yang tidak memadai oleh Iran. Dewan Gubernur IAEA meminta Teheran untuk terlibat dengan pengawas "tanpa penundaan".
Grossi mengatakan, kehilangan 27 kamera pengawas proses pengayaan nuklir Iran meningkatkan risiko terhentinya informasi yang bisa diolah oleh para inspektur pengawas untuk melacak kemajuan Teheran untuk memiliki persenjataan nuklir.
“Ketika kita kehilangan kamera-kamera ini, maka semua orang hanya akan bisa menebak-nebak,” ujarnya.
Pemerintah Iran tidak segera mengakui bahwa mereka telah mematikan puluhan kamera pengawas yang telah ditempatkan IAEA sejak JCPOA ditandatangani, tahun 2015. Namun, stasiun televisi milik pemerintah menyatakan, IAEA tidak pernah berterima kasih atas kerja sama yang ekstensif yang telah dilakukan oleh Pemerintah Iran. “Mulai hari ini otoritas terkait telah memerintahkan agar kamera online enrichment monitor (OLEM) dimatikan,” kata stasiun televisi pemerintah.
Menurut Grossi, kamera yang akan dimatikan berada di lokasi pengayaan uranium di fasilitas pengayaan nuklir bawah tanah Natanz, serta fasilitasnya di Isfahan. Sejauh ini, perangkat yang dimatikan adalah OLEM dan flowmete yang berfungsi sebagai piranti untuk memantau secara langsung pengayaan uranium.
Grossi juga memberi informasi kepada sejumlah anggota bahwa pemerintah Iran telah menginformasikan rencana untuk memasang dua kaskade baru IR-6 di Natanz. Kaskade adalah serangkaian sentrifugal yang dihubungkan bersama untuk memutar gas uranium dengan cepat untuk memperkayanya. Sebelumnya, Iran telah memasang kaskade IR-6 di fasilitas pengayaan nuklir mereka di Fordo.
Juru bicara program nuklir Iran Behrouz Kamalvadi mengatakan, tindakan IAEA tersebut tidak dapat diterima. “Tidak dapat diterima bahwa mereka menunjukkan perilaku yang tidak pantas sementara Iran terus bekerja sama. Kami berharap mereka sadar dan melihat tindakan Iran ini sebagai bagian dari kerja sama,” kata Kamalvadi.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menilai resolusi itu telah mengungkapkan wajah asli Iran. “Pemungutan suara IAEA adalah lampu peringatan yang jelas bagi Iran: Jika Iran melanjutkan aktivitasnya, negara-negara terkemuka harus membawa masalah itu kembali ke Dewan Keamanan PBB,” kata Bennett, di tengah kunjungannya ke Uni Emirat Arab.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mendesak AS untuk merespons secara positif kekhawatiran yang sah dari pihak Iran. (AP/AFP/Reuters)