DPR AS Loloskan Rancangan Aturan Pengendalian Senjata Api
Desakan mengesahkan undang-undang pengendalian senjata kian gencar di AS seturut sejumlah rentetan penembakan. Kuncinya kini beralih ke tangan para senator.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — DPR Amerika Serikat meloloskan rancangan undang-undang pengendalian senjata setelah rangkaian peristiwa penembakan di sekolah, rumah sakit, dan sejumlah tempat lain di negara itu semakin meresahkan. Kini, sejumlah desakan tertuju pada para senator yang akan mengesahkannya.
Rancangan yang diloloskan pada Rabu (8/6/2022) waktu setempat itu didukung 223 anggota DPR. Sebanyak 204 anggota lain menentang. DPR AS dikuasai Partai Demokrat, pengusung Presiden Joe Biden. Meski demikian, ada dua anggota DPR dari Partai Demokrat yang menentang rancangan UU tersebut.
Dalam rancangan undang-undang tersebut, DPR AS mengusulkan untuk menaikkan batas umur penggunaan senjata dari 18 tahun menjadi 21 tahun. Kebijakan itu juga mengatur soal larangan membeli magasin atau tempat pengisian peluru yang berkapasitas 15 butir.
Rancangan UU tersebut mengatur persoalan penyimpanan senjata yang aman dan hukuman karena melanggar persyaratan penyimpanan senjata. Pelanggar bisa dikenai denda dan penjara hingga lima tahun jika senjata tidak disimpan dengan benar dan kemudian digunakan oleh anak di bawah umur untuk melukai atau membunuh diri sendiri atau orang lain.
Desakan mengesahkan undang-undang pengendalian senjata kian gencar di AS seturut sejumlah rentetan penembakan. Pada 25 Mei 2022, penembakan terjadi di Texas. Salvador Ramos (18) menggunakan senapan semiotomatis jenis AR-15 di Sekolah Dasar Robb, Uvalde, yang menewaskan 19 siswa dan dua guru.
Seminggu setelah itu, penembakan kembali terjadi di Rumah Sakit St. Francis, Tulsa, Oklahoma, yang dilakukan oleh Michael Louis (45) asal Muskogee. Lima orang tewas dalam kejadian itu, termasuk Louis. Ia juga menggunakan senapan semiotomatis jenis AR-15.
Kepala Kepolisian Tulsa Wendell Franklin mengungkapkan, Louis membunuh dokter ahli bedahnya sendiri, Preston Phillips, karena tak bisa menahan rasa sakit yang berlanjut pasca-operasi punggung beberapa hari sebelum penembakan. Louis memang menargetkan dokternya itu dan dengan sengaja menembak tiga orang lainnya setelah menembak Phillips.
Lalu lima hari lalu, penembakan lain terjadi di Philadelphia dan menyebabkan dua orang tewas dan 13 orang lainnya luka-luka.
Saat sidang DPR AS, salah satu penyintas, Miah Cerrillo yang baru berumur 11 tahun, bercerita di depan para anggota DPR tentang horor yang dialaminya saat penembakan terjadi di sekolahnya. Ia berusaha kabur dari penyerang bersama temannya, tetapi temannya terkena tembakan. ”Aku mengambil darahnya, lalu menutupi tubuhku,” katanya.
”Kita tidak bisa menyelamatkan setiap nyawa, tapi kita harus mencobanya. Hari ini, kami mengambil tindakan atas desakan masyarakat,” kata salah satu anggota DPR AS dari Partai Republik, Veronica Escobar.
Walakin, pertentangan juga hadir di tengah kubu Republik. Anggota DPR dari Partai Republik yang menentang undang-undang tersebut, Thomas Massie, mengungkapkan, larangan penggunaan senjata untuk orang di bawah usia 21 tahun atau yang berumur 18 tahun tidak sesuai konstitusi, bahkan tidak bermoral.
”Mengapa tidak bermoral? Sebab, kita menyuruh anak-anak berusia 18, 19, dan 20 tahun untuk mendaftar wajib militer. Kalian bisa mati untuk negara dan berharap negara membela kita, tetapi negara tidak memberikan alat untuk membela diri dan keluarga kalian,” kata Thomas.
Meski sudah lolos, masih ada celah untuk menghambat rancangan UU tersebut. Kuncinya, kini beralih ke para senator di AS. Mereka beralasan sedang fokus pada undang-undang keamanan sekolah dan kesehatan mental daripada pengendalian senjata. Senat AS setidaknya membutuhkan 60 suara dari 100 senator untuk lolos di majelis tinggi dan mengesahkan undang-undang tersebut. (AP/REUTERS)