Joe Biden berkunjung ke Korea Selatan dan dilanjutkan ke Jepang. Amerika Serikat ingin kembali menjadi pemain penting di Indo-Pasifik.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
SEOUL, JUMAT – Presiden Amerika Serikat Joe Biden dijadwalkan mendarat di Seoul, Korea Selatan pada hari Jumat (20/5/2022) petang. Biden mengawali kunjungannya ke Asia dengan melakukan lawatan ke Korea Selatan dan Jepang. Hal ini ia lakukan untuk menegakkan kembali wibawa AS di kawasan yang semakin banyak melihat pengaruh geopolitik China.
“Kami optimistis lawatan ini akan memberi hasil yang positif terhadap hubungan AS dan negara-negara di Indo-Pasifik,” kata Penasihat Keamanan Gedung Putih Jake Sullivan sebelum menaiki pesawat kepresidenan Air Force One di Washington, AS, Kamis (19/5/2022).
Ia memaparkan, kunjungan-kunjungan tersebut untuk memantapkan hubungan AS dengan negara-negara di Asia. Biden untuk pertama kalinya akan bertemu dengan Presiden Korsel Yoon Suk-yeol yang baru sepuluh hari dilantik sebagai kepala negara. Mereka akan mengunjungi pabrik Samsung di Pyeongtaek dan juga meninjau latihan gabungan militer AS dengan Korsel.
Tidak ada jadwal Biden akan mengunjungi Panmunjom atau zona demiliterisasi yang merupakan perbatasan Korsel dengan Korea Utara (Korut). Setelah itu, pada Minggu (22/5/2022) Biden akan terbang ke Jepang. Di Tokyo, ia akan rapat dengan Pakta Pertahanan Quadrilateral (Quad) yang terdiri dari AS, Jepang, India, dan Australia.
“Kunjungan ini sama sekali tidak bermaksud untuk menantang China, melainkan menunjukkan kekompakan AS dengan negara-negara sahabat di Asia,” tutur Sullivan.
Meskipun demikian, para pengamat politik meyakini kunjungan itu dilakukan akibat kekhawatiran perluasan pengaruh politik China di Taiwan. Melihat perbuatan Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari lalu, ada kekhawatiran hal serupa terjadi kepada Taiwan yang selama ini memiliki hubungan tegang dengan Beijing.
Di samping itu, juga ada ketegangan akibat perilaku Korut yang selama dua tahun terakhir kerap menguji coba persenjataan mereka. Termasuk rudal hipersonik dan rudal yang bisa membawa hulu ledak nuklir. Terkait masalah itu, Sullivan mengatakan bahwa jika Korut memutuskan melakukan uji coba senjata selama lawatan Biden, AS beserta sekutu pasti akan menaikkan postur militer di Asia.
Presiden Korsel Yoon Suk-yeol sejak kampanye telah mengutarakan perlunya sikap yang lebih tegas dalam menghadapi Korut. Ia mengharapkan peningkatan hubungan dengan AS. Melalui akun Twitter pribadinya, Yoon mencuit ia menyambut hangat kedatangan Presiden Biden. Yoon juga meyakini relasi Korsel-AS akan menguat, terutama dalam penegakan demokrasi dan perlindungan hak asasi manusia.
“Ketegasan sikap kita terhadap Korut harus ditunjukkan melalui peningkatan pertahanan,” tutur Wakil Kepala Penasihat Keamanan Nasional Korsel Kim Tae-hyo kepada kantor berita Yonhap.
Menurut dia, semestinya pertemuan itu juga bisa mengaktifkan kembali Kelompok Strategi untuk Konsultasi dan Pencegahan Berkeluasan (EDSCG) yang vakum sejak tahun 2018. Melalui EDSCG program-program kerja sama militer maupun keamanan kedua negara bisa dikelola secara efektif.
Yoon turut diperkirakan mengumumkan bergabungnya Korsel ke dalam Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik. Ini adalah inisiatif yang dikembangkan oleh Biden guna mengamankan rantai pasok internasional, mengembangkan perekonomian digital, dan membangun infrastruktur ramah lingkungan yang berkelanjutan.
China sempat mengutarakan protes ketika kerangka ini diumumkan. Mereka menuduh AS berusaha menghasut negara-negara lain untuk tidak melakukan kerja sama dengan China yang terkenal sebagai pemasok komoditas mentah maupun jadi terbesar di dunia. Seoul memberi tanggapan bahwa bergabung dengan kerangka ini sama sekali tidak memengaruhi kerja sama ekonomi mereka dengan Beijing.
Sementara itu, di Jepang, rencana rapat Quad dipersiapkan secara teliti. Intelijen Jepang memastikan bahwa China akan mengawasi dengan saksama jalannya pertemuan tersebut. Terlepas Jepang-China sudah 50 tahun memiliki pembaruan hubungan selepas Perang Dunia II, situasi belakangan tidak begitu baik.
Dilansir dari surat kabar Yomiuri, pada hari Rabu (18/5/2022), Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi melakukan rapat daring dengan Menlu China Wang Yi. Jepang mengemukakan keberatan mereka mengenai masuknya kapal-kapal China ke perairan Senkoku di Okinawa maupun intrusi pesawat militer China ke wilayah pertahanan udara Tokyo.
“Kami tidak memperoleh tanggapan yang positif ataupun solutif dari China mengenai permasalahan Laut China Timur dan Laut China Selatan. Padahal, saya sudah menjelaskan kepada China bahwa antipati masyarakat Jepang terhadap Beijing semakin tinggi,” kata Hayashi. (AFP)