Payung Merk Tenama Seharga Rp 24 Juta Diprotes Warga China
Gucci dan Adidas akan meluncurkan payung seharga Rp 24 juta per biji pada 7 Juni 2022. Promosinya yang telah beredar menuai protes warga China yang mengangap payung mahal itu tidak fungsional sama sekali.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·2 menit baca
Sebuah produk payung yang akan diluncurkan bersama oleh merek kenamaan Gucci dan Adidas memicu protes di media sosial China. Produk yang dinamai “payung matahari” dan dihargai senilai 11.100 yuan atau hampir Rp 24 juta perbiji itu dinilai tidak fungsional karena tidak dapat menahan air hujan.
Pembicaraan bernada protes atas “payung matahari” itu viral di media sosial China, Weibo, dalam beberapa hari terakhir. Warganet menyebut payung itu sebagai payung bocor. Sebuah tagar di Weibo berbunyi "payung kolaborasi yang dijual seharga 11.100 yuan tidak tahan air," sejauh ini telah dilihat lebih dari 140 juta kali.
Seorang pengguna menyebut payung itu sebagai klaim "mode yang sangat besar tetapi tidak berguna". "Selama saya miskin, mereka tidak akan bisa menipu saya untuk membayar ini," kata pengguna lain seperti dikutip media BBC.
Gucci dan Adidas tidak segera menanggapi permintaan komentar atas protes itu. Namun, juru bicara Gucci mengatakan kepada Caijing, majalah yang berbasis di Beijing, bahwa produk itu memang "tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai payung sehari-hari".
Laman Gucci menyebutkan, payung itu memang "tidak tahan air dan dimaksudkan untuk semata perlindungan dari sinar matahari atau penggunaan dekoratif". Payung tersebut merupakan bagian dari koleksi bersama yang sedang dipromosikan secara daring sebelum dirilis bulan depan. Payung itu akan dirilis pada 7 Juni mendatang sebagai bagian dari koleksi baru merek Gucci dan raksasa pakaian olahraga Adidas.
China adalah pasar utama bagi merek-merek mewah terkemuka. Menurut data perusahaan konsultan Bain & Company, sepanjang tahun lalu penjualan barang mewah di China naik 36 persen dibanding tahun sebelumnya. Di antara berbagai protes warganet, masih ada sebagian di antaranya yang menilai payung itu mungkin menarik untuk dikoleksi.
"Mereka yang bersedia membayar barang-barang mewah itu untuk menunjukkan status mereka. Mereka tidak peduli dengan kepraktisan," tulis seorang warganet. (BEN)