Pengamat: KTT ASEAN-AS Tak Lahirkan Lompatan Besar
Setelah lima hari berada di AS, salah satunya menghadiri KTT ASEAN-AS, Presiden Jokowi kembali ke Tanah Air. Pengamat menilai KTT ASEAN-AS tak melahirkan lompatan besar. Hasil kesepakatan dinilai tak konkret.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah lima hari kunjungan kerja ke Amerika Serikat, Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana kembali ke Tanah Air. Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT Khusus ASEAN-AS di AS yang dihadiri oleh Presiden Jokowi dinilai tidak membuat lompatan besar. AS tidak berusaha melihat ASEAN dalam kerangka yang lebih maju sebagai satu mitra penting dalam mengembangkan kerja sama inklusif di Indo-Pasifik.
Pesawat Garuda Indonesia, GIA-1, yang membawa Presiden dan rombongan lepas landas dari Pangkalan Militer Andrews, Washington DC, sekitar pukul 17.38 waktu setempat. ”Pulang ke Tanah Air. Setelah lima hari berkunjung dan menghadiri KTT ASEAN-AS di Amerika Serikat, kami meninggalkan Washington pada Sabtu petang,” ujar Presiden Jokowi di laman media sosialnya, Minggu (15/5/2022).
Tampak melepas Presiden Jokowi dan Ibu Iriana di tangga pesawat yaitu Duta Besar RI untuk AS Rosan Roeslani beserta istri. Presiden dan rombongan direncanakan akan singgah di Bandar Udara Internasional Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada Minggu sore waktu setempat untuk menyampaikan dukacita atas wafatnya Yang Mulia Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan pada Jumat (13/5/2022).
”Saya dan rombongan akan singgah di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada Minggu sore, untuk menyampaikan dukacita kepada pemerintah, masyarakat, dan keluarga atas wafatnya Yang Mulia Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan,” kata Presiden.
KTT ASEAN-AS yang digelar di Washington DC pada 12 Mei-13 Mei 2022, menurut Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi dalam keterangan yang disampaikan secara daring menghasilkan pernyataan visi bersama ASEAN-AS (ASEAN-US joint vision statement). Pernyataan visi bersama yang diadopsi saat penutupan KTT ini berisi peningkatan kemitraan ASEAN-AS dari kemitraan strategis menjadi kemitraan strategis komprehensif.
Namun, pembahasan detail kemitraan ini baru akan dilanjutkan dan akan diluncurkan di KTT ASEAN-AS, November 2022. Dalam pernyataan visi bersama yang dipimpin Indonesia sebagai koordinator, juga disebutkan komitmen kedua pihak untuk meningkatkan kerja sama di berbagai sektor strategis. Salah satunya terkait pemulihan pascapandemi dan keamanan kesehatan untuk meningkatkan ketahanan kesehatan kawasan. Dalam pernyataan bersama juga disebut peningkatan kerja sama untuk perubahan iklim melalui program US-ASEAN Climate Future.
Retno mengatakan, kehadiran Presiden Jokowi pada pertemuan khusus ASEAN-AS diharapkan dapat memperkuat kerja sama konkret antara ASEAN dan AS demi menjaga atau berkontribusi bagi perdamaian dan stabilitas hingga kemakmuran kawasan Indo-Pasifik. Presiden Jokowi menyambut baik inisiatif AS melalui Indo-Pacific Economic Framework (IPEF). Namun, kerja sama IPEF diharapkan inklusif. Selain itu, IPEF diminta tetap bersinergi dengan pelaksanaan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.
Tidak konkret
Direktur Eksekutif Emerging Indonesia Project/EIP yang juga pengajar Hubungan Internasional di Universitas Airlangga, Joko Susanto, mengaku kecewa dengan hasil kesepakatan KTT Khusus ASEAN-AS yang dinilai tidak konkret.
”Bahkan, di dalam joint statement yang muncul masih normatif dan masih abstrak banget, tidak konkret. Harapannya akan ada terobosan terutama terkait komitmen dan perhatian AS terhadap kawasan ASEAN. Ada kesepakatan, tetapi masih belum beranjak dari pendekatan lama Amerika terhadap ASEAN,” ujar Joko.
AS melihat ASEAN dalam konteks persaingannya dengan China, tetapi langkah-langkah AS terhadap ASEAN tidak mencerminkan hal tersebut. ”Dari sisi AS, melihat ini (hubungan dengan ASEAN) persoalan politik tetapi komitmennya tidak berbanding lurus dengan cara melihatnya. Itu contohnya besaran dari komitmen itu kalau lihat 150 juta dollar itu sedikit untuk ASEAN yang sepuluh negara,” kata Joko.
Dalam sambutannya di KTT Khusus ASEAN-AS, Presiden AS Joe Biden menyebut hubungan ASEAN-AS sangat penting. Dia mengakui sentralitas ASEAN dan berharap bagi terwujudnya Indo-Pasifik yang bebas, terbuka, stabil, makmur, tangguh, dan aman. Biden lantas mengumumkan 150 juta dollar AS untuk inisiatif ASEAN-AS guna penguatan kerja sama pengamanan pantai (coast guard), perubahan iklim, serta infrastruktur.
Janji Presiden AS Joe Biden memberikan bantuan 150 juta dollar AS kepada ASEAN ini dinilai kecil karena hanya satu per sepuluh dari komitmen China bagi ASEAN. Pada 2021, Beijing menawarkan bantuan dalam kerangka perdagangan dengan ASEAN senilai 1,5 miliar dollar AS. ”Separuh pikiran AS masih ada di (perang) Ukraina. Yang dikucurkan terhadap Ukraina jauh lebih besar. Ini menunjukkan kekeliruan pendekatan Amerika yang saya kira kronis menghadapi persaingan dengan China, tetapi sibuk berkonflik dengan Rusia. Kemudian fokus masih di Eurasia, belum sepenuhnya berfokus di Pasifik. Jadi enggak konsisten,” ujar Joko.
Inkonsistensi pendekatan Amerika di Asia Tenggara inilah yang antara lain menjadikan hasil kesepakatan di KTT Khusus ASEAN-AS menjadi antiklimaks.
”Tidak memundurkan posisi tapi tidak membuat satu lompatan besar terhadap apa yang kita harapkan. Tidak ada satu terobosan kerangka kerja sama baru yang bisa menjadi satu platform yang lebih progresif di dalam mendorong kerjasama Indo-Pasifik di mana ASEAN menjadi salah satu jangkar pentingnya,” kata Joko.
Dinamika global
Dengan dinamika global yang sekarang sedang menghangat karena perang di Ukraina, menurut Joko, seharusnya ada banyak langkah progresif yang dilakukan di KTT. Namun, yang muncul dalam pembahasan masih isu klasik seperti terkait Myanmar. ”Jadi AS tidak berusaha melihat ASEAN dalam kerangka yang lebih maju lagi, sebagai satu mitra penting yang kemudian bisa menjadi salah satu platform yang dibutuhkan dalam rangka mengembangkan kerjasama di Indo-Pasifik,” ujarnya.
Terlepas dari kesepakatan di KTT ASEAN-AS yang belum konkret, setidaknya AS masih menunjukkan komitmen untuk menjalin kesepakatan dalam forum langsung dengan ASEAN. ”Tidak mundur dalam artian normatif tetapi dalam artian konteks strategik sebenarnya ada kemunduran relatif karena harusnya lebih maju. AS hanya mau menjaga ASEAN supaya tidak menjauh dari AS. Tetapi tidak berusaha membuatnya lebih dekat,” ujar Joko.
Dalam KTT Khusus ASEAN-AS, Presiden Jokowi juga menyerukan untuk menghentikan perang di Ukraina. Perang di Ukraina telah menciptakan tragedi kemanusiaan dan memperburuk perekonomian dunia. Kenaikan harga pangan, energi, dan inflasi telah terjadi sangat memperberat perekonomian dan memperlambat pencapaian SDGs di negara berkembang dan kurang berkembang.
Pertumbuhan ekonomi, menurut Presiden Jokowi, juga memprihatinkan. ”Bagi sebagian anggota ASEAN kenaikan 10 persen dari harga minyak akan berdampak menurunnya pendapatan nasional sebesar 0,7 persen dan kenaikan harga gandum akan mengakibatkan peningkatan kemiskinan sebesar 1 persen,” jelas Presiden.
Ketika diminta pandangannya, ekonom Transportasi dan Energi Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Alloysius Joko Purwanto, menyebut bahwa negara-negara di ASEAN adalah bagian penduduk dunia yang mengonsumsi energi seperti batubara, gas, dan minyak bumi dalam jumlah yang sangat besar. Sementara negara produsen energi, seperti Rusia dan Amerika, mendapat banyak keuntungan dari krisis energi sebagai dampak harga yang terus naik.
Untuk mengurangi dampak dari krisis energi, AS sebenarnya bisa berperan lebih besar dengan berkomitmen menekan harga minyak dunia. ”Itu yang saya harap dengar. Bagaimana peran Amerika bisa membantu negara ASEAN. Dengan misalnya mereka membuka keran-keran ekspor minyak mereka sehingga harga minyak dunia bisa lebih kalem,” ujar Alloysius.