Indonesia Harapkan AS Jadi Bagian Kerja Sama Inklusif di Kawasan
Pada 2021, nilai perdagangan ASEAN-China mencapai 878,2 miliar dollar AS. Nilai perdagangan ASEAN-AS tidak sampai 400 miliar dollar AS.
WASHINGTON, JUMAT - Sebagai pemimpin tradisional ASEAN, Indonesia mengharapkan Amerika Serikat menjadi bagian dari upaya damai, stabilitas, dan kerja sama inklusif di kawasan Indo-Pasifik. Ajakan itu disampaikan Presiden Joko Widodo saat menghadiri jamuan santap siang pemimpin negara-negara ASEAN bersama Ketua Dewan Perwakilan AS Nancy Pelosi dan anggota Kongres AS di Capitol Hill, Washington DC, Kamis (12/5/2022).
Dalam jamuan itu, Presiden Jokowi diberi kehormatan untuk berbicara pertama dan memperkenalkan pemimpin negara ASEAN yang hadir. Selanjutnya, bersama dengan Pelosi, Presiden Jokowi memimpin jalannya pertemuan.
”Sejak 2019, ASEAN telah menyepakati ASEAN Outlook on the Indo-Pacific, memastikan keberlangsungan perdamaian dan stabilitas di Indo-Pasifik. Saya mengajak AS untuk terus menjadi bagian dari jangkar perdamaian dan stabilitas di Indo-Pasifik,” kata Presiden Jokowi.
Selama lebih dari lima dekade, ASEAN menikmati perdamaian dan stabilitas. Negara-negara ASEAN juga bekerja keras membangun arsitektur kawasan yang mengedepankan kerja sama. ”Paradigma win-win diperjuangkan, budaya dialog diperkokoh, kerja sama inklusif dikedepankan, dan hukum internasional dan nilai-nilai multilateral menjadi panglima,” kata Presiden.
Dalam kesempatan itu, Presiden juga menyinggung soal perang di Ukraina. Menurut Presiden, perang itu terjadi karena hukum internasional dan multilateralisme diabaikan. Situasi itu bisa terjadi di mana saja, termasuk di Indo-Pasifik. Untuk itu, Presiden mengajak AS terus menjadi mitra strategis ASEAN. ”Kita juga ingin Amerika menjadi mitra strategis ASEAN dalam kerja sama yang inklusif dan saling menguntungkan. Saya yakin kita bersama dapat menyaksikan kemakmuran kawasan Indo-Pasifik,” tutur Presiden Jokowi.
Belum dilirik
Namun, sejumlah pihak melihat peluang itu belum sepenuhnya dilirik AS. Pakar Asia pada American Enterprise Institute, Zack Cooper, mengatakan, dalam pertemuan AS-ASEAN pada 12-13 Mei 2022 di Washington DC itu, AS kurang kokoh membangun komitmen pada ASEAN. ”Khususnya pada perdagangan dan investasi,” ujarnya kepada Financial Times, Jumat (13/5).
AS dinilai belum bisa memanfaatkan peluang untuk membuat ASEAN lebih dekat ke Washington dibandingkan Beijing. Sebab, pertemuan ASEAN-Amerika Serikat tidak menawarkan hal yang diharapkan ASEAN.
Saat bertemu para pemimpin ASEAN pada Kamis, Presiden AS Joe Biden tidak mengungkap terobosan baru. Tidak ada pengumuman kerja sama ekonomi yang, seperti diungkap sejumlah lembaga kajian Asia Tenggara dan AS, sangat diharapkan ASEAN.
Baca juga AS Garap Blok-blok di Asia
Biden hanya mengumumkan paket bantuan 150 juta dollar AS untuk ASEAN. Nilai itu jauh di bawah paket bantuan untuk Ukraina. Dalam periode 24 Februari-30 April 2022 saja, Washington telah mengucurkan lebih dari 10 miliar AS dan sedang mengupayakan tambahan 40 miliar dollar AS untuk Kiev.
Selain itu, sebelum pertemuan di Washington, para pejabat AS menyebut AS akan mencoba menawarkan alternatif kepada kawasan agar tidak bergantung pada China. AS akan menggunakan pertemuan Washington untuk menunjukkan komitmen pada kawasan.
Dari 150 juta dollar AS paket bantuan yang diumumkan Biden, hingga 60 juta dollar akan dipakai untuk kerja sama Pasukan Penjaga Pantai. Dana tersebut antara lain akan dipakai untuk kursus bagi 30 perwira ASEAN per tahun di Johns Hopkins School of Advanced International Studies, AS.
Namun nilai paket yang diumumkan Biden jauh di bawah paket bantuan yang dijanjikan China, yaitu sebesar 1,5 miliar dollar AS. Paket bantuan itu digunakan untuk membantu ASEAN memulihkan perekonomian dan melanjutkan pembangunan infrastruktur.
Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Greg Poling mencatat, Washington mengeluarkan rata-rata 85 juta dollar AS per tahun untuk program kerja sama Pasukan Penjaga Pantai atau sejenis pada 2016-2021. Ia juga menyebut, total tawaran Biden amat kecil dan semakin kecil bila mempertimbangkan dana itu disebar di banyak program.
“Kondisi ini menunjukkan tantangan pemerintahan (Biden) untuk bersaing dengan China kala Beijing bisa memobilisasi miliaran dollar AS dan memaksa BUMN (China) berinvestasi untuk tujuan politik. Di AS, sebagian besar (investasi) dilakukan swasta, bukan melalui anggaran pemerintah,” kata dia.
Pandangan China
Pemimpin Dewan Bisnis ASEAN-China Xu Ningning mengatakan, pertemuan Washington jelas berusaha menarik ASEAN lebih dekat ke AS. Walakin, hubungan ekonomi ASEAN-China tidak akan terganggu. Hal itu tidak lepas dari fakta volume perdagangan ASEAN-China hampir tiga lipat dari volume perdagangan ASEAN-AS.
Pada 2021, nilai perdagangan ASEAN-China mencapai 878,2 miliar dollar AS dan ASEAN menjadi mitra dagang terbesar China pada 2020. Sebaliknya, nilai perdagangan ASEAN-AS tidak sampai 400 miliar dollar AS.
Baca juga Biden Janji Kucurkan Dana untuk ASEAN, Nilainya Jauh Lebih Kecil Dibandingkan China
Selain itu, hubungan ekonomi ASEAN-China benar-benar bermotif ekonomi. Ada pun AS cenderung membawa isu sosial politik dalam hubungan ekonomi. AS, lewat hubungan dagang dengan kawasan, juga berusaha menyingkirkan China dari Asia Tenggara.
Xu mengatakan, alasan lain adalah rantai pasok ASEAN-China amat terhubung. Kehadiran Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) serta Kemitraan Ekonomi Kawasan Komprehensif (RCEP) jadi alasan utama. Sebaliknya, AS malah meninggalkan pelantar kerja sama ekonomi kawasan.
Sejauh ini, AS tidak punya program konkret untuk menandingi BRI. Inisiatif Membangun Dunia Lebih Baik (B3W) yang digagas AS bersama sekutunya pada 2021 tidak kunjung jelas wujudnya. “Dibatasi penurunan kemampuan dan keuangan untuk dukungan ekonomi bagi ASEAN, sulit bagi AS mendapatkan kerja sama utuh dari ASEAN,” kata dia sebagaimana dikutip Global Times.
Peneliti senior Chinese Academy of Social Sciences, Wang Yongzhong, B3W dan BRI punya fokus berbeda. BRI fokus pada jalan raya, rel kereta, bandara, bendungan, hingga pelabuhan yang secara nyata sangat dibutuhkan Asia Tenggara dan banyak kawasan lain. Sementara B3W menawarkan fokus pada perubahan iklim, kesehatan, dan digital yang belum jelas perwujudannya. “Butuh banyak dana untuk infrastruktur dan sulit bagi AS serta sekutunya mendapat dana besar dalam waktu singkat,” ujarnya.
Dalam pernyataan di Washington, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Arsjad Rasjid menyebut, pengaruh China bisa tumbuh di kawasan karena Beijing mendukung, bukan mendikte, keinginan ekonomi kawasan. Sementara narasi Indo-Pasifik yang ditawarkan AS dan sekutunya tidak kunjung diikuti kejelasan tawaran kerja sama perdagangan dan investasi.
Indonesia, sebagai perekonomian terbesar Asia Tenggara, hanya mencatatkan volume perdagangan 30 miliar dollar AS per tahun dengan AS. Nilai itu setara 38 persen volume perdagangan Indonesia-China. Invesyasi China pada 2020 mencapai 904 juta dollar AS atau hampir 50 persen lebih tinggi dibanding investasi AS pada tahun yang sama.
Hal lain yang merisaukan adalah ancaman AS dan sekutunya untuk memboikot pertemuan G20 kala Indonesia sedang menjadi ketua bergilir organisasi itu. Ancaman itu sama saja menunjukkan AS mengabaikan forum multilateral.
Sebelumnya, Direktur Kerja Sama Politik Keamanan ASEAN pada Kementerian Luar Negeri RI Rolliansyah Soemirat mengatakan, pertemuan khusus itu menunjukkan keinginan memajukan hubungan ASEAN-AS. Lebih penting lagi, kemajuan itu dilandaskan pada pemikiran yang luas. “Pertemuan akan membahas berbagai isu, termasuk pemulihan ekonomi,” ujarnya,
Baca juga Presiden Jokowi Dorong Kerja Sama Perkuat Arsitektur Kesehatan Global
Para diplomat ASEAN-AS sedang berusaha agar ada pernyataan bersama soal visi hubungan ASEAN-AS. Visi itu diharapkan berlaku dalam jangka panjang dan tidak hanya menyoroti masalah-masalah saat ini saja. Dalam visi diharapkan dicantumkan soal pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi dan krisis pangan-energi, pembangunan ketahanan kesehatan, serta penguatan kerja sama di berbagai sektor.
Indonesia berharap, hubungan ASEAN-AS dijalankan dengan penghormatan pada sentralitas ASEAN. Kerja sama di kawasan juga diharapkan berjalan dalam kerangka Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP). “Kami berharap AS dapat menempatkan diri dalam membantu kawasan mencapai tujuannya,” ujarnya.
Rolliansyah menyebut pemulihan ekonomi sebagai tujuan kawasan. Hal itu selaras dengan jajak pendapat dan penelitian sejumlah lembaga di Asia Tenggara dan AS soal prioritas kawasan. Di sisi lain, ia juga menyinggung isu keamanan kawasan. Pernyataan itu menunjukkan perhatian Indonesia, sebagai negara terbesar di kawasan, tidak hanya soal ekonomi saja.
Sementara Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Abdul Kadir Jailani mengatakan, Indonesia terus berkomunikasi dengan AS soal Kerangka Kerja Sama Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) yang tengah disusun AS. Indonesia telah membaca rancangan naskah kerangka kerja sama itu lalu memberi masukan serta meminta klarifikasi.
Salah satu yang ditekankan Indonesia adalah arsitektur kawasan yang inklusif. Indonesia menolak setiap upaya yang berujung pada pengucilan hingga penyingkiran pihak lain di kawasan. Indonesia ingin memastikan semua pihak dilibatkan dan berkontribusi positif pada kemakmuran dan kedamaian kawasan.
Indonesia juga menekankan pentingnya kepatuhan pada peraturan. Indonesia juga akan senantiasa mengedepankan kepentingan nasionalnya. Dalam konteks Asia Tenggara dan Indo-Pasifik, kepentingan itu dituangkan dalam AOIP. (AFP/REUTERS)