Tembakkan Rudal dari Kapal Selam, Korut Diduga Bersiap Uji Nuklir,
Korut kembali menembakkan rudal balistik, tetapi dari kapal selam di perairan timur negara itu. Jepang dan Korsel bersiap untuk situasi terburuk.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
SEOUL, SABTU – Korea Utara kembali melanjutkan unjuk kekuatan dengan menguji coab rudal balistik, Sabtu (7/5/2022). Dalam uji coba kali ini, Korut menggunakan kapal selam sebagai basis peluncuran rudal atau dikenal sebagai SLBM. Uji coba itu diduga akan berujung pada uji coba nuklir.
Perkembangan itu membuat Korea Selatan dan Jepang meningkatkan kewaspadaan untuk menghadapi situasi yang tidak terduga. Selama ini Asia Timur, terutama di Semenanjung Korea, panas karena berbagai uji coba rudal balistik dan kemampuan nuklir Korut.
Menurut situs berita Yonhap, Korut menembakkan rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) di perairan lepas pantai timurnya. Uji coba ini terjadi tiga hari setelah pengujian rudal balistik antarbenua (ICBM) yang ditembakkan dari darat di Bandara Sunan ke pantai timur Korut.
Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel, Won In- choul, mengatakan, pihaknya mendeteksi peluncuran di perairan lepas pantai timur kota Sinpo pada Sabtu pukul 14.07 waktu setempat. Rudal balistik tersebut terbang sejauh 600 kilometer.
Sinpo merupakan salah satu pelabuhan utama di pesisir timur Korut. Di kota itu Pyongyang memiliki galangan kapal utama yang antara lain, tempat kapal selam Korut dibangun. Namun Won tidak merinci tentang kapal selam yang terlibat uji coba rudal balistik terbaru tersebut.
Militer Korsel menyebut uji coba itu tindakan provokatif. Uji coba terbaru ini terjadi tiga hari menjelang pelantikan presiden baru Korsel, Yoon Suk-yeol, yang dijadwalkan, Selasa, 10 Mei 2022. Yoon telah berjanji untuk mengambil pendekatan yang lebih keras atas ambisi nuklir Korut.
Uji coba dengan platform bawah laut ini adalah yang pertama sejak peluncuran serupa pada Oktober 2021. Saat itu Korut menembakkan rudal jarak pendek baru dari kapal Yoyung, satu-satunya kapal selam yang mampu meluncurkan rudal. Peluncuran pada Oktober 2021 merupakan yang pertama dalam dua tahun terakhir.
Yonhap melaporkan, peluncuran rudal balistik kali ini merupakan unjuk kekuatan ke-15 Korut tahun ini. "Serangkaian peluncuran rudal itu adalah ancaman serius yang merusak perdamaian dan stabilitas Semenanjung Korea dan komunitas internasional, “ kata JCS dalam pernyataan, Sabtu.
JCS menyebutkan, lebih dari selusin pengujian senjata Korut dalam tahun ini jelas-jelas merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang tak boleh diremehkan. Seoul mendesak Pyongyang untuk segera menghentikan unjuk kekuatan yang jelas-jelas sangat provokatif.
"Mempersiapkan kemungkinan pengujian susulan, militer kami melacak dan memantau uji coba terkait, dan bersiap dengan kesiapsiagaan penuh," kata Won, sebagaimana dikutip Yonhap.
Pejabat intelijen Korsel dan Amerika sedang menganalisis peluncuran rudal dari SLBM. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida memerintahkan para pejabat untuk bersiap menghadapi "situasi yang tidak terduga", mengamankan keselamatan pesawat dan kapal.
Kantor Presiden Korsel mengatakan, Dewan Keamanan Nasional langsung menggelar pertemuan darurat. Direktur Keamanan Nasional Korsel Suh Hoon mengecam peluncuran rudal balistik Korut dan mendesak Pyongyang maju ke meja perudingan.
Seoul dan Washington dengan hati-hati mengamati upaya Korut memperoleh SLBM. Selama parade militer pada 25 April lalu, Korut memamerkan satu set SLBM, termasuk "SLBM mini" yang diklaim berhasil ditembakkan dari kapal selam pada Oktober 2021.
SLBM adalah aset utama karena kapal selam yang membawanya dapat beroperasi tanpa terdeteksi musuh. Dalam parade bulan lalu, Pemimpin Korut Kim Jong-un mengisyaratkan negaranya dapat menggunakan senjata nuklir jika terjadi pelanggaran pada hak-hak fundamental Korut.
Kekhawatiran terus berlanjut bahwa Kurut dapat terus terlibat dalam provokasi, seperti peluncuran ICBM lain atau uji coba nuklir. Terutama karena uji coba dilakukan menjelang pelantikan Yoon dan pertemuan puncak Yoon dengan Presiden AS Joe Biden yang dijadwalkan pada 21 Mei.
Kantor Yoon mengatakan, pemerintahnya akan mengejar “kemampuan pencegahan yang sebenarnya” terhadap ancaman nuklir dan rudal Korut, tetapi tidak merinci caranya. Yoon telah berjanji untuk memperkuat pertahanan Korsel dalam hubungannya dengan aliansinya dengan AS, termasuk yang akan mencakup peningkatan kemampuan serangan rudal.
Sepanjang tahun ini, Korea Utara telah menembakkan rudal sebanyak 15 kali. Uji coba tersebut termasuk uji coba rudal balistik antarbenua pertama negara itu pada Maret 2022. Uji coba rudal balistik antarbenua serupa pernah dilakukan pada 2017. Rudal balistik itu mampu mencapai aneka target di daratan AS.
Ada juga tanda-tanda bahwa Korut sedang memulihkan terowongan tempat uji coba nuklir, di mana Korut telah melakukan uji coba nuklir keenam dan terakhir pada September 2017. Ada dugaan, rangkaian 15 kali uji coba rudal dalam tahun ini akan berujung pada uji coba senjata nuklirnya.
Para analis mengatakan, Korut dapat menggunakan uji coba nuklir yang lain untuk mengklaim bahwa Pyongyang sekarang dapat membangun hulu ledak nuklir kecil. Itu untuk memperluas jangkauan senjata jarak pendek yang mengancam Korsel dan Jepang, atau menempatkan bom pada ICBM multi-hulu ledak.(AP/AFP/REUTERS)