Mariupol Jadi "Neraka", Evakuasi 200 Warga Sipil Dimulai
Kota Mariupol telah menjadi neraka bagi warga sipil yang terjebak perang Rusia-Ukraina. Sisa 200 warga sipil yang terjebak di kota yang semula berpenduduk sekitar 650.000 jiwa itu.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
WARSAWA, JUMAT – Sebuah konvoi tim penyelamat Perserikatan Bangsa-Bangsa, Jumat (6/5/2022) pagi, sedang bergerak ke Mariupol, Ukraina, untuk mengevakuasi sekitar 200 warga yang tersisa di pabrik baja Azovstal. Kota yang semula berpopulasi sekitar 650.000 jiwa itu telah menjadi “neraka” setelah terus dihujani artileri berat yang mematikan dan menghancurkan oleh pasukan Rusia.
Sekjen Badan Bantuan Darurat dan Urusan Kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, mengatakan konvoi penyelamat sedang dalam perjalanan. "Konvoi bergerak menuju Azovstal besok (Jumat) pagi dengan harapan menjemput warga sipil yang tersisa di neraka yang gelap itu, dan menyelamatkan mereka ke tempat yang aman,” katanya di Warsawa, Polandia, Kamis (5/5/2022).
Wali Kota Mariupol, Vadym Boichenko, mengatakan, masih tersisa sekitar 200 orang warga yang terjebak saat bersembunyi di bungker pabrik baja yang luas di Azovstal, Mariupol. Sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu, yang berubah menjadi perang yang menghancurkan, kota pelabuhan Mariupol dihuni oleh sedikitnya 650.000 jiwa.
Di saat konvoi pasukan PBB sedang bergerak menuju Mariupol, Pemerintah Ukraina di Kiev menuding pasukan Rusia telah melanggar janjinya untuk menghentikan tembakan ke kawasan pabrik baja Azovstal. Kalau saja Rusia menghormati kerja misi kemanusiaan, proses evakuasi masyarakat sipil dari kota Mariupol seharusnya sudah selesai lebih awal.
Ratusan tentara dan warga sipil Ukraina telah bersembunyi selama berminggu-minggu di pabrik baja yang luas Azovstal itu. Mereka terjebak di bawah pengeboman Rusia yang berlangsung besar-besaran dan intensif. Azovstal menjadi kantong perlawanan terakhir dari resimen Azov yang bertahan untuk membela kota pelabuhan di tepi Laut Azov itu.
Tentara Rusia telah mengumumkan gencatan senjata tiga hari di lokasi tersebut. Namun, Svyatoslav Palamar, seorang Komandan Resimen Azov, mengatakan dalam sebuah video di Telegram bahwa pertempuran sengit terus berlanjut karena Rusia mengingkarinya.
"Rusia melanggar janji gencatan senjata. Rusia tidak mengizinkan evakuasi warga sipil yang terus bersembunyi dari penembakan di ruang bawah tanah pabrik," kata Palamar.
Presiden Vladimir Putin, Kamis, mengatakan, tentara Rusia masih siap untuk mengizinkan warga sipil meninggalkan kompleks pabrik. Seorang juru bicara Kremlin mengatakan, koridor kemanusiaan "berfungsi" dengan baik dan tidak ada masalah dengan jalur evakuasi warga sipil tersebut.
Wali Kota Mariupol menambahkan, sekitar 200 warga sipil masih berlindung dalam kondisi gelap di terowongan bawah tanah era dari Soviet. Jalur komunikasi dengan mereka sudah terputus oleh serangan pasukan Rusia.
"Kami masih harus mengevakuasi warga sipil dari sana, wanita dan anak-anak. Bayangkan saja lebih dari dua bulan pengeboman terus-menerus dan korban jiwa terus berjatuhan," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato pada Kamis malam.
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengkonfirmasi "bahwa operasi evakuasi yang aman sedang berlangsung" dalam koordinasi dengan PBB. Dua organisasi internasional ini telah bekerja sama untuk mengevakuasi sekitar 100 warga sipil dari pabrik pada akhir pekan lalu.
Berbicara kepada Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, Putin mengatakan militer Rusia masih siap untuk memastikan keluarnya warga sipil dengan aman. "Adapun militan yang tersisa di Azovstal, otoritas Kiev harus memberi mereka perintah untuk meletakkan senjata mereka," kata Putin seperti disampaikan Kremlin dalam sebuah penyataan.
Mengendalikan penuh kota Mariupol yang sekarang telah hancur akan menjadi kemenangan besar bagi Moskwa. Hal itu memungkinkan Rusia untuk membangun koridor darat yang dapat menghubungkan Donbas, Ukraina timur, dengan Crimea, wilayah Ukraina yang dianeksasi Moskwa pada 2014.
Invasi militer Rusia yang berubah menjadi perang telah menewaskan ribuan orang dan menyebabkan lebih dari 13 juta orang mengungsi. Kremlin, Kamis, mengatakan bahwa Barat telah berusaha mencegah operasi militer Rusia di Ukraina itu berakhir dengan "cepat". Barat, termasuk Amerika, terus mengirimkan senjata ke Ukraina.
Sejak gagal merebut Kiev pada tiga hari pertama invasi ke Ukraina, yang dimulai 24 Februari, Rusia telah memfokuskan pertempurannya Ukraina timur dan selatan. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov bersikeras bahwa sekuat apa pun bantuan Barat untuk Ukraina tidak akan mampu menghalangi pencapaian operasi militer Rusia.
Zelenskyy mengatakan, invasi Rusia ke Ukraina telah menghancurkan ratusan rumah sakit dan institusi lain. Penghancuran fasilitas kesehatan itu membuat dokter tanpa obat-obatan untuk mengobati beragam penyakit, termasuk kanker atau melakukan operasi. Banyak pasien yang tidak dapat dirawat dengan baik di fasilitas kesehatan yang memadai.
Zelenskyy, dalam pidato via video kepada kelompok amal medis, mengatakan banyak tempat bahkan kekurangan antibiotik dasar di Ukraina timur dan selatan. “Jika Anda hanya mempertimbangkan infrastruktur medis, pada hari ini pasukan Rusia telah menghancurkan atau merusak hampir 400 institusi kesehatan: rumah sakit, bangsal bersalin, klinik rawat jalan,” katanya.
Kremlin menampik tudingan itu dan mengatakan pihaknya hanya menargetkan situs militer atau strategis. Namun, dalam serangan Rusia yang paling banyak dikecam, yakni penghancuran rumah sakit bersalin pada 9 Maret di Mariupol. Rusia menuduh gambar serangan itu direkayasa dan mengatakan situs itu telah digunakan oleh kelompok bersenjata Ukraina.
Pada Kamis kemarin, Zelenskyy yang tanpa lelah berkampanye untuk mencari bantuan dari para sekutu, meluncurkan platform crowdfunding global, United24, untuk membantu Kiev memenangi perang. Juga untuk membantu Ukraina membangun lagi semua infrastrukturnya yang rusak.
Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengatakan, lebih dari enam miliar euro atau sekitar Rp 91,4 triliun telah dikumpulkan pada konferensi donor Ukraina di Warsawa. Pemerintah Ukraina pada April memperkirakan biaya pembangunan kembali pascaperang setidaknya mencapai 600 miliar dollar AS.
Pemerintah Inggris mengatakan telah membekukan aset perusahaan baja dan pertambangan Evraz yang berbasis di Inggris karena memiliki nilai strategis bagi perang Rusia. Pemegang saham utama Evraz adalah oligarki Rusia, Roman Abramovich, yang sudah dikenai sanksi Barat. (AFP/REUTERS/AP)