Elon Musk dan Perang Melawan Pasukan Bot di Twitter
Elon Musk memberi sinyal akan adanya perubahan layanan di Twitter. Pengguna Twitter yang jumlahnya mencapai sekitar 200 juta akun itu kini tengah menunggu perubahan seperti apa yang akan terjadi.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Twitter Inc. pada Senin (25/4/2022) malam mengumumkan telah menerima tawaran fantastis senilai 44 miliar dollar AS atau lebih kurang setara dengan Rp 632 triliun dari Elon Musk. Media jejaring sosial yang digunakan lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia per hari itu pun akan menjadi perusahaan pribadi Musk. Menyandang posisi sebagai orang terkaya sejagad, dengan kegemaran berdrama dan berperilaku cenderung spontan, perubahan apa kira-kira yang akan terjadi pada Twitter?
Musk adalah penganut kebebasan absolut. Dia juga menegaskan bahwa motif ekonomi bukan menjadi alasan ataupun tujuannya untuk membeli Twitter. Justru di situlah kemudian publik bertanya-tanya dan menelisik lebih jauh.
Ramai diperbincangkan soal jenis dan rupa kebebasan, Musk menulis cuitannya pada Selasa (26/4/2022) soal kebebasan. Kurang dari sehari setelah mengakuisisi penuh Twitter, jumlah pengikutnya di Twitter sudah bertambah 590.000 akun hingga akumulasinya sekarang mencapai 8,59 juta akun.
”Yang saya maksud dengan ’kebebasan berbicara’ hanyalah yang sesuai dengan hukum. Saya menentang sensor yang jauh melampaui hukum,” katanya dalam cuitannya. ”Jika orang ingin lebih sedikit kebebasan berbicara, mereka akan meminta pemerintah untuk mengeluarkan undang-undang untuk itu. Oleh karena itu, melampaui hukum bertentangan dengan kehendak rakyat.”
Bagaimanapun, Musk memiliki kendali atas Twitter. Di antara sejumlah analisis terkait keinginan-keinginannya terhadap platform media sosialnya itu, salah satu yang jadi perbincangan adalah soal bot (robot) di Twitter. Bot adalah akun palsu yang diprogram untuk menanggapi cuitan tentang suatu topik tertentu. Musk disebut-sebut menggagas keinginan untuk memerangi proliferasi keberadaan bot-bot di Twitter sebagai sebuah perubahan atas platformnya itu.
Padahal, mengutip media NPR, kerajaan bisnis Musk sangat mungkin pernah memanfaatkan keberadaan bot sejenis di media sosial seperti Twitter. Bot bisa saja dikerahkan guna mendukung perusahaan milik Musk lain, seperti Tesla, guna menanggapi suara-suara miring atas produsen mobil listrik itu. Entah itu terkait soal perusahaannya, soal produknya, ataupun soal kebijakan-kebijakan pemerintah atas mobil listrik.
Musk menyarankan bahwa harus ada tindakan keras terhadap bot yang bersifat menipu.
Musk belum menyebutkan cara untuk melunakkan bot semacam itu. Namun, ia menyarankan bahwa harus ada tindakan keras terhadap bot yang bersifat menipu. Secara khusus, ia menyebut bot yang mempromosikan mata uang kripto. Padahal, Musk sendiri kerap mencuitkan soal mata uang kripto yang kemudian ia bisa menangguk keuntungan besar.
”Jika tawaran kami terhadap Twitter diterima, kami akan mengalahkan bot spam atau siapa pun yang mencobanya setengah mati!” ujar Musk dalam cuitannya, pekan lalu. Ia berujar dirinya ingin memastikan siapa pun yang menggunakan Twitter adalah pengguna yang nyata dan bukan robot.
Twitter sudah memiliki aturan ketat soal spam. Twitter juga telah melarang cara-cara artifisial untuk memengaruhi percakapan di platform dengan akun dan bot palsu. Pertanyaan lebih jauh adalah kebijakan antispam seperti apa yang akan diterapkan Musk?
Mengaku sebagai penganut kebebasan berbicara secara absolut, Musk juga telah mengkritik moderasi berlebihan pada platform daring. Dirinya berpendapat bahwa jejaring sosial tidak boleh menghapus komentar yang, meskipun menyinggung, masih legal. ”Jika itu adalah area abu-abu, biarkan cuitan itu ada,” kata Musk pada wawancara baru-baru ini di konferensi TED.
Twitter saat ini melarang ujaran yang berisi ejekan dan pelecehan, serta unggahan yang ingin melukai seseorang secara fisik. Platform ini juga memiliki aturan ketat lain, seperti larangan misinformasi terkait Covid-19.
Para ahli yang mempelajari jejaring sosial resah dengan desakan Musk untuk melonggarkan aturan interaksi di Twitter. Alasannya, itu dapat memberikan lisensi kepada pelaku pelecehan, troll (akun yang sifatnya mengganggu, menyakiti/melukai), dan orang yang menyalahgunakan platform untuk menargetkan orang tertentu.
Mereka juga khawatir melonggarkan aturan di Twitter akan memberdayakan mereka yang ingin mengeksploitasi platform itu dengan menyebarkan informasi yang salah. Hal senada diterapkan terhadap laku ujaran yang berisi suatu kebohongan, tentang peristiwa politik, pejabat pemerintah, dan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan masyarakat.
Apakah Musk akan menyediakan fitur berlangganan di Twitter? Ini terkait dengan iklan yang notabene menyokong hampir 90 persen pendapatan Twitter. Musk membuka opsi Twitter berlangganan itu. Sebelumnya Twitter telah mencoba mengenalkan Twitter Blue tahun lalu, sebuah layanan premium dengan biaya langganan 2,99 dollar AS per bulan.
Twitter Blue menawarkan sejumlah fitur tambahan bagi akun pelanggan, seperti tombol undo yang memungkinkan cuitan ”dipanggil kembali” sebelum dikirim atau diunggah. Musk mengatakan, Twitter Blue seharusnya lebih murah dan bebas iklan. Ia berujar, mata uang kripto seperti Dogecoin dapat diterima sebagai alat pembayaran untuk fasilitas Twitter berlangganan itu. (AFP/BEN)