Elon Musk akhirnya jadi mengakuisisi Twitter setelah menggelontorkan dana 44 miliar dollar Amerika Serikat. Dana itu setara dengan pembelian 4,2 juta rumah sangat sederhana di Pulau Jawa.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Upaya manajemen Twitter mengaktifkan mode ”pil racun” tidak cukup efektif menghentikan Elon Musk untuk mengakuisisi platform media sosial itu. Senin (25/4/2022) malam, Musk dipastikan mengakuisisi dan mengendalikan Twitter Inc. setelah bersedia menggelontorkan uang senilai 44 miliar dollar AS atau sekitar Rp 632 triliun.
Manajemen Twitter dalam pernyataannya mengatakan, transaksi itu telah disetujui dengan suara bulat oleh dewan direksi dan diperkirakan ditutup pada 2022 sambil menunggu persetujuan peraturan dan persetujuan pemegang saham.
Mantan CEO Twitter Jack Dorsey memberi lampu hijau atas kesepakatan itu melalui serangkaian cuitan di akun resmi miliknya, Senin malam. Dia menyatakan berterima kasih kepada Musk dan CEO Twitter saat ini, Parag Agrawal, karena dinilai telah mengeluarkan perusahaan dari situasi yang sulit.
”Twitter sebagai perusahaan selalu menjadi satu-satunya masalah saya dan penyesalan terbesar saya. Itu dimiliki oleh Wall Street dan model iklannya. Mengambilnya kembali dari Wall Street adalah langkah pertama yang benar,” katanya.
Langkah Musk mengakuisisi Twitter dipandang banyak pihak meniru tindakan miliarder lainnya, Jeff Bezos, yang membeli surat kabar The Washington Post pada tahun 2013. Bezos rela menggelontorkan dana lebih dari 100 juta dollar AS untuk memperbaiki kualitas The Washington Post, salah satu saingan media arus utama di AS selain The New York Times.
Untuk mengakuisisi Twitter, manajemen mengungkapkan bahwa Musk mendapatkan utang senilai 25,5 miliar dollar AS dan sejumlah perusahaan ekuitas juga ”membantu” pendanaan lainnya dengan jumlah sekitar 21 miliar dollar AS.
Kini, dengan akuisisi tersebut, Musk menjadi pengarah kebijakan Twitter ke depan. ”Begitu kesepakatan ditutup, kami tidak tahu ke arah mana platform akan pergi,” kata Agrawal kepada karyawan, Senin.
Langkah Musk menggelontorkan dana sekitar Rp 632 triliun untuk membeli Twitter atau setara dengan pembelian 4,2 juta rumah sangat sederhana (RSS) di Pulau Jawa telah membuat harga saham platform ini naik 5,7 persen dan ditutup pada 51,70 dollar AS per lembar saham. Meski demikian, bila dibandingkan tahun lalu, harga tersebut turun hingga 19 dollar AS per lembar saham setelah sempat diperdagangkan pada angka 70 dollar AS.
Edward Moya, seorang analis pada lembaga OANDA, mengatakan, kesepakatan itu adalah berita bagus bagi pemegang saham Twitter karena sepertinya perusahaan tidak akan memperbaikinya dalam waktu dekat.
Kinerja Twitter dibandingkan dengan platform media sosial lainnya, seperti Facebook dan Instagram, serta Tiktok, sangat jauh berbeda. Meta, perusahaan induk Facebook, menghasilkan pendapatan hingga 118 miliar dollar AS pada tahun 2021 dengan 1,93 miliar pengguna harian. Pendapatan Twitter jauh di bawahnya, hanya sekitar 5,08 miliar dollar AS pada tahun yang sama, dengan 217 juta pengguna harian.
Dukungan Partai Republik
Kabar tentang pembelian Twitter oleh Musk disambut gembira oleh para pendukung mantan presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump. Sejumlah anggota parlemen dari partai ini menyambut gembira pembelian itu karena dianggap akan membuka ruang bagi kebebasan berbicara yang lebih luas, dalam pandangan partai konservatif ini.
”Kebebasan berbicara muncul kembali,” cuit Jim Jordan, anggota Kaukus Kebebasan dari Partai Republik yang konservatif. Jordan dan sejumlah anggota Partai Republik lainnya mengkritik Twitter karena melarang mantan Presiden Donald Trump dan tokoh konservatif terkemuka lainnya.
Senator Marsha Blackburn, seorang Republikan lainnya, mengatakan pada hari Senin: ”Saya berharap Elon Musk akan membantu mengendalikan sejarah Big Tech menyensor pengguna yang memiliki sudut pandang berbeda.”
Akun Trump, yang memiliki lebih dari 88 juta pengikut, adalah alat komunikasi utamanya selama masa kepresidenannya. Dia berulang kali menggunakan Twitter untuk mengklaim bahwa kekalahannya dalam pemilihan November 2020 terjadi karena ada kecurangan dalam proses pemilihan. Twitter juga dijadikan salah satu sarana Trump untuk memobilisasi para pendukungnya datang ke Gedung Capitol di Washington DC guna memprotes hasil pemilihan dan pengesahan kemenangan Joe Biden-Kamala Harris sebagai Presiden dan Wakil Presiden AS pada 6 Januari 2021.
Beberapa hari setelah penyerbuan Capitol, Twitter menangguhkan akun Trump secara permanen. Aktivis politik sayap kanan yang terafiliasi dengan Partai Republik berharap akun Trump bisa dipulihkan setelah Musk mengakuisisi Twitter.
Namun Trump, yang telah mengisyaratkan dia ingin mencalonkan diri sebagai presiden lagi pada 2024, mengatakan bahwa dirinya tidak akan kembali ke Twitter walau akunnya dipulihkan. Dia memilih menggunakan platform media sosial rintisannya, Truth Social.
Senator Elizabeth Warren, seorang progresif dan kritikus platform teknologi, menyebut kesepakatan itu ”berbahaya bagi demokrasi kita”.
”Miliarder seperti Elon Musk bermain dengan seperangkat aturan yang berbeda dari orang lain, mengumpulkan kekuatan untuk keuntungan mereka sendiri. Kami membutuhkan pajak kekayaan dan aturan yang kuat untuk meminta pertanggungjawaban Big Tech,” kata politikus Partai Demokrat ini.
Gedung Putih menolak mengomentari kesepakatan terkait akuisisi Twitter oleh Musk. Walau demikian, Gedung Putih menyatakan, Presiden Joe Biden telah lama khawatir tentang kekuatan platform media sosial.
”Kekhawatiran kami bukanlah hal baru. Presiden telah lama berbicara tentang keprihatinannya tentang kekuatan platform media sosial, termasuk Twitter dan lainnya, untuk menyebarkan informasi yang salah,” kata Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki, seraya menambahkan bahwa platform tersebut perlu dimintai pertanggungjawaban. (AP/AFP/REUTERS)