G7 semakin terpecah soal Rusia. AS bersama Inggris dan Perancis setuju mengikuti sebagian sesi FMCBG G20. Tinggal UE, Italia, dan Kanada belum diketahui sikapnya.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
PANITIA NASIONAL PRESIDENSI G-20 INDONESIA/HAFIDZ MUBARAK A
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kiri) bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo seusai memberikan keterangan pers setelah menutup pertemuan pertama tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting di Jakarta, Jumat (18/2/2022). FMCBG G20 akan kembali berlangsung di Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (20/4/2022).
WASHINGTON, RABU — Setelah Amerika Serikat, Inggris dan Perancis mengindikasikan akan tetap mengikuti sebagian Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20, Rabu (20/4/2022), di Washington DC. Delegasi mereka hanya akan keluar dari sesi pertemuan yang diikuti delegasi Rusia.
Menteri Keuangan Perancis Bruno Le Maire dan Menkeu Inggris Rishi Sunak dilaporkan akan mengikuti langkah Menkeu AS Janet Yellen. ”Kami tidak mau kehadiran Rusia menghentikan upaya AS dan mitra kami dalam konteks G20. Jadi, kami akan ikut meskipun Menkeu Rusia ikut sebagian sesi. Dia (Yellen) tidak akan ikut semua sesi,” kata pejabat Departemen Keuangan AS yang menolak identitasnya diungkap, Senin (18/4/2022) sore waktu Washington atau Selasa dini hari WIB.
Setelah Washington, London dan Paris menyatakan hal senada. Seorang pejabat Kementerian Keuangan Perancis menyebut, Yellen dan sejumlah menkeu sekutu AS akan mengosongkan kursi atau layar selama Menkeu Rusia Anton Siluanov berbicara. Siluanov memastikan akan mengikuti Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20. Hingga Selasa malam waktu Washington, Siluanov belum terlihat di lokasi pertemuan. Ia mungkin akan hadir secara virtual, seperti rencana semula.
Pejabat Kemenkeu Inggris juga menyebut Sunak akan mengikuti langkah Yellen. ”Seperti AS, Menkeu akan menghadiri acara inti G20, melanjutkan kerja sama dengan sekutu kami untuk mengingatkan pendudukan Rusia dan mendorong tindakan bersama yang lebih kuat untuk menghukum Rusia dan mendukung Ukraina,” kata pejabat yang menolak diungkap identitasnya itu.
Sementara Menkeu Jerman Christian Lindner dipastikan tidak akan mengikuti langkah trio itu. Lindner akan tetap ikut seluruh sesi. Bagi Berlin, lebih baik hadir dan memanfaatkan semua forum untuk mengingatkan pentingnya menghukum Rusia serta mencari cara mengatasi dampak serangan Rusia pada perekonomian global. ”Selama dan setelah pertemuan, kami akan menyampaikan pesan kuat dan kami tidak akan sendirian,” ujar pejabat Jerman yang menolak identitasnya diungkap.
Adapun Menkeu Jepang Shunichi Suzuki hanya disebutkan akan mengikuti FMCBG G20. Tidak diketahui sesi mana yang diikuti Suzuki.
AFP/MICHAEL SOHN / POOL
Kanselir Jerman Olaf Scholz saat berbicara pada konferensi pers soal Presidensi Jerman di Kelompok Negara-negara G7 di Berlin, Jumat (21/1/2022). Scholz dan pemerintahannya saat ini berada dalam tekanan karena sikapnya yang ambigu atas situasi di Ukraina.
Perbedaan sikap itu menunjukkan G7 atau kelompok tujuh negara industri terkaya semakin terpecah soal Rusia. Sampai pekan lalu, AS berkeras menolak hadir di semua pertemuan yang diikuti Rusia. Bahkan, AS mendesak komunitas internasional mengucilkan Rusia selepas perang meletus di Ukraina. Hal itu berlaku bagi G20, organisasi 20 perekonomian terbesar dunia dan tahun ini sedang dipimpin Indonesia.
Sekarang, AS bersama Inggris dan Perancis setuju mengikuti sebagain sesi FMCBG G20. Tinggal UE, Italia, dan Kanada belum diketahui sikapnya. Seperti AS, sampai pekan lalu UE bersama Italia dan Kanada juga menolak hadir di forum yang diikuti delegasi Rusia.
Sebelum soal kehadiran di G20, perpecahan di antara AS dan sekutunya serta di antara mereka dan komunitas internasional lebih luas amat kentara. Berlin dan Tokyo enggan mengikuti desakan melarang impor energi dari Moskwa. Padahal, Washington dan sejumlah sekutunya ingin memberi sanksi sektor energi karena memberikan hampir 40 persen pendapatan Rusia dari perdagangan internasional.
Keengganan Jerman terutama karena infrastruktur energinya dirancang untuk bergantung pada pasokan Rusia. Selain itu, tanpa pasokan Rusia atau jika pasokan itu terkendala, harga energi melonjak. Bruegel, lembaga kajian yang berpusat di Brussels, Belgia, menaksir Uni Eropa akan membutuhkan 70 miliar euro untuk menyediakan gas tahun ini. Tahun lalu, UE hanya butuh total 12 miliar euro. Lonjakan harga terjadi karena pasokan dari Rusia terganggu sejak perang Rusia-Ukraina meletus.
Dampak perang
Sebelum bertolak ke Washington pada Selasa sore, Suzuki mengingatkan dampak perang Rusia-Ukraina pada perekonomian global. Jepang yang sepenuhnya mengandalkan impor untuk penyediaan energi telah merasakan dampak perang itu.
G20 berisiko terpecah dan (pertemuan) pekan ini amat penting.
Sebagai lima besar pemasok minyak dan gas bumi, Rusia berperan penting bagi Jepang. Keputusan AS dan sekutunya, termasuk Jepang, membuat ekspor energi Rusia terhambat. Halangan terjadi karena Rusia tidak bisa mengakses sistem pembayaran global. Rekening Rusia di berbagai negara juga dibekukan. Moskwa menolak mengirimkan minyak dan gas jika tidak menerima pembayaran.
Pejabat Kemenkeu Jerman menyebut tindakan Rusia menyebabkan harga energi dan pangan global melonjak. Kenaikan itu memicu kesulitan di berbagai negara. Jerman termasuk negara yang ikut terdampak perekonomiannya.
Dalam laporan Kementerian Ekonomi Jerman bersama lima lembaga kajian di negara itu disimpulkan, perekonomian Jerman batal tumbuh 4,4 persen pada 2022. Berlin hanya akan tumbuh paling banyak 2,7 persen. Dampaknya, Jerman akan kehilangan PBD setara 220 miliar euro pada 2022-2023. Kondisi itu antara lain dipicu terjadi karena keterbatasan gas. Seperti banyak negara Eropa, Jerman tergantung pada pasokan gas Rusia.
AP/MICHAEL SOHN/SO
Stasiun gas alam Lubmin, Jerman, pada 15 Februari 2022. Stasiun itu belum dioperasikan karena terdampak keputusan Jerman ikut menghukum Rusia selepas perang Rusia-Ukraina meletus pada 24 Februari 2022. Meski demikian, Jerman tetap mengimpor gas dan minyak bernilai miliaran euro dari Rusia.
Dampak perang tidak hanya terhadap perekonomian global. Organisasi-organisasi internasional juga terancam oleh perang itu. ”G20 berisiko terpecah dan (pertemuan) pekan ini amat penting,” kata mantan pejabat Dana Moneter Internasional yang kini bekerja di Atlantic Council, Josh Lipsky.
Jika Barat membiarkan G20 melemah gara-gara G7 atau kelompok lain, G20 bisa semakin mendekat ke China. ”Rusia bisa merapat ke China dan saya pikir Rusia akan menganggap itu bagus. Bahkan, bisa memberikan peluang pengaruh lebih luas,” ujarnya.
Ekonom senior Center for Strategic and International Studies AS, Matthew Goodman, mengatakan, tidak layak berharap banyak dari FMCBG G20. ”Sulit melihat bagaimana G20 akan bersatu menghadapi krisis Ukraina,” ujarnya.
Ketua Forum Pejabat Keuangan dan Moneter AS Mark Sobel mengatakan bahwa desakan AS mengeluarkan Rusia dari G20 sulit dipenuhi. Tidak ada satu pun mekanisme jelas untuk melakukan itu di G20. Apalagi, China dan India secara terbuka menyokong Rusia. (AFP/REUTERS)