Selain kisahnya yang menarik banyak perhatian, Firaun juga meninggalkan jejak-jejak keunggulan peradaban masa lalu di Mesir. Kota Luxor menjadi saksi dari kejayaan masa lalu tersebut. Selain kuil, ada pula jalan raya.
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Luxor, Mesir
·6 menit baca
Senja mulai menyapa pada Sabtu sore, 5 Maret 2022, saat rombongan wisatawan lokal, termasuk Kompas, bergerak menuju situs peninggalan peradaban Mesir kuno yang paling fenomenal. Situs itu adalah Kuil Karnak dan Kuil Luxor. Dua kuil tersebut berada di tepi timur Sungai Nil, tepatnya di kota Luxor (sekitar 650 kilometer arah selatan kota Kairo). Kota Luxor disebut Thebes pada era dinasti Firaun.
Kuil Karnak dibangun pada era kekuasaan Senusret I dari dinasti pertengahan pada 2000-1700 SM atau 4022 tahun lalu. Kuil Luxor dibangun oleh Amenhotep III pada 1400 SM atau pada 3422 lalu. Pembangunan Kuil Luxor disempurnakan oleh para firaun berikutnya, termasuk Firaun II.
”Kita mengunjungi dulu Kuil Karnak karena waktu kunjungan ke Kuil Karnak ditutup pada pukul lima sore. Kalau Kuil Luxor dibuka sampai malam hari,” ujar pemandu wisata, Ibrahim (35), kepada para wisatawan di dalam bus wisata.
Kuil Karnak berada di tengah kota Luxor. Untuk menuju Kuil Karnak, harus menelusuri jalanan kota Luxor yang cukup ramai. Maklum, kota Luxor kini berpenduduk sekitar 1,3 juta jiwa, menjadi salah satu kota besar di Mesir.
Pembangunan kota Luxor terlihat cukup berkembang. Apalagi sejak kota yang berada di hulu negeri Mesir ini sudah menjadi destinasi wisata internasional. Bandara internasional Luxor juga terlihat cukup megah, menyambut wisatawan lokal ataupun asing setiap hari.
Sesampai di area kompleks Kuil Karnak, langsung terlihat bangunan kuil megah berwarna kecoklatan. Meski sudah berusia 4.022 tahun, kuil tampak gagah dan kokoh.
Yang langsung tersirat dalam benak ketika melihat kuil Karnak adalah betapa majunya peradaban Mesir pada 4.000 tahun lalu, saat bangsa lain mungkin masih bergulat dalam era kegelapan. Kuil Karnak merupakan kompleks situs sejarah kuno yang terdiri dari bangunan kuil utama, pilar, dan deretan sphinx mini. Ada 134 pilar besar dengan ketinggian beragam dari 13 meter hingga 21 meter.
Bangunan utama dari Kuil Karnak dibangun pada era Dinasti Ke-18 untuk persembahan kepada tiga dewa, yaitu Amun-Ra (Dewa Matahari), Mut (istrinya), dan Khons (putra Dewa Matahari). Memasuki area Kuil Karnak dari depan hingga belakang, harus melalui deretan pilar besar di kiri-kanan sehingga terasa seperti sedang memasuki istana megah era ribuan tahun lalu.
Petang itu, wisatawan asing dan lokal memadati area Kuil Karnak. Di pintu depan Kuil Karnak, wisatawan disambut pemandangan deretan sphinx mini (bertubuh singa berkepala manusia) di kiri-kanan.
Kuil Karnak merupakan situs sejarah kuno di Mesir yang menyedot pengunjung terbanyak kedua setelah Kompleks Piramida di Giza, dekat Kairo. Pada malam hari, digelar Sound and Light, yaitu pegelaran di mana di tengah remang-remang lampu, pengunjung hanya mendengar suara yang menjelaskan jejak-jejak sejarah dinasti Firaun.
”Kita di sini hanya punya waktu 45 menit saja karena setelah ini harus mengunjungi Kuil Luxor,” ujar Ibrahim saat rombongan wisatawan lokal sedang asyik menikmati kemegahan Kuil Karnak.
Jalan Sphinx
Dari Kuil Karnak, rombongan langsung menuju Kuil Luxor yang berada tidak jauh dari Kuil Karnak. Sesampai di Kuil Luxor, terlihat wisatawan asing dan lokal berjubel di area kompleks kuil tersebut.
Di depan Kuil Luxor, terdapat Jalan Sphinx yang menghubungkan Kuil Luxor dan Kuil Karnak. Jalan Sphinx yang memiliki panjang sekitar 2,7 kilometer dan lebar sekitar 76 meter baru diresmikan oleh Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi pada akhir November 2021.
Para arkeolog bekerja keras selama tujuh dekade untuk melakukan penggalian jalanan kuno sepanjang hampir 3 kilometer itu di kota Luxor. Usaha mereka tidak sia-sia, ditandai dengan penemuan Jalan Sphinx yang berusia 3.400 tahun tersebut. Jalanan itu kini terbuka untuk publik.
Jejak pertama jalanan kuno ini ditemukan pada 1949 ketika arkeolog Mesir Mohammed Zakaria Ghoneim menemukan delapan patung di dekat Kuil Luxor. Adapun 17 patung lainnya ditemukan pada 1958 hingga 1961 dan 55 patung digali selama 1961 hingga 1964. Dari 1984 hingga 2000, seluruh rute jalanan akhirnya bisa ditentukan sehingga bisa mulai membuka jalan tersebut.
Untuk membuka jalan kuno ini, pemerintah telah menggusur ratusan rumah, masjid, dan gereja. Sebanyak 1.057 patung di jalanan ini telah dipulihkan. Dengan dibukanya Jalan Sphinx untuk publik itu, semakin meningkatkan daya tarik Kuil Luxor dan Kuil Karnak, serta kota Luxor.
Sebelum masuk ke Kuil Luxor, Kompas sempat masuk beberapa meter ke Jalan Sphinx yang di kiri-kanan terdapat deretan panjang patung mini sphinx. Jalan Sphinx sangat viral di media sosial di Mesir saat pembukaannya pada akhir November lalu.
Banyak turis asing terlihat mencoba menelusuri Jalan Sphinx tersebut, juga banyak turis asing yang hanya mengambil foto dengan latar belakang Jalan Sphinx.
Setelah cukup puas menikmati pemandangan Jalan Sphinx, rombongan kemudian masuk ke kompleks Kuil Luxor.
Kuil Luxor
Kuil Luxor adalah kompleks kuil Mesir kuno yang dirancang oleh Firaun Amenhotep III (1397 SM-1360 SM) dan Firaun II (1290 SM-1223 SM). Ada bagian dari Kuil Luxor yang dibangun oleh dinasti Ptolemeus (Yunani kuno) 305 SM-304 SM.
Seperti halnya Kuil Karnak, Kuil Luxor juga dibangun untuk persembahan kepada Dewa Amun-Ra dan istrinya, Mut, beserta anaknya, Khonsu.
Amenhotep III dan Firaun II yang menyempurnakan Kuil Luxor dengan membuat halaman, gedung, dan deretan tiang-tiang besar yang indah.
Beberapa bagian dari bangunan Kuil Luxor yang dibangun oleh Amenhotep III dari Dinasti Ke-18 sempat hancur. Lalu, dibangun lagi oleh Firaun II dari Dinasti Ke-19.
”Kuil Luxor ini adalah kuil paling besar dan megah yang dibangun Amenhotep III dan kemudian disempurnakan oleh Firaun II. Di kuil ini, Amenhotep III dan Firaun II melakukan sebagian besar aktivitas sehari-harinya. Semua yang ada di kuil ini, seperti deretan tiang besar, gambar-gambar pada dinding kuil ini memberi makna terkait aktivitas Amenhotep III dan Firaun II,” kata Ibrahim, sang pemandu wisata.
Ia lalu menjelaskan bahwa Kuil Luxor menunjukkan kejayaan era Firaun II yang merupakan Firaun terkuat. Ia menganggap dirinya adalah dewa.
Seperti diketahui, era Firaun II adalah era lahirnya Nabi Musa AS yang sering disebut dalam Al Quran. Firaun II lalu memburu Nabi Musa AS karena dianggap mengancam kekuasaannya.
Nabi Musa AS lari dari Mesir menuju tanah Palestina. Ketika hendak melintasi Laut Merah, Nabi Musa AS memukulkan tongkatnya ke Laut Merah sehingga air laut itu terbelah menjadi daratan dan Nabi Musa bisa melintasi daratan itu dengan selamat menuju Gurun Sinai.
Sesampai ke Gurun Sinai, Nabi Musa kembali memukul tongkatnya ke arah Laut Merah itu sehingga kembali jadi lautan lagi. Saat jadi lautan lagi, Firaun II dan bala tentaranya yang mengejar Nabi Musa tenggelam dan Firaun II tewas ditelan lautan. Lalu, berakhirlah kisah kejayaan Firaun II dan Kuil Luxor.
Memasuki Kuil Luxor, memang langsung mengenang kisah kejayaan Firaun II dan perseteruannya dengan Nabi Musa AS itu.
Saat memasuki Kuil Luxor, wisatawan langsung disuguhi beberapa ruangan dengan pemandangan deretan tiang besar di kiri dan kanan. Beberapa ruangan itu menjadi saksi bisu tempat-tempat historis Firaun Amenhotep III dan Firaun II.
Kunjungan ke Kuil Luxor pun menjadi kunjungan terakhir dari rangkaian kunjungan wisata ke Aswan dan Luxor.