Tenggelamnya ”Moskva”, Kemenangan Simbolik Ukraina di Hari Ke-50 Invasi Rusia
Ukraina meraih kemenangan simbolis setelah pejabat militernya mengklaim dua rudal Neptunus menenggelamkan kapal perang Rusia, Moskva. Militer Rusia mulai meningkatkan kembali gempuran terhadap kota-kota di Ukraina.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD, MUHAMMAD SAMSUL HADI
·5 menit baca
KIEV, JUMAT — Pada hari ke-50 invasi Rusia, Kamis (14/4/2022), Ukraina memetik kemenangan simbolik. Pada hari itu, kapal penjelajah rudal Moskva, kekuatan utama armada Laut Hitam, yang sebelumnya mengalami rusak berat, tenggelam. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, kapal itu tenggelam diterjang badai saat hendak ditarik ke pelabuhan terdekat.
Mengenai penyebab kerusakan kapal Moskva, diberi nama sesuai ibu kota Rusia, Moskwa dan Kiev menyampaikan versi berbeda. Moskwa mengatakan, insiden itu terjadi karena amunisi di dalam kapal meledak. Pejabat Ukraina menyebutkan, kapal RTS Moskva (121) itu rusak akibat diserang dengan tembakan dua rudal jelajah antikapal Neptunus dari Ukraina.
Rusia tidak mengakui adanya serangan terhadap kapal itu. Kremlin mengatakan tengah menyelidiki insiden tersebut. Kantor berita Reuters menyatakan tidak bisa memverifikasi dua pernyataan yang bertolak belakang itu, termasuk apakah kapal tersebut memang tenggelam.
”Saat kapal penjelajah Moskva ditarik ke pelabuhan tujuan, kapal kehilangan keseimbangan akibat kerusakan pada lambung kapal karena kebakaran,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia. ”Dalam kondisi laut dilanda badai, kapal itu tenggelam.”
Kapal tersebut mampu membawa 16 rudal jarak jauh. Sebelum kapal Moskva tenggelam, seluruh awaknya yang diperkirakan berjumlah 500 orang telah dievakuasi. Tenggelamnya Moskva menjadi pukulan Moskwa. Di sisi lain, ini menjadi kemenangan simbolis bagi warga dan militer Ukraina.
Dalam pidato, Kamis malam, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memuji rakyatnya atas keberanian mereka menghadapi invasi Rusia dengan ”mengambil keputusan terpenting dalam hidup mereka, bertempur melawan”. Seluruh rakyat Ukraina harus berbangga mampu bertahan dalam 50 hari serangan Rusia. Zelenskyy menyebut, pihaknya tidak hanya membuat kapal-kapal perang Rusia mundur, bahkan hingga ”dasar” lautan.
Ada cerita menarik pada hari-hari pertama serangan Rusia ke Ukraina. Kapal Moskva dilaporkan memberikan ultimatum pada tentara Ukraina yang ditempatkan di Pulau Ular di Laut Hitam agar menyerah. Dalam rekaman suara yang beredar luar, seorang tentara Ukraina menjawab, ”Hai kapal Rusia, pergilah sendiri!”
Kantor berita Associated Press mengatakan tidak bisa memverifikasi versi cerita tersebut. Namun, Ukraina dan para pendukungnya menyebut momen perlawanan itu sebagai peristiwa ikonik. Ukraina belum lama ini menerbitkan prangko untuk mengenang peristiwa tersebut.
Maksym Marchenko, Gubernur Wilayah Odesa Region, menyebutkan bahwa pasukan Ukraina menembakkan dua rudal Neptune pada kapal Moskva dan menimbulkan ”kerusakan parah”. Neptune adalah rudal antikapal yang belakangan dikembangkan oleh Ukraina berdasarkan desain Soviet sebelumnya.
Peluncurnya dipasang pada truk-truk yang ditempatkan di dekat pantai. Lembaga Center for Strategic and International Studies (CSIS), yang berkantor di Washington DC, AS, mengatakan, rudal tersebut mampu mencapai sasaran sejauh hingga 280 kilometer.
Andai benar Ukraina melancarkan serangan terhadap kapal itu, tampaknya menjadi kapal perang besar pertama yang tenggelam sejak Perang Falklands tahun 1982. Kala itu, kapal seukuran bernama ARA General Belgrano dihantam torpedo oleh kapal selam Inggris, menewaskan 300 pelaut di dalamnya.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, Moskva mengalami kerusakan setelah amunisi meledak akibat kebakaran. Selain dilengkapi rudal-rudal penjelajah, kapal tersebut juga membawa rudal-rudal pertahanan udara dan senjata-senjata lainnya. Diluncurkan pada tahun 1979 dengan nama Slava (Keagungan), kapal itu beroperasi pada Perang Dingin serta konflik di Georgia dan Suriah. Selama Perang Dingin, kapal itu juga membawa senjata-senjata nuklir.
Jejak sejarah
Moskva pertama kali digunakan Angkatan Laut Soviet pada 1983 setelah dibuat di Ukraina (saat itu masih di bawah Soviet). Namanya diubah dari Slava menjadi Moskva pada tahun 1995 setelah bubarnya Uni Soviet. Kapal itu pernah ikut memberikan pengamanan atas pertemuan Pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev dan Presiden AS George Bush di Malta, Desember 1989.
Presiden Rusia Vladimir Putin pernah mengadakan pertemuan dengan para pemimpin dunia di atas kapal tersebut. Moskva dikerahkan untuk memblokade Angkatan Laut Ukraina pada Maret 2014 sebagai bagian dari aneksasi Rusia atas Crimea. Saat dikirimkan dalam operasi militer di Suriah tahun 2015, kapal itu memberi perlindungan udara bagi pasukan Rusia di negara tersebut.
Para pengamat tidak melihat kehilangan kapal Moskva bakal berdampak besar terhadap apa yang disebut Kremlin sebagai ”operasi khusus” di Ukraina. ”Kapal itu benar-benar sudah sangat tua. Sebenarnya sudah ada rencana mengganti kapal itu sejak lima tahun lalu,” ujar Alexander Khramchikhin, analis militer Rusia.
”(Insiden tersebut) lebih memberikan nilai status dibanding nilai tempur, tidak banyak kaitan dengan operasi saat ini. Insiden ini tidak berdampak pada arah pertempuran.”
Serangan balasan Rusia
Tenggelammya kapal perang Moskva membuat militer Rusia melancarkan serangan balasan ke sejumlah kota Ukraina, Jumat (15/4/2022). Serangan militer Rusia tidak hanya ditujukan ke ibu kota Kiev, tetapi juga ke kota-kota utama Ukraina, seperti Kharkiv dan Mariupol, yang belum bisa ditaklukkan.
Ledakan kuat terdengar di Kiev pada Jumat dini hari. Sirene serangan udara terdengar meraung-raung di seluruh Ukraina, memaksa warga yang masih bertahan bersiap menghadapi serangan Rusia. Ledakan keras itu menjadi salah satu yang paling signifikan sejak pasukan Rusia ditarik kembali dari Kiev pada awal bulan ini sebagai persiapan untuk pertempuran di selatan dan timur.
Di Kharkiv, Gubernur Oleg Synegubov mengatakan, serangan militer itu telah merenggut empat korban lagi. Kota terbesar kedua Ukraina tersebut juga mengalami kehancuran besar setelah menjadi kota perbatasan pertama yang diserang oleh militer Rusia sejak awal invasi, 24 Februari. Serangan juga dilaporkan terjadi di kota Kherson yang ada di selatan dan kota Ivano-Frankivsk yang ada di barat serta Luhansk dan Zaporizhzia.
Warga kota Mariupol, yang saat ini masih terkepung oleh militer Rusia, dikabarkan semakin menderita. Sekitar 120.000 warga terjebak di dalam kota tanpa suplai makanan yang memadai, air, dan pemanas.
Wali Kota Mariupol menyebut, selama sepekan terakhir lebih dari 10.000 warga sipil tewas akibat kekurangan pasokan makanan dan diperkirakan jumlah itu terus berlipat ganda. David Beasley, Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP), mengingatkan dunia terhadap banyaknya warga yang mati karena kelaparan di kota tersebut.
Penaklukan Mariupol sangat penting bagi militer Rusia agar bisa memperlancar arus masuk dan keluar kelompok bersenjata dukungannya yang berkuasa di Semenanjung Crimea. Mariupol menjadi jalur yang akan menghubungkan dengan pasukan di wilayah Donbas, jantung industri Ukraina di wilayah timur dan menjadi target serangan berikutnya.
Menurut seorang pejabat senior pertahanan Amerika Serikat, militer Rusia terus memindahkan helikopter tempur dan peralatan lainnya untuk mendukung taktik tersebut. Namun, menurut dia, masih belum ada kejelasan kapan Rusia akan melakukan serangan besar-besaran terhadap Donbas. (AP/AFP/REUTERS)