Enam Senator AS ke Taiwan, China: Jangan Coba-coba Jalur Berbahaya
Dukungan negara-negara demokratis Barat kepada Taiwan kembali ditunjukkan dengan kunjungan senator dari Amerika Serikat ke Taipei.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
TAIPEI, JUMAT — Enam anggota Senat Amerika Serikat memulai kunjungan kerja selama dua hari di Taipei, Taiwan, pada hari Jumat (15/4/2022). Kunjungan ini menuai kritik keras dari Beijing yang menuduh AS dan Taiwan bermain api untuk menantang China.
Dilansir dari kantor berita Taiwan, Central News Agency, keenam senator itu tiba di Bandara Songshan pada hari Kamis (14/4/2022) pukul 19.40 waktu setempat atau pukul 18.40 WIB. Tim dipimpin oleh Senator Lindsey Graham dari Komisi Anggaran Senat AS.
Bersama dia adalah Ketua Komisi Hubungan Internasional Senat AS Robert Menendez; anggota Komisi Keamanan Dalam Negeri Senat AS, Robert Portman; Senator Richard Burr; Senator Ben Sasse; dan Senator Ronny Jackson. Awalnya, Ketua DPR AS Nancy Pelosi hendak turut serta, tetapi ia masih dalam isolasi akibat tertular Covid-19.
Mereka bertemu dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, Menteri Luar Negeri Joseph Wu, dan Menteri Pertahanan Chiu Kuo-cheng. Berdasarkan keterangan pers dari Institut Amerika di Taiwan (AIT), rapat para petinggi negara itu akan membahassituasi di Indo-Pasifik. Intinya, kedua belah pihak menyepakati pentingnya menjaga keamanan dan kestabilan di kawasan tersebut.
Menanggapi kedatangan senator-senator itu, China mengeluarkan pernyataan keberatan melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian. ”China sudah menegaskan menentang segala bentuk kontak resmi antara AS dan China. Kami memperingatkan kedua belah pihak agar jangan coba-coba mengambil jalur yang berbahaya ini,” tutur Zhao seperti dikutip oleh kantor berita nasional China, Xinhua.
Selama dua tahun terakhir, semakin banyak perwakilan pemerintah negara-negara Barat yang datang ke Taiwan. Semuanya bukan kunjungan diplomatik karena negara-negara ini tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan akibat terikat kesepakatan Satu China. Akan tetapi, perwakilan negara-negara Barat terus mengupayakan kerja sama dengan Taiwan yang mereka sebut sebagai salah satu demokrasi kuat di Asia Timur.
China waspada
Kinjungan enam senator ini juga membuat China waspada. Pasalnya, Senator Robert Menendez merupakan pendorong rancangan undang-undang agar kantor perwakilan Taiwan di Washington, AS, diubah namanya. Saat ini, lembaga itu disebut Kantor Perwakilan Taipei di Washington. Menendez mengusulkan agar namanya menjadi Kantor Perwakilan Pemerintah Taiwan di Washington. Beijing menyuarakan ketidaksukaan mereka terhadap rencana ini.
Pada bulan Maret lalu, mantan Menlu AS Mike Pompeo juga berkunjung ke Taiwan. Dalam jumpa pers, ia secara gamblang mengatakan, sebaiknya Amerika Serikat membangun hubungan diplomatik dengan Taiwan.
Meskipun saat ini tidak ada hubungan diplomatik, AS berkomitmen membela Taiwan apabila wilayah ini diserang oleh China. Hal ini tertuang dalam Taiwan Relations Act dan Six Assurances atau enam komitmen politik luar negeri AS terkait Taiwan yang mencakup untuk terus menjual persenjataan ke Taiwan.
Perkataan Pompeo memancing kemarahan Beijing. Sepanjang 2021-2022, China sudah mengirim 1.200 pesawat tempur memasuki wilayah pertahanan udara Taiwan. Ini merupakan peringatan agar Taiwan tidak melanjutkan bermain api dan mengompori kemarahan Beijing.
Saat ini, Taiwan tengah memperoleh banyak dukungan dari negara-negara Barat. Lituania merupakan negara Eropa pertama yang resmi membuka hubungan diplomatik dengan Taiwan. Pekan ini, parlemen Swedia juga berencana mengganti nama kantor perwakilan negara tersebut di Taipei dari Kantor Urusan Perdagangan dan Investasi Swedia menjadi Griya Swedia.
”House of Sweden (Griya Swedia) ini menandakan lembaga tersebut tidak hanya mengurusi soal perdagangan, melainkan juga berbagai topik mulai dari kebudayaan, pendidikan, hingga pembicaraan politik,” kata Kerstin Lundgren, anggota parlemen Swedia yang mendukung usulan itu.
Terkait dengan keberatan dari China, parlemen Swedia menganggap hal itu tidak ada sangkut pautnya dengan China. Ini murni urusan Swedia dengan Taiwan. (AP)