Tak Mau Rugi, AS dan Sekutu Sortir Sanksi Bumerang
Sejumlah sanksi terhadap Rusia justru menjadi bumerang bagi kepentingan nasional Amerika Serikat dan sekutu sendiri. Tidak mau rugi, mereka pun sedang menyortir sanksi-sanksi itu.
Oleh
KRIS MADA
·6 menit baca
AFP/NIKOLAY DOYCHINOV
Karyawan berjalan di lokasi konstruksi stasiun gas, sebagai bagian dari jalur pipa gas antara Bulgaria dan Yunani, di dekat Desa Malko Kadievo, Bulgaria, 18 Maret 2022. Pada Sabtu (2/4/2022), Komisioner Uni Eropa untuk urusan Ekonomi Paolo Gentiloni mengungkap bahwa sektor energi Rusia akan dikecualikan dari rangkaian sanksi baruUE.
ROMA, MINGGU - Amerika Serikat dan sekutunya mulai memilih-milih sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia karena serangannya ke Ukraina. Sejumlah sanksi yang sudah dan akan berdampak buruk bagi kepentingan nasional AS dan sekutunya akan dikecualikan. Namun, pada saat yang sama, mereka terus mendesak negara lain ikut menjatuhkan sanksi kepada Rusia.
Dalam pernyataan di Lombardia, Italia, Sabtu (2/4/2022), Komisioner Uni Eropa (UE) untuk Urusan Ekonomi Paolo Gentiloni mengungkap bahwa UE sedang menyusun rangkaian sanksi baru terhadap Rusia. Sektor energi Rusia akan dikecualikan dari rangkaian sanksi baru itu.
Sebelumnya, pada Kamis (31/3), Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida memastikan Jepang tidak akan keluar dari ladang gas Sakhalin-2 di Rusia. ”Jepang punya kepentingan di Sakhalin-2, yang dalam jangka panjang akan berperan pada stabilitas pasokan dan keterjangkauan harga gas. Proyek itu sangat penting bagi keamanan energi Jepang,” kata Kishida dalam sidang parlemen Jepang, sebagaimana dilaporkan Kyodonews dan Mainichi.
Adapun dalam surat pada 24 Maret 2022, Departemen Keuangan AS mengecualikan pupuk dan aneka produk pertanian Rusia dari daftar sanksi. AS akan terpukul apabila tetap menjatuhkan pupuk dan aneka produk pertanian Rusia karena ada keterbatasan pasokan global. Departemen Keuangan AS mengakui sulit mendapatkan pemasok pengganti dalam situasi sekarang.
Departemen Keuangan AS mengecualikan pupuk dan aneka produk pertanian Rusia dari daftar sanksi. AS akan terpukul apabila tetap menjatuhkan pupuk dan aneka produk pertanian Rusia karena ada keterbatasan pasokan global.
Saat ini, 6 persen potas, 20 persen fosfat amonia, dan 13 persen urea AS dipasok Rusia. Larangan impor pupuk dari Rusia akan mengganggu pertanian AS, penyerap 10 persen tenaga kerja dan penyumbang 5 persen produk domestik bruto negara itu. AS mendapatkan pendapatan 140 miliar dollar AS dari ekspor agrikultur pada 2019.
Keputusan Brussels, Washington, dan Tokyo mencerminkan pergeseran kebijakan sanksi terhadap Moskwa selepas Perang Ukraina meletus pada 24 Februari 2022. Awalnya, AS dan sekutunya menggelontorkan berbagai sanksi kepada Rusia, mulai dari perdagangan, investasi, keuangan, penerbangan, hingga kebudayaan. AS dan sekutunya juga mendesak sejumlah negara ikut memboikot dan menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Bahkan, AS sampai menjajaki sanksi kepada negara-negara yang tidak mau memutus hubungan dengan Rusia.
RUSSIAN EMERGENCY MINISTRY PRESS SERVICE VIA AP
Depo minyak di Belgorod, Rusia terbakar pada Jumat (1/4/2022). Kebakaran diduga dipicu serangan tentara Ukraina.
Belakangan, Washington dan sekutunya makin merasakan bahwa beberapa sanksi justru memukul balik mereka sendiri. Eropa yang mendapatkan hampir separuh pasokan energinya dari Rusia justru sangat terpukul. Kini, harga energi di Eropa barat sudah melonjak tajam. Bahkan, baru-baru ini, Rusia mengancam akan menghentikan pasokan gas jika Eropa tak membayar transaksi dengan rubel, mata uang Rusia.
Rusia merupakan salah satu pemasok besar pada pasar energi, pangan, dan bahan baku industri lainnya. Dengan demikian, sanksi kepada Rusia akan berdampak pada terhambatnya atau putusnya pasokan barang ke banyak negara.
Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar mengungkapkan ironi yang terjadi di Eropa. Selagi Washington dan sekutunya mengecam New Delhi yang terus membeli jutaan barel minyak dari Moskwa selepas pecah perang Rusia-Ukraina, Eropa ternyata meningkatkan impor dari Rusia.
Dibandingkan Februari 2022, minyak yang dibeli Eropa dari Rusia pada Maret naik 15 persen. ”Kalau melihat (daftar) pembeli utama minyak dan gas Rusia, akan terlihat mayoritas ada di Eropa. Saat harga naik, wajar jika negara-negara mencari harga terbaik,” katanya.
Sampai sekarang, sebagian Eropa masih terus membeli minyak dan gas dari Rusia. Perusahaan Eropa yang masih membeli minyak dari Rusia antara lain PCK Schwedt, Leuna, dan MiRO di Jerman. Sementara di Italia dan Yunani masing-masing ada ISAB dan Hellenic Petroleum.
Eropa sedang mencari alternatif pemasok energi untuk memutus ketergantungan dari Rusia. Namun hal ini tidak mudah. Selain realisasinya makan waktu lama, biaya pembangunan infrastrukturnya juga mahal.
AP/MICHAEL SOHN
Stasiun gas alam di Lubmin, Jerman pada 15 Maret 2022. Jerman melarang stasiun yang menjadi bagian jaringan gas alam Nord Stream 2 beroperasi sebagai bentuk sanksi kepada Rusia yang menyerang Ukraina mulai 24 Februari 2022. Rusia membalas sanksi itu dengan mengancam menghentikan pasokan energi ke Jerman dan berbagai negara Eropa. Berbagai pihak memperingatkan, industri Jerman akan ambruk jika pasokan gas dihentikan Rusia.
Selama ini, gas dan minyak Rusia dialirkan ke Eropa melalui pipa. Jika membeli dari sumber lain, minyak dan gas harus diangkut dengan kapal dan dibongkar di pelabuhan dengan kapasitas khusus. Untuk bisa diekspor, gas harus dicairkan di pelabuhan asal lalu diubah lagi menjadi gas di pelabuhan tujuan.
Lembaga konsultansi Wood Mackenzie dan Rystad menaksir, Eropa harus membayar hingga 25 miliar dollar AS untuk membangun infrastruktur impor gas dari luar Rusia. Pembangunan juga tidak akan selesai dalam dua tahun. Peningkatan biaya itu akan dibebankan ke konsumen Eropa yang kini sudah harus menanggung biaya energi yang tinggi.
Wakil Kanselir Jerman Robert Habeck mengingatkan, negaranya tidak punya infrastruktur memadai untuk mengimpor gas dari luar Rusia. Jika separuh saja pasokan gas Rusia dihentikan, banyak industri Jerman akan tutup.
Jika separuh saja pasokan gas Rusia dihentikan, banyak industri Jerman akan tutup.
Asosiasi Industri dan Air Jerman (BDEW) dan Federasi Industri Jerman (BDI) telah menyatakan, dampak penghentian pasokan energi Rusia ke Jerman mustahil dihitung. BDEW mengingatkan, Jerman akan terpaksa memacu lagi pembangkit batubara jika sampai kekurangan pasokan minyak dan gas dari Rusia.
Masalah lain, tidak mudah mendapat pemasok pengganti. Meski Brussels-Washington sudah bersepakat pada 25 Maret 2022, AS tidak bisa begitu saja mengalihkan pasokannya ke Eropa. Untuk 2022 saja, AS hanya bisa memasok 10 persen yang biasanya didapat Eropa dari Rusia. Rystad mengingatkan, hampir seluruh gas AS sudah ada pembelinya. Eropa harus membayar lebih mahal jika mau menarik gas yang sudah dipesan itu.
Ketidakmampuan AS memenuhi kebutuhan energi Eropa menjadi salah satu alasan banyak negara mengabaikan ajakan Washington dan sekutunya memutus hubungan dengan Rusia. Alasan lain, banyak negara berutang budi pada Uni Soviet lalu Rusia selama puluhan tahun. Di sisi lain, justru AS dan sekutunya menghadirkan masalah bagi mereka.
Wakil Tetap Afrika Selatan di Perserikatan Bangsa-bangsa Mathu Joyini menyebut, AS dan sekutunya tidak berhak membahas pelanggaran piagam PBB soal kedaulatan negara lain. Sebab, Washington dan sekutunya berulang kali menyerbu negara lain tanpa persetujuan PBB.
Presiden Uganda Yoweri Museveni mengatakan, AS dan Eropa menerapkan terlalu banyak standard ganda. Ia menyoroti serbuan AS dan sekutunya pada Libya, Afghanistan, Suriah, dan Irak. Selain meruntuhkan tatanan di negara itu, serangan AS memicu lahirnya berbagai kelompok teror dan radikal yang menyebar ke mana-mana. Banyak negara kerepotan oleh kelompok-kelompok itu.
Afrika juga marah besar karena pengungsi Afrika dipersulit melarikan diri dari Ukraina ke Eropa. Bahkan, sebagian warga Afrika di Ukraina dilaporkan dipaksa menjadi milisi melawan Rusia.
Bahkan, pemimpin Abu Dhabi dan Riyadh menolak telepon dari Presiden AS Joe Biden. Israel malah terus mempertahankan kerja sama dengan Rusia.
Adapun sekutu Washington di Timur Tengah, yakni Arab Saudi, Israel, dan Uni Emirat Arab, menolak ajakan AS mengecam Rusia. Bahkan, pemimpin Abu Dhabi dan Riyadh menolak telepon dari Presiden AS Joe Biden. Israel malah terus mempertahankan kerja sama dengan Rusia.
India, yang membentuk aliansi bernama Quad bersama AS, Jepang, dan Australia, disorot karena menolak mengecam Rusia. Berbagai pihak di India beralasan, Uni Soviet dan Rusia adalah teman sejati India selama puluhan tahun. Uni Soviet berulang kali menggunakan hak veto di PBB untuk melindungi India dari tekanan AS dan sekutunya. (AFP/REUTERS/RAZ)