Ukraina Diduga Serang Belgorod Saat Rusia Terus Mengepung Mariupol
Moskwa memperingatkan, serangan ke tanah Rusia yang diduga dilakukan Ukraina dapat mengganggu negosiasi damai. Kiev menyangkal tudingan tersebut.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·6 menit baca
KIEV, SABTU — Ketika Moskwa melaporkan serangan udara telah menghancurkan depot bahan bakar dan gudang amunisi di kota Belgorod, Rusia, lebih dari 3.000 orang melarikan diri dari Mariupol, Ukraina, akibat dihujani artileri berat Rusia. Moskwa memperingatkan, serangan ke tanah Rusia yang diduga dilakukan Ukraina dapat mengganggu negosiasi damai. Kiev menyangkal telah melakukan serangan itu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Sabtu (2/4/2022), mengatakan, lebih dari 3.000 orang menyelamatkan diri dari Mariupol yang berminggu-minggu dikepung militer Rusia. Warga mengungsi dengan bus dan mobil pribadi menuju kota Zaporizhzhia. Itu terjadi justru pada saat Komite Internasional Palang Merah Internasional (ICRC) mempersiapkan evakuasi baru dari kota pelabuhan di Ukraina selatan tersebut.
”Kami telah berhasil menyelamatkan 6.266 orang, termasuk 3.071 orang dari Mariupol,” kata Zelenskyy dalam pidato melalui video.
Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Roma Paus Fransiskus secara implisit mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin karena telah memerintahkan invasi militer yang menghancurkan Ukraina. Dalam kunjungannya ke Malta, Sabtu, Paus mengatakan, seorang ”yang berkuasa” telah mengobarkan konflik untuk kepentingan para nasionalis.
Paus menolak sebutan ”operasi militer khusus” yang digunakan Moskwa ketika menginvasi Ukraina. Dia menolak terminologi yang dirancang untuk ”demiliterisasi” dan ”de-Nazifikasi” Ukraina itu dan lebih menyebutnya sebagai perang terhadap Ukraina.
”Dari timur Eropa, dari negeri matahari terbit, bayang-bayang gelap perang kini telah menyebar. Kami mengira bahwa invasi terhadap negara lain, pertempuran jalanan yang biadab, dan ancaman nuklir adalah kenangan suram masa lalu yang jauh," kata Paus dalam pidatonya di depan pejabat Malta setelah tiba di negara kepulauan di Mediterania itu untuk kunjungan dua hari.
”Namun, angin dingin perang, yang hanya membawa kematian, kehancuran, dan kebencian, telah melenyapkan kehidupan banyak orang dan memengaruhi kita semua," kata Paus tanpa menyebut negara Rusia atau menyinggung nama Putin. Namun, pernyataannya menyiratkan hal tersebut.
Rusia mulai menyerang Ukraina pada 24 Februari. Lebih dari seminggu setelahnya, Rusia mengepung Mariupol. Kiev mengatakan, serangan Rusia sejak itu menewaskan sedikitnya 5.000 warga sipil di Mariupol. Meski ribuan orang melarikan diri, 160.000 orang lagi masih terjebak di Mariupol. Mereka menghadapi kekurangan makanan, kesulitan air, tanpa listrik, dan sangat tertekan.
Selain penduduk Mariupol, penduduk kota Berdiansk dan Melitopol yang bertetangga dengan Mariupol juga melarikan diri dengan menggunakan bus dan kendaraan pribadi. Mereka semua kini berkumpul di kota Zaporizhzhia, tempat reaktor nuklir terbesar di Eropa berada. Salah satu bangunan reaktornya telah dihancurkan Rusia. Namun, kota itu sudah kembal dikontrol pasukan Ukraina.
Bus-bus membawa orang yang berhasil melarikan diri dari Mariupol juga telah tiba di Berdyansk, kota yang sempat dikuasai Rusia pada 27 Februari atau tiga hari setelah invasi. Namun, awal pekan ketiga Maret, pasukan Ukraina yang didukung senjata Barat berhasil mendesak mundur pasukan Rusia.
”Kami menangis ketika kami mencapai daerah ini. Kami menangis haru ketika melihat tentara di pos pemeriksaan dengan lambang Ukraina di lengan mereka,” kata Olena sambil menggendong putrinya yang masih kecil. ”Rumah saya hancur. Saya melihatnya di foto. Kota kami sudah tidak ada lagi,” kata Olena, menangis sedih.
Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk merinci upaya evakuasi di sepanjang koridor kemanusiaan, Jumat malam atau Sabtu pagi WIB. Dikatakan, 42 bus yang membawa penduduk Mariupol telah berangkat dari kota Berdyansk, 70 kilometer barat daya Mariupol. Sekitar 12 bus lagi mengangkut penduduk Melitopol dan mereka sudah meninggalkan kota itu.
”Jumlahnya lebih dari 2.500 orang. Semuanya sekarang menuju kota Zaporizhzhia,” kata Vereshchuk di akun Telegram seraya menambahkan bahwa akan lebih banyak orang dievakuasi dari Mariupol.
ICRC mengatakan, timnya sedang menuju ke Mariupol untuk melakukan upaya evakuasi. Namun, misi kemanusiaan itu terpaksa mundur lagi pada Jumat setelah ”pengaturan dan persyaratan tidak memungkinkan upaya itu dilanjutkan”. Menurut ICRC, koridor kemanusiaan menuju dan keluar dari Mariupol sangat rawan, tetapi mereka mencobanya lagi.
Pertempuran masih berlangsung di beberapa kota. Menurut Inggris, pasukan Kiev terus memukul mundur pasukan Rusia di sekitar Kiev. Rudal Rusia menghantam kota Poltava dan Dnipro, Ukraina tengah sehingga merusak infrastruktur dan bangunan hunian. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, serangan udara berpresisi tinggi menghancurkan pangkalan udara militer di dua kota itu.
Pembicaraan damai
Sementara itu, pembicaraan damai antara Kiev dan Moskwa tetap dilanjutkan dengan tatap muka secara daring. Namun, Moskwa menuduh Kiev melakukan serangan udara terhadap depot bahan bakar di Belgorod, Rusia, Jumat, yang menurut Kremlin bisa menghambat negosiasi.
”Ini bukan sesuatu yang bisa dianggap menciptakan kondisi yang nyaman untuk kelanjutan negosiasi,” kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan.
Serangan udara itu menghantam fasilitas penyimpanan bahan bakar raksasa energi Rosneft di Belgorod, sekitar 40 kilometer dari perbatasan dengan Ukraina. Kemenhan Inggris mengatakan, penghancuran depot minyak Belgorod dan laporan ledakan di gudang amunisi dekat kota itu akan menambah masalah pasokan Rusia.
”Kemungkinan hilangnya pasokan bahan bakar dan amunisi dari depot-depot ini bisa menambah ketegangan jangka pendek pada rantai logistik Rusia yang sudah bermasalah (karena sanksi Barat),” kata Kemenhan Inggris di Twitter.
Kiev menyangkal berada di balik serangan ke depot bahan bakar di Belgorod dan gudang amunisi di dekat kota itu. Kepada jaringan televisi Fox News, Zelenskyy mengatakan, ”Maaf, saya tidak membahas perintah saya sebagai panglima tertinggi.”
Setelah lima minggu ”operasi militer khusus” Rusia menghancurkan sebagian besar kota Ukraina, Moskwa menyatakan akan mengurangi serangan di ibu kota Kiev dan kota Chernihiv. Namun, negara-negara Barat dan Ukraina mengatakan, Rusia sedang mengonsolidasikan dan mempersiapkan serangan yang lebih dahsyat di Ukraina timur dan selatan. Pasukan Rusia dinilai bukan mundur, tetapi kembali berkelompok.
Zelenskyy mengulangi permohonannya kepada Barat untuk memberikan dukungan militer yang lebih besar lagi. ”Beri kami rudal saja. Beri kami pesawat terbang,” katanya. "Anda tidak bisa memberi kami F-18 atau F-19 atau apa pun yang Anda miliki? Beri kami pesawat Soviet yang lama. Itu saja. Beri saya sesuatu untuk membela negara saya.”
Pentagon menyatakan siap mengalokasikan 300 juta dollar AS bantuan keamanan bagi Ukraina untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya. Jumlah itu menambah 1,6 miliar dollar AS yang telah diberikan Washington sejak invasi Rusia. Pengumuman itu muncul setelah Presiden AS Joe Biden dan Zelenskyy membahas kemampuan tambahan militer Ukraina, Rabu. Paket tersebut mencakup sistem roket berpemandu laser, pesawat nirawak, amunisi, perangkat penglihatan malam, sistem komunikasi taktis aman, suplai medis, dan suku cadang.
Rusia meluncurkan invasi pada 24 Februari dengan harapan segera merebut Kiev dan menumbangkan rezim Zelenskyy yang disebut Putin sebagai rezim ”neo-Nazi”. Serangan balik Ukraina, masalah logistik, dan taktis Rusia telah menggagalkan rencana itu.
Di lapangan, pasukan Ukraina mulai menguasai kembali kota-kota, termasuk di sekitar Kiev dan di wilayah selatan Kherson, satu-satunya kota penting yang berhasil diduduki Rusia. (AFP/AP/REUTERS)