Kim Jong Un Sesumbar Terus Kembangkan Persenjataan Korut
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyatakan bahwa dengan kemampuan menyerang yang tangguh, kekuatan militer negaranya yang luar biasa tidak dapat dihentikan oleh siapa pun.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
SEOUL, SENIN — Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyatakan, Pyongyang akan terus mengembangkan kemampuan daya gempur negaranya. Sesumbar itu disampaikan Kim saat ia mengunjungi para pekerja yang terlibat dalam pengembangan dan uji coba sebuah rudal—yang disebut Pyongyang—sebagai rudal balistik antarbenua atau ICBM. Rudal ICBM itu diujicobakan pada Kamis (24/3/2022).
”Hanya ketika seseorang dilengkapi dengan kemampuan menyerang yang tangguh, kekuatan militer yang luar biasa tidak dapat dihentikan oleh siapa pun, seseorang dapat mencegah perang, menjamin keamanan dan pertahanan negara, serta mengendalikan semua ancaman dan pemerasan oleh imperialis,” kata Kim, seperti dikutip kantor berita Korut, KCNA, Senin (28/3/2022).
Komentar itu disampaikan Kim seusai foto bersama dirinya dengan para pejabat dan ilmuwan yang berkontribusi pada uji coba peluncuran ICBM pekan lalu. Kim bertemu dengan para pejabat, ilmuwan, teknisi, dan pekerja yang berkontribusi pada peluncuran rudal ICBM di sebuah lokasi yang dirahasiakan di Korut.
Kim juga disebut secara pribadi mengawasi uji coba peluncuran itu. ”Kita harus kuat dalam keadaan apa pun untuk mempertahankan perdamaian, mempercepat pembangunan sosialis dan bertanggung jawab atas keamanan generasi muda, bebas dari ancaman apa pun,” kata Kim seperti dikutip kantor berita Korea Selatan, Yonhap.
Dia menambahkan bahwa Pyongyang akan melanjutkan misi memperkuat kemampuan pertahanan utama nasional Korut. Tekad itu diwujudkan lewat pengembangan lebih banyak senjata yang kuat untuk mendukung militer Korut.
Kim menyatakan, ICBM baru itu untuk mencegah setiap gerakan militer oleh AS. Negara itu secara teknis tetap berada dalam status perang dengan Korsel setelah Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan dengan perjanjian damai.
Washington telah berusaha menekan Pyongyang agar menyerahkan atau mengurangi ICBM dan persenjataan senjata nuklirnya. Daya jelajah ICBM Korut diklaim Pyongyang dapat mencapai sasaran di wilayah AS.
Namun, lewat pernyataannya, Kim mengatakan bahwa pasukan bela dirinya ”tidak dapat ditukar atau dibeli dengan apa pun”. Tekad itu akan dipegang teguh Pyongyang tanpa keraguan meskipun menghadapi aneka cobaan dan kesulitan.
”Korut akan terus membangun ’kekuatan strategis yang lebih sempurna dan lebih kuat’,” kata Kim mengacu pada kekuatan nuklir negara itu.
Pemerintah AS, Jumat (25/3/2022), akan mendorong sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Korut untuk diperkuat. Washington berdalih hal itu dilandasi dengan aksi-aksi Korut lewat ”provokasi yang semakin berbahaya”.
Namun, langkah tersebut terindikasi ditentang China dan Rusia. Beijing dan Moskwa justru berpendapat sebaliknya, yakni agar sanksi-sanksi terhadap Pyongyang tersebut dilonggarkan.
Korut mengatakan, rudal terbaru yang diluncurkan pada Kamis pekan lalu adalah ICBM bernama Hwasong-17. Otoritas Jepang dan Korsel mengonfirmasi bahwa data penerbangan menunjukkan daya jelajah rudal itu lebih tinggi dan lebih lama daripada uji coba rudal-rudal yang digelar Korut sebelumnya.
Yonhap melaporkan pada Minggu bahwa pejabat intelijen di Seoul dan Washington percaya bahwa Korut benar-benar menguji ICBM Hwasong-15 yang lebih tua dan berukuran sedikit lebih kecil dibandingkan Hwasong-17.
Konfrontasi baru Korsel
Yonhap menambahkan laporannya tentang sebuah media propaganda Korut, The Tangil Voice, yang pada hari Minggu lalu mengkritik sikap kebijakan Presiden Korsel terpilih, Yoon Suk-yeol, pada rezim Kim Jong Un. Disebutkan bahwa Seoul di bawah kendali Yoon yang konservatif bakal menghidupkan kembali pendekatan konfrontatif kepada Pyongyang.
The Tongil Voice mengklaim bahwa Yoon siap untuk mengikuti garis kebijakan dua mantan presiden, Lee Myung-bak dan Park Geun-hye, yang mengambil pendekatan lebih keras daripada Presiden yang berhaluan liberal saat ini, Moon Jae-in.
”Yoon sedang berjuang untuk menghidupkan kembali kebijakan konfrontatif anti-republik yang dipromosikan oleh kekuatan konservatif masa lalu,” kata outlet itu dalam sebuah artikel berjudul ”Tanaman Beracun Memunculkan Ramuan Beracun”.
Artikel tersebut menyebutkan, Yoon akan menggunakan dialog antar-Korea hanya sebagai sarana hanya untuk menghapus kebijakan nuklir Korut. Seoul disebut bakal mempertahankan sanksi yang kuat dan memulai kerja sama lintas batas semata untuk memastikan denuklirisasi Korut tuntas.
Selama kampanye kepresidenannya, Yoon mempromosikan seruannya bahwa perdamaian di Semenanjung Korea akan tercapai jika Seoul kuat. Ia memilih mengambil sikap menyerang lebih dulu jika ada ancaman Korut. Dia pun bertekad mengerahkan unit tambahan sistem antirudal THAAD AS ke Korsel. (AFP/REUTERS)