Dibuka, 10 Koridor Kemanusiaan Bagi Warga Ukraina
Akhirnya Rusia dan Ukraina menyepakati akan membuka 10 koridor yang bisa digunakan untuk mengevakuasi warga sipil yang terjebak di tengah-tengah medan pertempuran.
LVIV, SABTU – Untuk mengevakuasi warga sipil yang terperangkap di daerah-daerah yang menjadi medan pertempuran di Ukraina, akhirnya dibuka 10 koridor kemanusiaan. Hasil kesepakatan Ukraina-Rusia ini diharapkan akan segera dibuka karena sejak Rusia menyerang, 24 Februari lalu, upaya mengevakuasi warga sipil tidak pernah berhasil. Warga sipil yang mencoba mengungsi dari kota Mariupol dikabarkan terpaksa tinggal di dalam mobil karena pasukan Rusia tidak memperbolehkan bis-bis melewati pos-pos pemeriksaan.
Hal ini dikemukakan Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, Sabtu (26/3/2022). Namun, kabar mengenai warga sipil yang harus tinggal di dalam mobil itu tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Vereshchuk menyatakan setidaknya masih terdapat sekitar 100.000 orang yang perlu dievakuasi dari Mariupol.
Baca juga: Menjamin Hak-hak Pengungsi Ukraina
Walikota Mariupol, Vadym Boichenko, sudah berbicara dengan pihak kedutaan besar Perancis untuk Ukraina mengenai pilihan-pilihan mengevakuasi warga sipil. Presiden Perancis, Emmanuel Macron, sebelumnya menyatakan akan mengajukan usulan ke Rusia untuk mengevakuasi warga sipil. Mariupol yang berpenduduk 400.000 orang itu hancur berantakan karena dibombardir selama berminggu-minggu. Warga sipil yang terperangkap tak bisa keluar Mariupol terpaksa berlindung di dalam ruang bawah tanah dengan persediaan makanan, listrik, dan air bersih yang terbatas.
Karena situasi yang masih belum aman karena kontak senjata masih terjadi di segala penjuru kota, Walikota Kiev, Vitali Klitschko, akan kembali memberlakukan jam malam tetapi kali ini masa berlakunya lebih panjang, yakni mulai dari jam 8 malam hingga 7 pagi waktu setempat. Jam malam ini akan mulai berlaku, Senin mendatang. Selama jam malam, semua moda transportasi tidak berjalan dan pertokoan, apotek, dan pom bensin tutup. Kiev sudah beberapa kali memberlakukan jam malam sejak serangan Rusia.
AS-Ukraina
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, bertemu tatap muka dengan Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, dan Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksii Reznikov, di Warsawa. Biden ditemani Menlu AS, Antony Blinken, dan Menhan AS, Lloyd Austin. Biden terakhir kali bertemu dengan Kuleba di Washington pada 22 Februari lalu, dua hari sebelum serangan Rusia ke Ukraina.
Setelah itu, Kuleba bertemu dengan Blinken di Polandia pada 5 Maret lalu. Biden bertemu dengan kedua menteri itu setelah pertemuan dengan Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara di Brussels, Belgia.
Biden juga sempat bertemu dengan pasukan AS yang bertugas di Polandia dan pekerja kemanusiaan yang membantu para pengungsi. Pertemuan kedua belah pihak itu terjadi ketika Rusia disinyalir akan mengurangi tekanannya setelah gagal melumpuhkan perlawanan Ukraina. Pernyataan yang mengagetkan itu dating dari seorang jenderal Rusia yang menyatakan sudah saatnya mulai mempertimbangkan kembali untuk menguasai kota Donbas yang Sebagian sudah dikuasai Rusia.
Baca juga: Perlawanan Ukraina Makin Kuat, Rusia Alihkan Fokus Serangan ke Donbas
Kemungkinan Rusia untuk mengurangi ambisinya itu muncul setelah ada laporan bahwa sudah tujuh jenderal Rusia yang tewas dalam perang Ukraina. Jenderal yang terakhir tewas, Yakov Rezanstev. Ada juga pejabat tinggi militer berpangkat kolonel yang dibunuh sendiri oleh anak-anak buahnya.
Di saat yang sama, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, gencar berdiplomasi untuk mendapatkan dukungan dari para pemimpin negara. Ia menuding Rusia memancing persaingan persenjataan yang berbahaya dengan sesumbar membicarakan simpanan nuklirnya. Zelensky memohon kepada para produsen bahan bakar minyak dan gas agar menambah kapasitas produksinya. “Saya memohon output energi ditambah supaya Rusia mengerti tidak ada seorang pun yang bisa memakai energi sebagai senjata untuk mengancam dunia,” ujarnya.
Perkembangan terakhir dari Ukraina dilaporkan pasukan Rusia sudah menguasai Slavutych, kota yang menjadi tempat tinggal para pekerja di kompleks pengembangan nuklir Chernobyl dan menahan walikotanya. Tetapi menurut para pengamat pasukan Rusia sudah menunjukkan disiplin dan moral yang buruk, peralatan dan taktik yang salah, dan brutal terhadap warga sipil.
Perang informasi
Konflik Ukraina memicu “Perang Dunia III” informasi yang salah. Sejak awal, Rusia mengerahkan kekuatan untuk menyebarkan pesannya melalui media massa dan media sosial bahwa invasi Rusia ini adalah operasi khusus. Perang Rusia di Ukraina juga memaksa perubahan besar dalam cara perusahaan teknologi menangani informasi. “Kita sedang memasuki perang dunia III. Bukan konflik konvensional tetapi perang informasi. Ini seperti radiasi, kita tidak merasakan, tidak menyentuhnya tetapi memengaruhi kita,” kata mantan wartawan, Dzhaparova.
Baca juga: Jalur Kemanusiaan Vital untuk Ukraina
Dzhaparova mengatakan "narasi" perang Rusia sudah menjadi salah satu elemen kunci yang membuat Ukraina semakin bertekad untuk melawan. Selain para pemimpin politik, Rusia menggunakan media sosial, olahragawan, dan musisi popular untuk menyebarkan pesan. Rusia dinilai ahli pada urusan ini dan berhasil membuat orang tidak tahu siapa atau mana yang harus dipercaya. Banyak warga Rusia yang juga tidak mau percaya meski sudah ditunjukkan fakta yang terjadi sebenarnya.
Perusahaan teknologi besar juga sekarang memberikan prioritas yang lebih besar kepada pakar kebijakan luar negeri untuk melawan informasi yang salah di negara lain. Mereka juga menghapus lebih banyak konten dan mengurangi pengaruh algoritma dalam mengelola konten, kata mantan eksekutif facebook, Elizabeth Joanna Linder.
Todd Helmus, ilmuwan perilaku di RAND Corporation, mengatakan pembenaran Rusia untuk invasi pada awalnya tidak diterima oleh komunitas internasional tetapi sekarang mendapatkan perhatian dari kelompok kanan yang paling kanan di AS dan Eropa. Tetapi Helmus memuji peran media internasional dan influencer Ukraina yang berhasil membuat citra kuat dari konflik. “Foto-foto dari Ukraina luar biasa dan otentik. Ini yang harus diperbanyak," ujarnya. (REUTERS/AFP)