Korea Utara terus melakukan uji coba rudal. Terakhir, pada Rabu (16/2/2020), adalah uji coba kali ke-10 selama triwulan I-2022 sampai dengan pertengahan Maret.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
SEOUL, RABU — Militer Korea Selatan menduga Korea Utara gagal meluncurkan rudal jenis terbarunya pada Rabu (16/3/2022). Namun, Seoul tetap waspada dengan proyek Pyongyang untuk menciptakan rudal jarak jauh terbesarnya. Rudal itu diperkirakan diujicobakan sewaktu-waktu.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan menyatakan, intelijen Korea Selatan dan AS sedang menganalisis rincian peluncuran yang diduga rudal yang dilakukan dari wilayah Pyongyang sekitar pukul 09.30 waktu setempat. Tanpa merinci pernyataannya, militer Korsel menduga peluncuran itu gagal. Namun, tidak jelas apa persisnya yang diluncurkan Pyongyang itu dan pada tahap apa kegagalan itu kemudian terjadi.
Peluncuran itu adalah kali ke-10 yang dilakukan Pyongyang dalam triwulan I-2022 sampai dengan pertengahan Maret. Adapun sembilan peluncuran lainnya—seluruhnya adalah peluncuran senjata rudal jarak jauh—berhasil dilakukan.
Terus berlanjutnya uji coba senjata rudal itu, di mata Seoul, menunjukkan tekad Pyongyang untuk terus memodernisasi persenjataan. Langkah itu juga diartikan sebagai strategi Korut untuk terus menekan para pihak, khususnya AS dan Korsel, untuk membuat konsesi di tengah pembicaraan denuklirisasi yang mandek.
Dari Tokyo dilaporkan, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan kepada wartawan bahwa Tokyo bekerja sama dengan Washington dan Seoul untuk menganalisis lebih lanjut apa yang terjadi. Ia menyatakan, dugaan sementara adalah Pyongyang melakukan uji coba peluncuran rudal balistik. Namun, sejauh ini tidak ada konfirmasi apa pun dari Pemerintah Korut dan media Korut atas apa yang terjadi pada Rabu pagi itu.
Para ahli mengatakan, kegagalan uji coba menjadi bagian dari proses Korut untuk dapat membuat dan memiliki persenjataan nuklir yang dapat mengancam daratan AS. Dari delapan uji coba rudal jarak menengah ”Musudan” pada 2016, hanya satu dari peluncuran tersebut yang dianggap berhasil oleh kalangan analis luar. Kondisi itu juga memunculkan perdebatan apakah jalur Korut untuk memiliki rudal balistik antarbenua (ICBM) telah terputus.
Militer Korut juga sukses menggelar tiga uji terbang peluru kendali balistik antarbenua alias intercontinental ballistic missile (ICBM) .
Namun, Pyongyang pada 2017 menerbangkan rudal jarak menengah yang lebih kuat di atas Jepang. Militer Korut juga sukses menggelar tiga uji terbang peluru kendali balistik antarbenua alias intercontinental ballistic missile (ICBM). ICBM adalah peluru kendali yang daya jangkau minimalnya 5.500 kilometer. Jarak titik terdekat antara Korut dan AS adalah 9.963 km.
Peluncuran satelit juga sukses dilakukan Korut pada 2012 dan 2016. Peluncuran itu dipandang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai tes terselubung atas teknologi rudal jarak jauh Pyongyang.
Pekan lalu, militer AS dan Korsel mengatakan bahwa Korut telah menguji sistem ICBM dalam dua peluncuran baru-baru ini. Hal itu mengacu pada pengembangan rudal Hwasong-17 yang diluncurkan Korut selama parade militer pada Oktober 2020. Dalam dua peluncuran baru-baru ini, yakni pada 27 Februari dan 5 Maret, rudal Korut terbang dalam jarak menengah. Para ahli kemudian menyatakan setelahnya bahwa Korut pada akhirnya bisa melakukan tes ICBM dengan jarak yang penuh.
Korut mengatakan telah menguji kamera dan sistem lain untuk satelit mata-mata. Korut juga merilis apa yang disebutnya sebagai foto yang diambil dari luar angkasa dalam salah satu tes itu. Namun, Pyongyang tidak mengonfirmasi roket atau rudal apa yang diluncurkan. Pengamat mengatakan Korut sedang berusaha meningkatkan kemampuan ICBM-nya ketika mencoba menempatkan satelit mata-mata pertamanya ke orbit.
Pemimpin Korut Kim Jong Un telah bertekad agar Korut bisa memiliki ICBM yang lebih baik dan satelit mata-mata.
Pemimpin Korut Kim Jong Un telah bertekad agar Korut bisa memiliki ICBM yang lebih baik dan satelit mata-mata. Hal itu penting bagi negaranya untuk mengatasi kondisi Korut yang ia sebut bermusuhan dengan Amerika.
Hwasong-17 adalah rudal terbesar Korut yang berpotensi terbang sejauh hingga 15.000 kilometer, jarak yang cukup untuk menyerang wilayah AS dan sekitarnya. Rudal sepanjang 25 meter, yang ditampilkan lagi pada pameran pertahanan di Pyongyang tahun lalu itu, diketahui belum melalui rangkaian uji coba.
Tiga ICBM yang diuji Korut pada 2017 adalah Hwasong-14 dan Hwasong-15. Beberapa analis mengatakan, Korut, melalui pengembangan rudal skala besar, mencoba mempersenjatai senjata jarak jauhnya dengan banyak hulu ledak. Hal ini untuk mengatasi sistem pertahanan rudal lawan.
Jika Korut menggelar uji coba ICBM baru, hal itu menjadi uji coba senjata profil tertingginya sejak peluncuran ICBM ketiga dan terakhir pada November 2017. Korut kemungkinan akan menyebut uji coba ICBM barunya sebagai peluncuran roket untuk menempatkan satelit pengintai di luar angkasa, bukan uji senjata. Sejumlah analis menyebut hal itu dapat mengundang kecaman, tetapi kemungkinan tidak ada sanksi baru dari PBB. Sebab, Rusia dan China memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB dan mereka akan menentangnya. (AP/AFP/BEN)