Putin Minta Rusia Tahan Serbuan, Zelenskyy Tunggu Pertemuan Level Presiden
Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukannya menunda serangan lanjutan di Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berharap ada pertemuan dengan Putin.
MOSKWA, SENIN — Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan tentaranya menunda serangan ke sejumlah kota di Ukraina. Perintah ini disiarkan kala delegasi Rusia-Ukraina kembali merundingkan cara mengakhiri perang yang dimulai sejak 24 Februari 2022 itu.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut bahwa perintah tersebut dikeluarkan untuk mencegah korban sipil bertambah. ”Putin memerintahkan menahan semua serangan ke kota besar karena korban sipil akan besar,” ujarnya, Senin (14/3/2022), di Moskwa, seperti dikutip Ria Novosti dan AFP.
Peskov juga mengklaim sejak awal Putin memerintahkan tentara Rusia menahan serangan pada kota-kota besar. Ia menuding milisi Ukraina menempatkan aneka persenjataan dan menyembunyikan anggotanya di antara permukiman padat dan aneka bangunan fasilitas umum. Walakin, Peskov tak menunjukkan bukti klaim itu.
Di sisi lain, banyak rekaman video dari milisi Ukraina yang beredar di berbagai media sosial menunjukkan rekaman dibuat dari kawasan permukiman atau bangunan fasilitas umum.
Baca juga: Perundingan Rusia-Ukraina Masuki Putaran Ke-5
Staf Khusus Wali Kota Mariupol, Petro Andriushchenko, membenarkan bahwa tentara Rusia menghentikan serangan ke Mariupol pada Senin. Paling tidak 50 bus disiapkan di pinggiran Mariupol untuk mengangkut sebagian penduduk yang masih terperangkap di sana. Hanya bus yang melewati pemeriksaan pasukan Rusia-Ukraina boleh masuk kota itu.
Evakuasi dari Mariupol sudah berkali-kali dilakukan dan selalu gagal. Penyebab kegagalan adalah perbedaan soal lokasi evakuasi. Milisi Republik Rakyat Donetsk (RRD) yang ikut mengepung kota itu hanya mau memberikan akses evakuasi ke timur atau mengarah ke RRD. Sementara Kiev mau evakuasi mengarah ke barat. Senin siang waktu Kiev, akhirnya disepakati evakuasi mengarah ke barat.
Bukan hanya dari Mariupol, penghuni sejumlah kota di Ukraina juga terus mengungsi ke berbagai tempat. Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) menyebut, total pengungsi Ukraina sudah lebih dari 2,8 juta. Hampir 1,6 juta orang berada di Polandia yang bersebelahan dengan Ukraina. Sisanya tersebar di sejumlah negara lain.
Para pengungsi bisa meninggalkan sejumlah kota, antara lain, karena Kiev-Moskwa terus berusaha menyediakan jalur kemanusiaan. Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereschuk mengatakan, paling tidak 150.000 orang dievakuasi lewat jalur-jalur kemanusiaan.
Perundingan
Upaya penyediaan jalur kemanusiaan, antara lain, dilakukan lewat perundingan lanjutan antara delegasi Kiev dan Moskwa, Senin siang waktu Kiev atau Senin malam WIB. Kali ini, pertemuan dilakukan lewat telekonferensi video. Hingga Senin malam WIB, hasil perundingan belum diketahui.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, pertemuannya dengan Putin harus dijadikan tujuan prioritas perundingan itu. Ketua juru runding Ukraina, Mikhailo Podolyak, menyebut perundingan dimulai dengan keras. Kiev-Moskwa menyampaikan tuntutan secara spesifik. ”Perdamaian, gencatan senjata segera, dan penarikan seluruh tentara Rusia dulu, baru mulai bicara lain-lain,” katanya.
Baca juga: Jalur Neraka Timteng-Ukraina
Selain berpesan soal perundingan, Zelenskyy juga kembali mendesak Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memberlakukan zona larangan terbang di Ukraina. Sejauh ini, permintaan itu ditolak karena akan membuat pesawat-pesawat NATO harus menembak pesawat Rusia yang terbang di Ukraina. Jika itu terjadi, NATO akan secara langsung berhadapan dengan Rusia.
Kini, NATO secara tidak langsung berhadapan dengan Rusia di Ukraina. Caranya, NATO terus memasok aneka persenjataan untuk Ukraina. Sabtu lalu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan tambahan bantuan pertahanan 200 juta dollar AS untuk Ukraina. Washington akan memberikan senapan, rudal antitank, dan rudal antipesawat untuk Kiev.
Dengan bantuan itu, pemerintahan Biden telah mengucurkan 1,2 miliar dollar AS untuk membantu pertahanan Ukraina. Jika dihitung sejak masa pemerintahan Barack Obama, AS telah mengucurkan paling tidak 3,5 miliar dollar AS untuk pertahanan Ukraina. Mayoritas berupa rudal panggul Javelin, rudal panggul Stinger, rompi antipeluru, senapan dan amunisinya, serta meriam artileri.
Sehari selepas pengumuman tambahan bantuan AS, Rusia menghancurkan pusat latihan militer Ukraina di Lviv. Kiev berkeras pasukan Rusia menghancurkan pusat latihan pasukan penjaga perdamaian. Namun, Moskwa menyebut, di sana berada sejumlah warga negara asing yang menjadi milisi pendukung Ukraina. Mengutip Kementerian Pertahanan Rusia, Izvestia dan Ria Novosti melaporkan, 180 milisi asing tewas dalam serangan itu.
Gubernur Lviv, Maksym Kozytskyi, menyebut paling tidak 30 rudal Rusia menyasar pusat latihan militer Yavoriv. Ia juga membenarkan pasukan AS pernah berada di sana untuk melatih tentara Ukraina.
Sementara juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengatakan, tugas utama para milisi asing adalah mengoperasikan rudal panggul yang dipasok AS dan sekutunya. Mereka dibekali, antara lain, Javelin dan Stinger buatan AS serta NLAW buatan Inggris. Javelin dan NLAW merupakan rudal antitank. Sementara Stinger sudah lama dikenal sebagai rudal antipesawat.
Sebelum serangan itu, Moskwa sudah mengumumkan akan mulai menyasar jalur pasokan senjata NATO ke Ukraina. Jika bisa disita, persenjataan NATO akan diberikan kepada milisi di Donetsk dan Luhansk. Jika tidak bisa disita, Mokswa akan menghancurkan senjata-senjata itu.
Baca juga: Rusia Kepung Kota Tempat WNI Tertahan
Serangan ke Lviv menunjukkan, nyaris sudah tidak ada wilayah Ukraina yang tidak dijangkau rudal Rusia. Sejumlah kotanya malah kini sudah terkurung rapat. Citra satelit yang disiarkan sejumlah lembaga AS menunjukkan, kepungan Rusia berjarak 15 kilometer dari pusat Kiev. Sabtu lalu, jarak kepung masih 25 kilometer.
Reaksi sanksi
Rusia juga mulai membalas sanksi AS dan sekutunya. Pada Senin, Putin meneken dekrit yang mengizinkan pesawat asing di Rusia didaftarkan sebagai pesawat Rusia. Menurut Bloomberg, ada berbagai pesawat asing bernilai 10 miliar dollar AS. Pesawat-pesawat itu disewa Rusia dari berbagai lembaga. Sejak hampir seluruh Eropa menutup wilayah udaranya bagi pesawat-pesawat Rusia, banyak pesawat itu tidak meninggalkan Rusia.
Reaksi lain adalah pembayaran utang dengan rubel. Pada Rabu (16/3/2022), surat utang Rusia senilai 117 juta dollar AS akan jatuh tempo. Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov memastikan Moskwa akan membayarnya. Walakin, Rusia mungkin akan sulit membayar dalam valuta asing. Sebab, separuh dari 640 miliar dollar AS cadangan devisa Rusia dibekukan di sejumlah negara. Karena itu, Moskwa akan menggunakan rubel untuk membayar utang yang jatuh tempo. Padahal, nilai rubel terus merosot sejak Rusia menyerbu Ukraina.
”Pembekuan rekening Bank Rusia dan Pemerintah Rusia di luar negeri dapat dianggap sebagai keinginan sejumlah pemerintah asing untuk mendorong gagal bayar tanpa alasan ekonomi yang nyata,” kata Siluanov, sebagaimana dikutip Ria Novosti.
Memang, Rusia amat mudah membayar utang yang jatuh tempo jika tidak dijatuhi sanksi. Jumlah utang yang jatuh tempo tidak sampai 1 persen dari cadangan devisa Rusia. Saat ini, separuh cadangan devisa Rusia dibekukan di sejumlah negara. Bank-bank Rusia juga dilarang mengakses sistem pengolahan transaksi keuangan internasional. Selain itu, Moskwa juga sudah melarang devisa di Rusia dibawa ke luar negeri. (AFP/REUTERS)