Pembicaraan terkait pembukaan koridor kemanusiaan itu sempat alot. Ukraina awalnya menolak sejumlah syarat yang diajukan Rusia atas hal-hal teknis terkait koridor itu.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·5 menit baca
LVIV, SELASA -- Ukraina mulai mengevakuasi warga sipil dari kota Sumy di timur laut Ukraina dan kota Irpin di dekat ibu kota Kiev pada Selasa (8/3/2022). Evakuasi dimulai setelah pejabat Rusia dan Ukraina akhirnya mencapai kesepakatan dalam membangun "koridor kemanusiaan" yang memungkinkan warga sipil keluar dari beberapa kota yang dikepung oleh pasukan Rusia.
"Hingga pukul 09.30 (waktu Kiev) lebih dari 150 orang telah dievakuasi dan terus berlanjut,” kata Gubernur Kiev Oleksiy Kuleba. Jumlah pengungsi warga sipil Ukraina telah mencapai 2 juta jiwa hingga awal pekan ini. Di luar itu, masih banyak warga sipil yang terjebak di tengah pertempuran sejak militer Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu. Moskwa menyebut tindakannya di Ukraina sebagai operasi militer khusus.
Kantor berita Rusia, Interfax, mengutip Kementerian Pertahanan Rusia, memberitakan Rusia membuka koridor kemanusiaan pada Selasa. Warga sipil dapat dievakuasi dari kota Kiev, Chernihiv, Sumy, Kharkiv, dan Mariupol. Kementerian menyebutkan, pasukan Rusia menghentikan aksi militernya di wilayah Ukraina mulai pukul 07.00 waktu setempat.
Pembicaraan terkait pengadaan dan pembukaan koridor kemanusiaan itu sempat alot. Tidak disebutkan hal-hal seperti apa yang akhirnya disepakati Rusia dan Ukraina terkait koridor itu. Merujuk pada pemberitaan Al Jazeera, warga sipil Ukraina dapat dievakuasi ke mana pun sesuai dengan keinginan pihak pengevakuasi. Pernyataan Rusia itu disampaikan salah satu diplomatnya di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat.
Hingga awal pekan ini Ukraina menolak proposal Rusia tentang koridor itu, terutama terkait aneka syarat yang diajukan Mokswa. Salah satu sumber penolakan utama Kiev adalah sebagian besar rute yang seharusnya aman bagi warga sipil diketahui mengarah langsung ke Rusia dan wilayah Belarus yang merupakan sekutu Rusia. Kiev juga menolak sejumlah syarat lain yang diajukan Mokswa. Di antaranya permintaan agar Ukraina menghentikan aksi militer, mengubah konstitusi untuk memastikan netralitas, mengakui Crimea sebagai wilayah Rusia, dan mengakui wilayah yang memproklamasikan diri di Donetsk dan Luhansk sebagai negara merdeka.
Semua ini tidak serius, ini sinisme moral dan politik yang menurut saya tidak dapat ditoleransi (Presiden Emmanuel Macron)
Syarat-syarat yang diajukan Rusia itu membuat berang Ukraina. Presiden Perancis Emmanuel Macron pada Senin ikut berkomentar dan menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin bertindak munafik sekaligus sinis atas syarat itu. Ia mengecam keras tawaran Rusia soal koridor yang memungkinkan evakuasi warga sipil dari beberapa kota Ukraina, tetapi hanya ke wilayah Rusia atau Belarus. "Semua ini tidak serius, ini sinisme moral dan politik yang menurut saya tidak dapat ditoleransi," katanya kepada televisi LCI dalam sebuah wawancara. Macron menambahkan, janji untuk melindungi warga sipil sehingga mereka hanya dapat melarikan diri ke Rusia adalah suatu hal munafik.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiyy mengatakan, seorang anak meninggal karena dehidrasi di kota Mariupol. Akibat kepungan tentara Rusia, kota itu disebutnya tidak memiliki pasokan air, listrik, atau pemanas selama berhari-hari. Ia menyamakan krisis kemanusiaan akibat pengeboman Rusia atas kota-kota Ukraina dengan yang dilakukan oleh Nazi selama Perang Dunia II. Kematian anak itu tidak dapat dikonfirmasi secara independen.
Dari Beijing dilaporkan, Presiden China Xi Jinping, Selasa, menggambarkan situasi di Ukraina mengkhawatirkan dan menyerukan para pihak agar menahan diri semaksimal mungkin. Dalam pembicaraan secara virtual dengan Presiden Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz, Xi mengatakan, ketiga negara bersama-sama mendukung pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina.
Sanksi berlanjut
Di tengah perang Rusia-Ukraina, pemberian sanksi-sanksi bagi Rusia dan beberapa pendukungnya terus berlanjut. Komisi Eropa menyiapkan paket sanksi baru terhadap Rusia dan Belarus. Sumber dari kalangan pejabat Komisi Eropa menyebutkan, paket sanksi terbaru dibahas para duta besar Uni Eropa (UE) pada pertemuan khusus, Selasa. Isinya mendepak tiga bank Belarus dari sistem perbankan SWIFT. UE juga menambahkan beberapa oligarki dan anggota parlemen Rusia ke daftar hitam UE. Sanksi baru itu melarang ekspor teknologi maritim dari UE ke Rusia dan memberikan panduan tentang pemantauan aset-aset kripto yang diduga akan digunakan untuk menghindari sanksi UE.
Harga berbagai komoditas terus melonjak sejak Rusia menyerbu Ukraina. Sanksi-sanksi terhadap Rusia semakin meningkatkan harga dan konsumen secara global bisa semakin terbebani. Dalam perdagangan pada Selasa, harga rata-rata minyak mentah sudah menembus 121 dollar AS per barel. JP Morgan menaksir, harga minyak bisa menembus 185 dollar AS per barel jika gangguan pasokan dari Rusia terus berlanjut dan tidak bisa diatasi. Dalam 20 tahun terakhir, harga tertinggi tercatat pada Juli 2008 kala minyak menyentuh 147 dollar AS per barel.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak menyebut, harga minyak bisa menembus 300 dollar AS per barel. Kondisi itu bisa terjadi jika Amerika Serikat dan sekutunya jadi menjatuhkan sanksi pada sektor energi Rusia, penyumbang hingga hampir separuh ekspor Rusia. Sanksi Washington dan sekutunya akan membuat minyak, gas, dan batubara Rusia tidak bisa dibeli banyak pihak.
Oxford Institute for Energy Studies menyebut, Rusia memasok 14 persen minyak dunia pada 2021. Sebanyak 60 persen dari pasokan minyak Rusia itu mengalir ke Eropa dan 35 persen ke Asia. Sisanya ke Afrika dan Amerika. Dari jualan minyak ke Eropa saja, Rusia ditaksir mendapat paling tidak 382 juta dollar AS per hari.
Tidak hanya harga minyak naik hingga hampir menyentuh 60 persen dibanding harga tahun lalu. Dibandingkan harga 2021, harga gandum saat ini sudah melonjak 85 persen, nikel 131 persen, gas alam 206 persen. Rusia memang bukan hanya pemasok besar minyak dan gas. Moskwa juga pemasok utama aneka biji-bijian, pupuk, palladium, nikel, hingga batu bara. Perusahaan analisa pasar, Moodys, dan lembaga investasi AS, Goldman Sach, mencatat Rusia memasok 40 persen palladium yang sangat dibutuhkan dalam industri semikonduktor.