Ada inflasi hingga 0,2 persen setiap kali harga minyak naik 10 persen. Harga minyak sudah naik 80 persen dalam 2 bulan terakhir.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
AFP/FETHI BELAID
Toko roti di kawasan El Menzah, Tunis, Tunisia pada 27 Februari 2022. Tunisia dan sejumlah negara Afrika cemas dengan perang Rusia-Ukraina. Sebab, lebih dari separuh gandum kawasan itu dipasok Kiev-Moskwa. Gandum merupakan makanan pokok banyak negara Timur Tengah dan Afrika.
MOSKWA, SELASA - Harga berbagai komoditas terus melonjak sejak Rusia menyerbu Ukraina pada 24 Februari 2022. Sanksi terhadap Rusia semakin meningkatkan harga dan konsumen semakin terbebani.
Dalam perdagangan Selasa (8/3/2022), harga rata-rata minyak mentah sudah menembuh 121 dollar AS per barel. JP Morgan menaksir, harga minyak bisa menembus 185 dollar AS per barel jika gangguan pasokan dari Rusia terus berlanjut dan tidak bisa diatasi. Dalam 20 tahun terakhir, harga tertinggi tercatat pada Juli 2008 kala minyak menyentuh 147 dollar AS per barel.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak menyebut, harga minyak bisa menembus 300 dollar AS per barel. Kondisi itu bisa terjadi jika Amerika Serikat dan sekutunya jadi menjatuhkan sanksi pada sektor energi Rusia, penyumbang hingga hampir separuh ekspor Rusia. Sanksi Washington dan sekutunya akan membuat minyak, gas, dan batu bara Rusia tidak bisa dibeli banyak pihak.
Oxford Institute for Energy Studies menyebut, Rusia memasok 14 persen minyak dunia pada 2021. Sebanyak 60 persen dari pasokan minyak Rusia itu mengalir ke Eropa dan 35 persen ke Asia. Sisanya ke Afrika dan Amerika. Dari jualan minyak ke Eropa saja, Rusia ditaksir mendapat paling tidak 382 juta dollar AS per hari.
Upaya Menurunkan
Saat ini, ketika harga minyak dunia perlahan melambung, Amerika Serikat dan sekutunya mencoba berbagai cara untuk menurunkan harga minyak dan gas. Sejumlah pejabat AS dilaporkan bertandang ke Venezuela dan bertemu dengan pejabat pemerintahan Nicolas Maduro. Padahal, Washington pernah menyatakan pemerintahan Maduro tidak sah dan hanya mengakui Juan Guido sebagai penjabat Presiden Venezuela. AS juga menjatuhkan berbagai sanksi sehingga minyak Venezuela sulit dijual.
Kenaikan harga minyak, yang dampaknya ikut dirasakan warga AS, memaksa Washington berbalik sikap. Venezuale merupakan pemilik cadangan minyak terbanyak. Cadangan Venezuela di atas Arab Saudi, AS, dan Rusia.
ARIS PRASETYO
Grafis cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia pada 2018.
SKK MIGAS
Realisasi lifting minyak dan gas bumi sampai triwulan I-2021.
Sementara PM Italia Mario Draghi mengaku sudah berkomunikasi dengan Qatar untuk menjadi pemasok Italia dan anggota Uni Eropa lainnya. Hingga 40 persen minyak dan hampir 30 persen gas Uni Eropa kini dipasok Rusia. Jika menghitung negara Eropa yang bukan anggota UE, porsi pasokan Rusia lebih besar lagi.
Sebelum ke Venezuela, AS telah menekan Arab Saudi dan organisasi negara produsen minyak, OPEC. Tekanan itu tidak membuahkan hasil karena OPEC, yang secara faktual dipimpin Arab Saudi dan berkoordinasi erat dengan Rusia, menolak memacu produksi agar harga minyak turun. “Sejak lama OPEC tidak mau mengubah produksi karena masalah geopolitik. Mereka hanya mau berubah kalau ada dinamika pasar,” kata peneliti pada International Institute for Strategic Studies di London, Hasan Alhasan.
Apalagi, sampai sekarang OPEC dan khususnya produsen minyak Timur Tengah tidak melihat manfaat memacu produksi. Sampai sekarang, AS dan sekutunya masih terpecah soal sanksi sektor energi terhadap Rusia. Jerman paling keras menentang sanksi sektor energi ke Rusia. Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan, pasokan Rusia amat penting bagi keamanan energi Jerman.
Bahkan, AS dan sekutunya malah terus menggemborkan bahwa masa kejayaan minyak Timur Tengah akan segera berakhir. Narasi itu justru mendorong Timur Tengah berusaha memanfaatkan momentum, termasuk membiarkan harga minyak dan gas tetap tinggi.
Selain itu, peningkatan produksi di Timur Tengah tidak serta merta mengatasi keterbatasan pasokan di Eropa dan AS yang merupakan konsumen terbesar energi dunia. Direktur Program Energi dan Ekonomi pada Middle East Institute, Karen Young, menyebut bahwa setiap produsen sudah punya kontrak dengan berbagai konsumen. Tambahan produksi cenderung diarahkan ke konsumen yang lebih dulu punya kontrak.
Komoditas Lain
Bukan hanya harga minyak naik hingga hampir menyentuh 60 persen dibanding harga tahun lalu. Dibandingkan harga 2021, harga gandum saat ini sudah melonjak 85 persen, nikel 131 persen, gas alam 206 persen.
AFP/JOE KLAMAR
Logo OPEC, organisasi negara penghasil minyak bumi
Rusia memang bukan hanya pemasok besar minyak dan gas. Moskwa juga pemasok utama aneka biji-bijian, pupuk, palladium, nikel, hingga batu bara. Perusahaan analisa pasar, Moodys, dan lembaga investasi AS, Goldman Sach, mencatat Rusia memasok 40 persen palladium yang sangat dibutuhkan dalam industri semikonduktor.
Larangan akses sistem pengolah transaksi keuangan internasional terhadap berbagai pihak di Rusia membingungkan banyak pihak di luar Rusia. Mereka belum menemukan cara membayar biaya pembelian aneka komoditas dari Rusia.
Larangan ekspor berbagai komoditas Rusia tidak hanya akan memukul warga negara itu. Warga banyak negara lain juga akan ikut menanggung dampak kenaikan harga. Dalam simulasi Bank Sentral Eropa (ECB), ada inflasi hingga 0,2 persen setiap kali harga minyak naik 10 persen. Di pasar Eropa, harga minyak sudah naik 80 persen dalam 2 bulan terakhir.
ECB menaksir, pertumbuhan negara-negara pengguna mata uang euro akan terpangkas hingga 0,4 persen pada 2022. Bahkan, ada peluang pertumbuhan terpangkas 1 persen.
Sementara bank sentral AS, Federal Reserve, menaksir pertumbuhan akan terpangkas 0,1 persen untuk setiap 10 dollar AS kenaikan harga minyak. Rusia tentu saja lebih terpukul. JP Morgan menaksir, pertumbuhan Rusia akan terpangkas hingga 12,5 persen pada 2022.
PM Belanda Mark Rutte, PM Inggris Boris Johnson, dan Kanselir Jerman Olaf Scholz membahas masalah itu dalam pertemuan pada Senin sore waktu London. Mereka mengakui, Eropa sangat tergantung pada pasokan energi dari Rusia. Karena itu, mustahil menjatuhkan sanksi pada sektor energi Rusia saat ini. (AFP/REUTERS)