Kematian Global Dekati 6 Juta Jiwa, Pandemi Masih Jauh dari Selesai
Angka kematian global karena Covid-19 mendekati 6 juta jiwa. Meski di sebagian wilayah kasus menurun, di negara-negara terpencil pandemi baru dimulai.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
Singapura, Senin — Dua tahun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi, jumlah kematian akibat penyakit ini mendekati angka 6 juta jiwa. Di beberapa wilayah di dunia, pandemi bahkan seperti baru dimulai. Ini menandakan pandemi jauh dari selesai.
Berdasarkan data yang disusun oleh Universitas John Hopkins, jumlah korban meninggal dunia akibat virus SARS-CoV-2, per Minggu (6/3/2022) pagi waktu setempat, sebanyak 5.996.882 jiwa. Diperkirakan, angka ini akan melewati jumlah 6 juta jiwa pada Senin (7/3/2022).
Tingkat kematian di seluruh dunia, menurut Tikki Pang, profesor tamu di sekolah kedokteran Universitas Nasional Singapura, didominasi oleh warga yang tidak divaksinasi lengkap. ”Sebagian terbesar kematian dan kasus Covid-19 yang parah berada pada segmen populasi yang tidak divaksinasi sehingga memiliki tingkat kerentanan yang tinggi,” katanya.
Tingkat kematian global mencapai angka 1 juta setelah tujuh bulan pasca-penetapan Covid-19 sebagai pandemi. Akan tetapi, setelah itu kenaikan angka kematian 1 juta jiwa dilalui lebih cepat. Setidaknya 2 juta jiwa meninggal dunia akibat Covid-19 dalam waktu empat bulan setelah jumlah 1 juta pertama dan kemudian menjadi 3 juta jiwa hanya dalam tiga bulan sejak itu. Pada akhir Oktober 2021, jumlah kematian global akibat Covid-19 mencapai 5 juta jiwa.
Angka kematian yang telah mendekati 6 juta jiwa ini melebihi gabungan populasi penduduk kota Berlin, Jerman, dan Brussels, Belgia, atau seluruh negara bagian Maryland di Amerika Serikat.
Namun, angka kematian yang tercatat diyakini merupakan angka kematian semu karena tidak semua kematian akibat Covid-19 dicatat otoritas kesehatan. Kesenjangan pelacakan jejak (tracing) dan pengobatan hingga vaksinasi membuat banyak pihak meyakini jumlah kematian akibat Covid-19 secara global bisa lebih tinggi beberapa kali lipat dibandingkan angka resmi.
Edouard Mathieu, Kepala Data untuk portal data Our World in Data, mengatakan, ketika angka kematian warga yang besar di sebuah negara dipelajari lebih teliti dan mendetail, ditemukan jumlah kematian yang empat kali lebih besar dibanding angka kematian yang dilaporkan.
”Kematian yang dikonfirmasi mewakili sebagian kecil dari jumlah sebenarnya. Angka kematian (yang tercatat) karena pengujian yang terbatas. Di beberapa negara, sebagian besar negara kaya, penghitungan resmi dapat dianggap cukup akurat. Tapi, di negara lain, angka itu menjadi tanda tanya,” kata Mathieu.
Analisis kelebihan kematian oleh tim di The Economist memperkirakan jumlah kematian akibat Covid-19 sekitar 14 juta hingga 23,5 juta.
Negara kepulauan dan Afrika
Secara global, jumlah kasus Covid-19 mencapai 445 juta kasus yang terkonfirmasi. Selama sepekan terakhir, jumlah kasus di sebagian wilayah mengalami penurunan. Akan tetapi, hal itu tidak berlaku di Kepulauan Pasifik yang mengalami peningkatan.
Meski jumlah kasus di wilayah Kepulauan Pasifik terlihat lebih kecil dibandingkan kawasan lain di dunia, angka itu tergolong besar apabila dibandingkan dengan kawasan dengan populasi yang setara. Hal itu menjadi ancaman bagi sistem perawatan kesehatan wilayah tersebut.
”Mengingat apa yang kita ketahui tentang Covid-19, kemungkinan (penyakit ini) akan menyerang mereka setidaknya tahun depan atau lebih,” kata Katie Greenwood, Kepala Delegasi Palang Merah Pasifik.
Pulau-pulau terpencil di Pasifik, yang ”terlindungi" selama lebih dari dua tahun, baru saja bergulat dengan wabah dan kematian pertama mereka, didorong oleh varian Omicron yang sangat menular.
Tonga melaporkan wabah pertamanya setelah virus tiba dengan kapal bantuan internasional pascaletusan gunung api pada 15 Januari lalu yang diikuti dengan tsunami. Kini Tonga tercatat memiliki beberapa kasus Covid-19. Lantaran 66 persen populasinya telah divaksinasi lengkap, warga yang terpapar hanya memperlihatkan gejala ringan dan tidak ada kematian.
Peningkatan warga yang terpapar juga terjadi di Kepulauan Solomon. Sejak wabah pertama masuk ke wilayah ini pada Januari lalu, kini kepulauan itu sedang berhadapan dengan ribuan kasus setiap hari dan jumlah kematian telah mencapai lebih dari 100 jiwa. Menurut Greenwood, rumah sakit di ibu kota kewalahan dalam menangani pasien Covid-19 dan banyak warga yang tidak sempat tertangani akhirnya meninggal dunia di rumah.
Kematian yang tinggi terkait dengan tingkat vaksinasi di wilayah tersebut. Hanya 12 persen populasi warga di Solomon yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap dan 29 persen baru sekali mendapatkan vaksinasi.
Kesenjangan vaksinasi juga masih terjadi. Sebanyak 6,95 persen warga di negara berpenghasilan rendah yang mendapatkan vaksinasi penuh, dibandingkan dengan lebih dari 73 persen populasi di negara ekonomi maju.
Meski ada kabar baik dari Afrika, yakni jumlah dosis yang diberikan di Afrika pada bulan lalu sempat melampaui Eropa, baru 12,5 persen dari total populasi di benua itu yang menerima dua suntikan atau dosis komplet. Dengan sekitar 250.000 kematian yang dilaporkan, jumlah kematian yang lebih kecil di Benua Afrika diperkirakan berasal dari kurangnya pelaporan, serta populasi yang umumnya lebih muda dan kurang bergerak.
”Afrika adalah tanda tanya besar bagi saya, karena sejauh ini relatif terhindar dari yang terburuk, tetapi itu bisa menjadi bom waktu,” kata Pang. (AP)