Hari Kesembilan Perang di Ukraina, Ratusan Nyawa Warga Sipil Terenggut
Serangan Rusia ke Ukraina telah menimbulkan dampak besar terhadap hak asasi jutaan orang di seluruh Ukraina. Ancaman yang meningkat terkait senjata nuklir menambah kekhawatiran ekses luas perang itu.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
KIEV, JUMAT — Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia atau OHCHR menyatakan hingga hari kesembilan, perang Rusia-Ukraina telah mengakibatkan jatuhnya lebih dari 1.000 korban warga sipil Ukraina, terdiri dari 331 warga yang tewas dan 765 lainnya luka-luka. Pemerintah Ukraina menyatakan 28 nyawa anak-anak melayang dan lebih dari 840 anak-anak lainnya terluka akibat invasi Rusia.
Pernyataan pers OHCHR menyebutkan, jatuhnya sebagian besar korban sipil disebabkan oleh penggunaan senjata peledak dengan wilayah tumbukan yang luas, termasuk tembakan dari artileri berat dan sistem roket multi-peluncur, serta serangan rudal dan udara. Korban jatuh tersebar di kota-kota di Ukraina, mulai dari Donetsk, Lugansk, Kiev, Cherkasy, Chernihiv, Kharkiv, Kherson, Kyiv, Odesa, Sumy, Zaporizhzhia, dan Zhytomyr.
OHCHR menyatakan, serangan Rusia yang dimulai pada 24 Februari 2022 telah menimbulkan dampak besar terhadap hak asasi jutaan orang di seluruh Ukraina. Ancaman yang meningkat terkait senjata nuklir menegaskan beratnya risiko bagi seluruh umat manusia. ”Saya harus menekankan bahwa angka sebenarnya jauh lebih tinggi karena banyak korban lainnya menunggu konfirmasi dan informasi dari beberapa daerah yang terlibat dalam pertempuran intens tertunda,” kata komisioner Tinggi HAM PBB, Michelle Bachellet, di depan Sidang Dewan HAM PBB ke-49, Kamis (3/3/2022).
Disebutkan bahwa kerusakan signifikan menimpa sejumlah besar obyek sipil, termasuk rumah sakit, sekolah, dan taman kanak-kanak. Infrastruktur penting juga rusak berat sehingga memutus pasokan dan layanan penting, termasuk listrik, air, dan akses ke perawatan kesehatan. Lembaga PBB yang mengurusi pengungsi, UNHCR, menyebutkan lebih dari 2 juta orang terpaksa harus meninggalkan tempat tinggal mereka, separuh di antaranya harus keluar dari Ukraina.
UNHCR memperkirakan bahwa hingga 4 juta orang akan meninggalkan negara itu dalam beberapa minggu mendatang jika perang Rusia-Ukraina berlanjut. Bachellet mengapresiasi respons baik sejumlah negara tetangga yang menerima dengan tangan terbuka para pengungsi Ukraina. Namun, ia khawatir atas nasib pengungsi yang masih berada di Ukraina, khususnya jika perang bakal berlangsung lebih lama. ”Ribuan orang, termasuk orang tua, perempuan hamil, serta anak-anak dan penyandang disabilitas, terpaksa berkumpul di tempat penampungan bawah tanah dan stasiun kereta bawah tanah untuk menghindari ledakan,” kata Bachellet. ”Banyak orang rentan terpisah dari keluarga dan terjebak (dalam perang).”
Dari medan pertempuran dilaporkan, sepanjang Jumat, pasukan Rusia tertahan di sejumlah kawasan di Ukraina, baik di utara maupun timur negara itu. Perlawanan sengit dilakukan militer Ukraina di tengah upaya Rusia memutuskan akses Ukraina ke Laut Hitam dan Laut Azov. Jika strategi Rusia itu berhasil, akan menjadi pukulan telak terhadap ekonomi Ukraina sekaligus memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan.
Seperti dilaporkan sebelumnya, putaran pembicaraan antara Rusia dan Ukraina pada Kamis menghasilkan kesepakatan tentatif untuk mendirikan koridor yang aman bagi mengevakuasi warga serta memberikan makanan dan obat-obatan. Detail terkait pengaturannya masih harus diselesaikan.
Kekhawatiran terbesar dalam perang Rusia-Ukraina adalah serangan Rusia terhadap instalasi nuklir Ukraina. Pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia dilaporkan telah dikuasai oleh militer Rusia setelah diserang sepanjang Jumat. PLTN Zaporizhzhia adalah PLTN terbesar di Eropa yang terletak di Energodar, sekitar 550 kilometer tenggara Kiev. PLTN Zaporizhzhia adalah pemasok utama listrik di Ukraina dengan kapasitas pasokan mencapai separuh dari kebutuhan listrik di seluruh wilayah Ukraina. Kompleks PLTN itu memiliki enam reaktor nuklir.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy kembali mengimbau negara-negara Barat untuk memberlakukan zona larangan terbang di atas negara-negara mereka. Namun, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengesampingkan kemungkinan itu dengan alasan risiko perang yang jauh lebih luas di Eropa. Dia mengatakan bahwa untuk menegakkan zona larangan terbang, pesawat NATO harus menembak jatuh pesawat Rusia.
Zelenskyy mengkritik keengganan NATO. Ia mengatakan, Rusia akan memanfaatkan sepenuhnya lewat serangan-serangan udara. ”Semua orang yang mati mulai hari ini, mati karena Anda, karena kelemahan Anda, karena kurangnya persatuan Anda,” katanya dalam pidato, Jumat malam. ”Aliansi (NATO) telah memberikan lampu hijau untuk pemboman kota dan desa Ukraina lewat penolakan zona larangan terbang.” (AFP/AP/REUTERS)