Lika-liku Evakuasi WNI dari Kiev
Di tengah kemelut perang di Ukraina, tim evakuasi yang dikoordinasi oleh Kementerian Luar Negeri berhasil membawa keluar WNI dari Ukraina. Perjalanan tidak mudah, bahkan harus mengubah skenario awal.
Kementerian Luar Negeri berhasil mengevakuasi total 99 WNI dan sejumlah warga negara asing ke Romania dan Polandia. Dalam salah satu operasi evakuasi, kompleksitas dan ancaman bahaya di lapangan membuat Kementerian Luar Negeri RI mengubah jalur evakuasi 59 warga negara Indonesia dan 1 warga negara asing dari Kiev.
Dihubungi dari Jakarta, Selasa (1/3/2022), Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Judha Nugraha mengatakan, awalnya mereka akan dievakuasi dari Kiev pada Minggu (27/2/2022) melalui jalur Kiev-Lviv-Warsawa yang dirancang sebagai skenario pertama. Namun, pilihan itu terpaksa dibatalkan.
”Perubahan disebabkan oleh kondisi keamanan, dan ada satu jembatan ke arah Lviv yang diledakkan,” kata Judha dari Bucharest, Romania. Evakuasi kemudian dilakukan pada Senin pagi menuju perbatasan Moldova dan selanjutnya ke Romania.
Menurut Judha, jalur baru Kiev-Vinnytsia-Moldova-Romania itu merupakan jalur alternatif dan aman yang dipilih tim evakuasi setelah berkomunikasi dengan banyak pihak. Komunikasi intensif, antara lain, dilakukan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dengan mitranya, baik dari Ukraina, Turki, India, Rusia, maupun Komite Internasional Palang Merah (ICRC), untuk memastikan keamanan jalur evakuasi. Jalur ke arah selatan menuju Moldova sebelumnya juga digunakan oleh perwakilan Turki dan India untuk mengevakuasi warga mereka.
”Pada Senin pagi, dengan menggunakan beberapa kendaraan sewa dan empat kendaraan dinas KBRI Kiev, tim bersama WNI berkonvoi menuju Moldova,” kata Judha.
Sebagai tanda pengenal dan memudahkan evakuasi, semua kendaraan itu diberi tulisan Indonesia Embassy. Mereka menempuh perjalanan selama kurang lebih 12 jam dan melewati beberapa pos pemeriksaan.
Setiba di Moldova, mereka dijemput tim dari KBRI Bucharest dan dievakuasi ke Bucharest. ”Besok pagi (Rabu) sebagian besar di antara mereka diterbangkan kembali ke Tanah Air. Sebagian ada yang memilih tinggal,” kata Judha.
Baca juga: Rusia Tingkatkan Serangan ke Ukraina, Moskwa Semakin Terisolasi
Dalam jumpa pers di Jakarta yang digelar secara daring, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi membenarkan bahwa tantangan infrastruktur, kondisi keamanan, dan adanya kebijakan jam malam membuat proses evakuasi terpaksa harus ditata ulang. ”Saya sendiri terlibat langsung dalam penataan ulang jalur aman untuk evacuate dari Kiev. Penetapan jalur yang kita ambil akhirnya kita lakukan setelah kita melakukan konsultasi compare notes dengan banyak pihak,” kata Retno.
Sebelumnya, tim evakuasi WNI juga berhasil mengevakuasi 25 WNI melalui Odessa ke Romania, dan 6 orang WNI serta 1 WNA ke Polandia. Menurut Retno, jumlah total yang telah berada di luar Ukraina ialah 99 WNI dan 5 WNA yang merupakan keluarga dari WNI. Mereka saat ini berada di dua titik aman, yaitu Bucharest, Romania dan Rzeszow, Polandia.
Evakuasi
Di tengah situasi Ukraina yang masih sangat dinamis dan berubah dengan cepat, proses evakuasi itu dilakukan dengan hati-hati. Setidaknya ada empat operasi evakuasi dilakukan. Selain operasi evakuasi dari Kiev menuju Bucharest, ada pula operasi evakuasi dari Odessa dan Lviv.
“Tentunya keselamatan WNI menjadi prioritas kita. Dari sejak awal kita sudah memperhitungkan bahwa evakuasi ini tidak akan mudah, memiliki tingkat kompleksitas dan bahaya yang cukup tinggi di tengah pertempuran yang masih terjadi,” kata Retno.
Seperti telah disebutkan, komunikasi dengan berbagai pihak dilakukan secara intensif, termasuk dengan sejumlah menteri luar negeri. Masing-masing berbagi informasi mengenai situasi dan jalur aman untuk evakuasi. “Komunikasi juga dilakukan dengan otoritas Ukraina, Rusia dan ICRC, terutama untuk memintakan safe passage pada saat pelaksanaan evakuasi demi keamanan dan keselamatan evacuee,” kata Retno menambahkan.
Baca juga: Perantara Dua Saudara, Peran yang Bisa Dimainkan Indonesia dalam Krisis Ukraina
Selain itu koordinasi juga dilakukan dengan berbagai lembaga terkait di Tanah Air, seperti BAIS, BIN, dan Kementerian lain. Staf di Perwakilan RI di Warsawa, Bucharest, dan Moskwa juga disiagakan untuk mendukung evakuasi.
Dalam jumpa pers Selasa sing, Menlu Retno sempat menceritakan lika-liku proses evakuasi tersebut. Evakuasi 25 WNI dari Odessa menuju Bucharest dimulai pada Sabtu (26/2/2022) pagi, sekitar pukul 06.00 waktu setempat. Lama perjalanan dari Tulcea – di perbatasan Romania dan Moldova - menuju Odessa, lalu kembali ke hingga tiba di Bucharest pada Minggu (27/2/2022) diselesaikan dalam waktu 35 jam. Dalam kondisi normal, perjalanan yang sama dapat ditempuh dengan menggunakan bus dalam waktu kurang dari 10 jam.
“Tim evakuasi juga melewati 5 kali pemeriksaan dan cek point di wilayah Ukraina. Di perbatasan terjadi antrian mobil lebih dari 10 kilometer. Dari pantauan, mobil yang antri telah berada di perbatasan selama 2 hari. Namun alhamdullilah, evakuasi bisa menembus antrian sekitar 4.5 jam,” kata Retno.
Operasi evakuasi lain dilakukan atas 6 orang WNI dan satu WNA dari Lviv di Ukraina menuju Rzeszow, Polandia pada Minggu (27/2/2022). Diantara mereka ada tiga orang anak-anak dan satu bayi. Tim dari KBRI Warsawa berangkat dari safe house di Rzeszow pada pukul 07.30 pagi dan dapat tiba kembali dengan para evacuee sekitar jam 20.45 malam.
“Sebagaimana jalur perbatasan Romania, jalur inipun mengalami antrian yang sangat panjang, yaitu hingga 30 kilometer khususnya di daerah perbatasan. Saat ini, mereka sudah berada di Rzeszow dalam kondisi sehat,” kata Retno.
Selain mereka, ada pula 4 WNI dan 2 WNA yang dijemput oleh tim KBRI Warsawa dari Ternopil, Lviv, menuju Polandia. Mereka menempuh jarak sekitar 150 kilometer menuju Rzeszow, Polandia.
Baca juga: Gelombang Pengungsi Ukraina Ungkap Diskriminasi Eropa
Saat ini, masih terdapat 4 WNI di Kharkiv dan 9 di Chernihiv, Ukraina utara. Mereka belum dapat dievakuasi mengingat pertempuran darat masih terjadi. KBRI Kiev dan KBRI Moskwa terus melakukan kontak dengan mereka.
Terkait perang Ukraina-Rusia, Retno menegaskan, konsistensi Indonesia pada penerapan hukum internasional dan piagam PBB, termasuk penghormatan integritas wilayah dan kedaulatan. “Prinsip ini harus dihormati oleh semua negara. Prinsip ini dijunjung tinggi oleh Indonesia. Saat ini, selain menekankan prinsip tersebut, hal utama yang harus menjadi perhatian kita semua adalah de-eskalasi dan masalah kemanusiaan. De-eskalasi harus dilakukan. Sekali lagi, ini sejalan dengan apa yang tertera di dalam konstitusi kita untuk perdamaian,” kata Retno.
Selain itu, Retno juga menegaskan pentingnya jaminan pada keselamatan dan hidup warga. “Safe passage menjadi kebutuhan utama dan harus dijamin,” tegasnya.
Kondisi terkini
Situasi Ukraina saat ini masih berbahaya. Tentara Rusia, Selasa, menghujani Kharkiv menggunakan rudal dan roket. Sejumlah bangunan pemerintah dan kawasan permukiman di kota berpenduduk sekitar 1,5 juta jiwa itu rusak.
Kota-kota pelabuhan di Ukraina selatan juga terus dibombardir. Sementara itu, konvoi ratusan tank dan kendaraan tempur Rusia terlihat mengular sepanjang 65 kilometer menuju Kiev.
Gubernur Kharkiv Oleg Synehubov mengatakan, kantor pusat pemerintah provinsi di pusat kota Kharkiv menjadi sasaran artileri Rusia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, peningkatan serangan militer Rusia itu merupakan taktik untuk memaksanya tunduk pada konsesi yang diinginkan Moskwa. ”Saya yakin Rusia mencoba menekan dengan metode sederhana ini,” kata Zelenskyy.
Kementerian Pertahanan Rusia membantah tentara Rusia menargetkan daerah permukiman. Namun, wartawan AP di lapangan mendokumentasikan banyak bukti tentang serangan terhadap kawasan permukiman, sekolah, dan rumah sakit.
Sementara itu, negosiasi yang digelar di Gomel, Belarus, oleh Rusia dan Ukraina belum membuahkan hasil. Delegasi dua belah pihak pulang untuk berkonsultasi dengan pemimpin nasional mereka sebelum adanya pertemuan lanjutan.
(AP/AFP/Reuters)