Teguh pada pendirian untuk terus mengutamakan diplomasi, Zelenskyy bersedia bertemu dengan perwakilan Pemerintah Rusia, tetapi ada syaratnya.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
KIEV, MINGGU – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengutarakan kesediaannya untuk berdialog dengan pihak Rusia dengan syarat tidak dilakukan di Belarus. Alasannya, negara itu merupakan sahabat Rusia dan menjadi basis militer Rusia untuk menggempur Ukraina. Pada saat yang sama, invasi Rusia yang berlangsung sejak Kamis, 24 Februari, mengakibatkan 368.000 warga Ukraina mengungsi.
Zelenskyy mengatakan keinginannya untuk berdialog itu melalui sebuah pesan video yang disiarkan pada Minggu (27/2/2022). Sebelumnya, Juru Bicara Kantor Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov mengungkapkan bahwa delegasi Rusia telah tiba di kota Gomel, Belarus, dan siap untuk memulai rapat dengan perwakilan dari Ukraina.
”Saya hanya mau berdialog dari tempat yang tidak melancarkan serangan rudal ke negara saya. Hanya itu cara memastikan dialog akan berlangsung jujur dan bisa mengakhiri perang ini,” kata Zelenskyy. Oleh sebab itu, ia menawarkan beberapa pilihan, yaitu Warsawa di Polandia, Baku di Azerbaijan, Budapest di Hongaria, Istanbul di Turki, dan Bratislava di Slowakia.
Sampai Rusia menyetujui untuk memindahkan lokasi pertemuan ke salah satu dari lima kota yang diajukan oleh Ukraina itu, Zelenskyy tidak akan meninggalkan tempatnya. Ia juga mengungkapkan hendak mengajukan gugatan atas rusia kepada Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda. Sejumlah bukti yang disertakan ialah serangan rudal Rusia ke taman kanak-kanak dan perumahan warga di Luhansk, di wilayah Donbass.
”Rusia menyebar fitnah bahwa Pemerintah Ukraina akan melakukan genosida terhadap warganya sendiri yang berasal dari kelompok etnis Rusia dan menjadikannya sebagai landasan mereka melakukan penyerbuan. Ini tidak dapat dibenarkan dan harus dipertanggungjawabkan secara internasional,” tutur Zelenskyy.
Ia mengacu kepada kabar burung yang beredar selama satu bulan sebelum invasi terjadi. Warga Ukraina di bagian timur, yaitu di wilayah Donbass yang, antara lain, terdiri dari Donetsk dan Luhansk, memang mayoritas beretnis Rusia.
Mereka khawatir bahwa Pemerintah Ukraina akan melenyapkan mereka karena secara kebudayaan lebih dekat ke Rusia sehingga setidaknya 7.000 orang mengungsi ke Rusia sejak pertengahan Februari. Pemerintah Ukraina berupaya menjelaskan bahwa hal itu tidak benar dan merupakan fitnah yang dibuat oleh Rusia untuk mengadu domba pemerintah dengan rakyat, tetapi ini kian mengompori gerakan separatis.
Dugaan sejauh ini ialah Presiden Rusia Vladimir Putin ingin menggulingkan pemerintahan Zelenskyy dan menggantinya dengan orang yang bisa ia kendalikan. Apabila benar demikian, Ukraina akan berada di bawah pengaruh Rusia kembali seperti di masa Perang Dingin.
Negara-negara Barat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tetap tidak menurunkan pasukan untuk membantu Ukraina. Mereka memperkuat pertahanan di pangkalan-pangkalan militer negara-negara anggotanya. Meskipun begitu, mereka mengirim bantuan untuk Ukraina. Amerika Serikat memberi tambahan bantuan sebesar 350 juta dollar AS. Adapun Jerman yang awalnya tidak mau memberi senjata kini menyumbang rudal dan berbagai persenjataan antitank.
Uni Eropa, AS, Inggris, dan sejumlah negara Eropa lain sepakat untuk menutup wilayah mereka dari semua jenis pesawat Rusia. Mereka juga memblokir beberapa bank Rusia dari SWIFT, yaitu jaringan perbankan global, sehingga tidak bisa memproses transaksi yang bersifat internasional.
Selama terjadi invasi, Kementerian Kesehatan Ukraina melaporkan, 198 warga Ukraina tewas, termasuk tiga anak. Di sisi lain, dikabarkan 200 tentara Rusia telah ditangkap dan ribuan tewas meskipun belum ada kejelasan jumlahnya.
Pertempuran terjadi di Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina. Menurut laporan Wali Kota Oleh Sinehubov, kota itu dikelilingi pasukan Rusia sejak Kamis, tetapi mereka tidak masuk dan hanya menyerang melalui tembakan. Pasukan merangsek masuk pada Minggu pagi. Mereka meledakkan bandara dan lapangan terbang serta tempat-tempat pengisian bensin.
Pasukan Rusia juga meledakkan pipa gas sehingga asap di mana-mana. Pemerintah kota segera meminta rakyat untuk menutup semua celah rumah dengan kain basah. Beberapa jam kemudian, Sinehubov menulis di media sosial Telegram bahwa aparat penegak hukum berhasil mengambil alih Kharkiv dan mengusir pasukan Rusia.
Pengungsi
Terlepas dari kemenangan di Kharkiv, masyarakat Ukraina masih dirundung ketakutan. Mereka bersembunyi di rumah ataupun di stasiun kereta bawah tanah. Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) mengabarkan, 368.000 warga Ukraina telah pergi mengungsi ke negara-negara tetangga, seperti Moldova, Polandia, dan Hongaria.
Sebelumnya, per Sabtu (26/2/2022), jumlah pengungsi dikabarkan 150.000 orang. Berdasarkan catatan UNHCR yang didapat dari laporan penjaga perbatasan Polandia, pada hari itu saja ada 77.300 warga Ukraina yang datang. Mereka ada yang naik mobil, berdesakan di kereta api, dan bahkan ada yang berjalan kaki menyeberangi perbatasan.
UNHCR memperkirakan, apabila konflik tidak segera dihentikan dan terus meningkat, ada 4 juta warga yang terpaksa mengungsi. Ini menjadi krisis kemanusiaan baru di tengah beban pandemi Covid-19 dan sejumlah bencana kemanusiaan yang belum terselesaikan seperti di Afghanistan dan Yaman.
Sementara itu, dari sisi warga negara Indonesia, Kementerian Luar Negeri mengabarkan bahwa 25 WNI yang awalnya menetap di Odesa, Ukraina, telah dievakuasi ke Romania. Mereka tiba pada Minggu sore dan langsung dibawa ke Kedutaan Besar Indonesia di Bucharest. Masih ada 128 WNI yang menanti evakuasi. (AP/REUTERS)