Perang Jalanan Guncang Kiev, Presiden Zelenskyy Tolak Mengungsi dan Coba Diplomasi
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak permintaan AS agar ia meninggalkan negerinya di tengah semakin memuncaknya pertempuran antara pasukan Ukraina dan Rusia di ibu kota Kiev. ”Pertempuran ada di sini,” tegasnya.
KIEV, SABTU — Hari ketiga serangan Rusia ke Ukraina, pasukan Moskwa menyerbu ibu kota Kiev sejak Sabtu (26/2/2022) dini hari. Perang jalanan pun dilaporkan mulai melanda Kiev. Saksi mata mengatakan, baku tembak terdengar di dekat kantor pusat pemerintahan di ibu kota. Warga diminta tetap bertahan di tempat-tempat perlindungan.
Dalam posisi ibu kota terkepung oleh pasukan Rusia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak imbauan Amerika Serikat untuk meninggalkan negerinya. Ia menegaskan akan tetap bertahan di Kiev. ”Pertempuran ada di sini,” tegas presiden berusia 44 tahun itu.
Sementara pertempuran memanas di ibu kota Kiev, negara-negara yang dihuni bangsa Slav mengisyaratkan siap bekerja sama meredakan perang sebagian puak itu, Rusia-Ukraina. Selain menampung pengungsi, mereka juga menawarkan menjadi lokasi perundingan untuk menghentikan perang yang sudah memasuki hari ketiga pada Sabtu (26/2/2022) ini.
Serbuan Rusia ke Ukraina semakin meningkat sejak dilancarkan pada Kamis (24/2/2022) dini hari. Pada Sabtu dini hari, baku tembak dan ledakan dilaporkan sudah mencapai pusat kota Kiev. Di sejumlah kota di Ukraina, baku tembak dan ledakan juga dilaporkan terus terjadi.
Roket dan rudal Rusia dilaporkan menyasar berbagai lokasi di berbagai penjuru Ukraina. Tank dan aneka kendaraan tempur Rusia juga terlihat di sejumlah kota di Ukraina.
Baca juga: Serangan Rusia, Buah Kebrutalan Hegemoni AS
Dalam video yang disiarkan pada Jumat siang, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperingatkan peningkatan pertempuran di Kiev pada Jumat malam. Ia meminta seluruh warga Ukraina tetap tabah dan berjuang menghadapi agresi Rusia.
Di sisi lain, Zelenskyy juga kembali menyatakan Ukraina siap berunding dengan Rusia untuk menyelesaikan atau setidaknya mengelola masalah di antara dua bangsa masih serumpun Slav itu. ”Sekali lagi, saya mengajak Presiden Rusia. Ada perang di seluruh Ukraina, mari duduk di meja perundingan untuk menghentikan kematian,” katanya.
Dikutip dari media Ukraina, Ukrinform, juru bicara Kepresidenan Ukraina Serhiy Nykyforov mengumumkan bahwa upaya perundingan dengan Rusia tengah berlangsung. ”Saya menyangkal bahwa kita menolak berunding. Ukraina selalu siap membahas gencatan senjata dan perdamaian. Kami setuju dengan urusan Presiden Rusia,” ujarnya.
Tawaran lokasi perundingan
Presiden Rusia Vladimir Putin juga sudah mengisyaratkan siap berunding dengan Rusia. Ia mengemukakan itu kepada Presiden China Xi Jinping dan Presiden Belarus Alexander Lukhashenko. Bahkan, Lukashenko sudah menyatakan siap kembali menjadi tuan rumah perundingan Rusia-Ukraina.
Putin dilaporkan siap mengirimkan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov dan Menteri Pertahanan Sergey Shoigu ke Minks, Belarus. Di negara yang penduduknya juga dari rumpun bangsa Slavia itu, Lavrov dan Shoigu ditugasi merundingkan gencatan senjata dengan Ukraina.
Sejak 2014, Minks sudah berkali-kali menjadi lokasi perundingan Kiev-Moskwa. Sayangnya, seluruh kesepakatan itu gagal mencegah perang kembali meletus.
Juru bicara Presiden Rusia Dmytri Peskov menuding, Kiev menolak berunding di Minks. Kiev memilih Warsawa, Polandia, sebagai lokasi perundingan. Seperti Belarus, Rusia, dan Ukraina, Polandia juga masih termasuk rumpun bangsa Slav.
Sementara Lavrov mengatakan, Moskwa siap berunding begitu seluruh tentara Ukraina menyerah. ”Tidak ada rencana menyerang mereka. Biarkan mereka pulang ke rumah. Lalu, berikan kesempatan seluruh bangsa Ukraina menentukan masa depan mereka,” katanya.
Baca juga: Awas, Serangan Rusia ke Ukraina Berdampak pada Ekonomi Global
Menurut dia, Rusia sudah bersabar bertahun-tahun atas penolakan Ukraina menerapkan Kesepakatan Minks. Alih-alih menghentikan baku tembak dan memberikan otonomi luas serta referendum bagi Donetsk dan Luhanks, lanjut Lavrov, Kiev malah melarang penggunaan bahasa Rusia. Kiev juga dituding menekan aktivitas Gereja Ortodoks Rusia di Ukraina. ”Rekan-rekan di Barat malah mendukung pelanggaran terbuka ini,” katanya.
Pengungsi
Perang hari ketiga tidak hanya menghasilkan kehancuran di berbagai penjuru Ukraina. Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Pengungsi Fillipo Grandi menyebut setidaknya 50.000 pengungsi Ukraina telah memasuki Polandia dan Moldova sejak Kamis. Ia khawatir gelombang pengungsi akan terus bertambah.
Sejauh ini, Polandia sudah bersiap dengan lonjakan pengungsi akibat perang Rusia-Ukraina. Sejumlah pejabat Uni Eropa khawatir gelombang pengungsi akan terus ke barat. Warga Ukraina tidak perlu visa atau izin khusus untuk melawat ke Uni Eropa.
Selain bersiap menerima pengungsi, Uni Eropa yang sebagian anggotanya juga anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) itu juga terus berupaya membantu Kiev. Walakin, seperti pernah disampaikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, NATO tidak akan mengerahkan kekuatannya untuk berhadapan secara langsung dalam perang melawan Rusia.
Hindari nuklir
”Anda mau perang nuklir?” kata Menteri Pertahanan Perancis Florence Parly kepada jurnalis RTL, radio Perancis, yang berulang kali menanyakan apakah NATO atau setidaknya Perancis akan mengerahkan pasukan menghadapi Rusia.
Parly mengingatkan, Rusia punya nuklir seperti juga Perancis. Ia berharap Rusia dan Perancis sama-sama tidak menggunakan nuklir. ”Kami tidak menyatakan perang pada Rusia. Tidak ada negara Eropa atau bahkan AS mau berperang dengan Rusia. Tujuan kami mencapai gencatan senjata,” katanya.
Meski tidak mengirim pasukan, Paris tetap mengirimkan aneka persenjataan. Walakin, ia menolak mengungkap perincian bantuan itu. ”Bantuan pertahanan tidak seperti bantuan kemanusiaan. Ada sejumlah aturan soal pengirimannya,” ujarnya.
Sementara Biden mengumumkan AS akan segera mengirimkan bantuan pertahanan senilai total 600 juta dollar AS ke Ukraina. Para pejabat AS diminta mempercepat proses pengiriman itu.
Baca juga: Ukraina Dibiarkan Bertahan Sendirian, Zelenskyy Jadi Target Penggulingan oleh Rusia
Pengumuman dibuat setelah Zelenskyy mengecam NATO. Ia merasa Ukraina ditinggalkan NATO dan terpaksa sendirian menghadapi Rusia. Zelenskyy juga dilaporkan menolak tawaran evakuasi dari AS. Ia memilih tetap berada di Ukraina. ”Kalau membantu, segera kirim senjata,” katanya.
Pada hari pertama serangan Rusia, banyak senjata Ukraina hancur. Rudal dan roket Rusia menghancurkan puluhan gudang senjata, stasiun radar dan telekomunikasi, pangkalan kendaraan tempur, hangar pesawat, hingga barak dan kantor militer serta intelijen.
Pada Jumat sore, sebagian persenjataan dan kendaraan tempur yang selamat dilaporkan mulai memasuki Kiev. Tentara Ukraina menyebarkan pengumuman kepada seluruh warga untuk tidak merekam kendaraan pengangkut senjata itu.
Kiev mengklaim setidaknya 2.800 tentara Rusia tewas dan puluhan tank hingga pesawat Rusia dihancurkan sejak hari pertama serangan. Sebagian tentara tewas karena pesawat yang mereka tumpangi dijatuhkan tentara Ukraina. Rusia tidak merilis data korban.
Hingga kini, belum dimungkinkan verifikasi terhadap data korban. Pejabat PBB, seperti dilansir kantor berita Associated Press (AP), melaporkan 25 warga sipil tewas. Mereka kebanyakan tewas akibat tembakan artileri dan serangan udara. Pejabat PBB juga menambahkan, 100.000 orang diyakini telah meninggalkan rumah masing-masing. Angka itu bisa bertambah hingga 4 juta jika eskalasi pertempuran berlanjut. (AFP/REUTERS)