Saat wilayah perbatasan Rusia dan Ukraina sedang tegang, Taiwan pun tegang dan cemas. Taiwan khawatir China akan mengambil kesempatan dalam kesempitan menyerang Taiwan saat Barat sedang sibuk dengan Rusia-Ukraina.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
TAIPEI, RABU — Dari semua pemerintahan di dunia ini, bisa jadi Taiwan yang paling cemas dengan perkembangan ketegangan di perbatasan Rusia dan Ukraina. Taiwan khawatir China akan mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan semakin menekan Taiwan saat perhatian negara-negara Barat sedang teralihkan pada isu invasi Rusia ke Ukraina.
Sampai sejauh ini memang belum ada perilaku yang tak biasa dari China dan militernya. Namun, tetap saja Taiwan cemas dan waswas. Taiwan senantiasa dalam posisi siaga pasang kuda-kuda. Dalam dua tahun terakhir, China sering bersikap provokatif, seperti mengirimkan patroli-patroli udara mendekati wilayah Taiwan.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen bertemu dengan jajaran kabinetnya, Rabu (23/2/2022), untuk membicarakan pengetatan pengawasan wilayah dan memantau perkembangan aktivitas militer di seluruh kawasan. Situasi yang dihadapi Taiwan dengan Ukraina jelas berbeda. Namun, Tsai bisa berempati dengan situasi Ukraina.
Jika Ukraina menghadapi tekanan dari Rusia, Taiwan pun menghadapi tekanan dan ancaman militer yang sama dari China. Terlebih, Rusia dan China menjalin hubungan erat. Belum lama ini, pada saat China menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin, Presiden Rusia Vladimir Putin terbang langsung ke Beijing untuk menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin dan—yang terpenting lagi—bertemu dengan Presiden China Xi Jinping.
“Bisa saja China mempertimbangkan akan menyerang Taiwan dan itu bisa terjadi kapan saja. Kita harus siap siaga untuk kemungkinan itu,“ kata Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu kepada ITV News.
Kekhawatiran Taiwan itu beralasan karena Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China sering menggelar latihan militer bersama di wilayah yang dekat dengan Taiwan timur dan Selat Miyako, Jepang. Selama satu atau dua bulan terakhir ini, sering ada latihan militer bersama yang melibatkan pesawat tempur, pesawat pengebom, dan kapal perang.
Seorang pejabat Taiwan yang tak mau disebutkan namanya menduga, latihan bersama PLA itu juga untuk menekan Jepang. Juru bicara Kantor Urusan Taiwan di China, Ma Xiaoguang, menuding Taiwan dan negara-negara Barat sama-sama memanfaatkan Ukraina untuk menaikkan ancaman militer dan membangkitkan sentimen anti-China.
Jaga komitmen
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Sabtu (19/2/2022), berharap negara-negara Barat akan bisa memenuhi janji dan komitmennya untuk memberikan bantuan dan dukungan pada kebebasan Ukraina dari tekanan Rusia. Apabila Barat tak bisa memenuhi janji dan komitmen itu, akan ada konsekuensi yang merusak hingga ke seluruh dunia, termasuk Taiwan.
Meski demikian, China kemungkinan tidak akan mengambil langkah terkait Taiwan dalam waktu dekat. Menurut dua sumber diplomatik yang berbasis di Taiwan, fokus utama Presiden China Xi Jinping saat ini adalah proses persiapan kongres Partai Komunis China. Pada kongres itu nanti, Xi Jinping disebut-sebut akan mengukuhkan masa jabatan ketiganya. “Begitu kongres selesai, Xi akan bisa fokus lagi ke Taiwan,“ kata salah satu dari dua sumber itu.
Taiwan, yang selama ini menolak klaim China yang menyatakan Taiwan merupakan bagian dari China, memang tak bisa hidup tenang, selalu dalam ancaman serangan China sejak tahun 1949 atau sejak Taiwan berdiri. Dari sejarahnya, Pemerintah China yang terpilih kalah dalam perang saudara dengan komunis lalu melarikan diri dan menetap di Taiwan sejak 1949.
Mantan Kepala Dewan Urusan China Daratan di Taiwan semasa pemerintahan Presiden Ma Ying-jeou, Su Chi, mengatakan, Taiwan seperti halnya Ukraina terjepit di antara dua kekuatan besar dunia. Xi dan Putin, kata Su Chi, menangani isu klaim wilayah masing-masing dengan cara yang sangat berbeda.
“Sejauh ini, Xi bersikap dan bergerak tegas, tetapi bertahap dan pelan. Sementara Putin bergerak secepat kilat,“ kata Su Chi yang mengelola lembaga kajian Forum Taipei itu.
China kemungkinan besar sedang mengamati perkembangan situasi Ukraina, terutama yang terkait dengan sanksi terhadap Rusia. Bagi China, Ukraina seperti laboratorium yang bisa jadi akan dijadikan cermin saat menghadapi Taiwan.
Seorang pejabat Taiwan menilai ada kesamaan antara pergerakan dan strategi militer Putin dan Xi dalam beberapa tahun terakhir. Rusia menggunakan taktik “zona abu-abu“ pada Crimea sebelum akhirnya mencaplok Crimea pada 2014. Moskwa menepis tuduhan mencaplok Crimea dengan alasan wilayah itu bergabung dengan Rusia melalui referendum rakyatnya.
China juga menggunakan taktik serupa dengan patroli-patroli udaranya. Bagi Taiwan, itu juga taktik “zona abu-abu“. “Daripada sibuk menduga-duga apakah Xi akan menahan tindakan sebelum kongres partai atau tidak, akan lebih realistis untuk menganalisis kegiatan militer hariannya dan menyiapkan diri,“ ujarnya. (REUTERS)