Pemerintah Ukraina membawa krisis Ukraina-Rusia ke Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa. Namun, Rusia tampaknya enggan berpartisipasi dalam skema itu.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·5 menit baca
KIEV, SENIN – Pemerintah Ukraina meminta Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa atau Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) untuk menggelar pertemuan dalam 2 x 24 jam guna membahas mobilisasi militer Rusia di perbatasan Rusia-Ukraina. Mekanisme ini diharapkan Kiev mampu memaksa Rusia berhadapan dengan forum yang lebih besar guna meredakan eksalasi.
"Rusia tidak merespon permintaan kami yang didasarkan atas Dokumen Wina. Konsekuensinya, kami mengambil langkah berikutnya. Kami meminta pertemuan dengan Rusia dan seluruh negara anggota (OSCE) dalam 48 jam untuk membahas penguatan dan mobilisasi (militer Rusia) di sepanjang perbatasan kami dan di Krimea yang diduduki sementara," kata Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba melalui akun Twitternya, Senin (14/2/2022).
Jika serius tentang keamanan bersama yang tak dapat dipisahkan dalam OSCE, Kuleba melanjutkan, Rusia wajib memenuhi komitmennya soal transparansi militer guna menurunkan tensi dan mengembangkan keamanan untuk semua pihak.
Pada 11 Februari, merujuk Kantor Berita Ukraina, Ukrinform, Pemerintah Ukraina secara resmi meminta Rusia untuk menjelaskan detail tentang kegiatan militernya di sejumlah area yang berbatasan dengan Ukraina dan di Krimea. Permintaan ini didasarkan atas Dokumen Wina 2011 tentang Langkah-langkah Pembangunan Keamanan dan Kepercayaan.
Namun sampai batas waktu yang ditentukan, 2 x 24 jam, Rusia tidak memberikan respon. Untuk itu, Ukraina meminta OSCE menggelar pertemuan darurat. Rusia dalam pertemuan itu harus menjelaskan soal kegiatan militernya.
Dokumen Wina adalah instrumen kunci untuk membangun kepercayaan militer antara negara-negara peserta OSCE. Dokumen itu didasarkan pada Helsinki Final Act 1975 dan diadopsi pada 1990 setelah berakhirnya Perang Dingin. Terakhir, Dokumen Wina diperbarui pada 2011 yang mencakup langkah-langkah untuk transparansi militer yang lebih besar (misalnya dalam pelatihan, latihan dan manuver) hingga pencegahan konflik (misalnya mencegah insiden militer).
Dalam Dokumen Wina, negara-negara peserta OSCE berkomitmen untuk berbagi informasi rinci setahun sekali tentang angkatan bersenjata dan sistem senjata utama mereka. Mereka juga berbagi informasi tentang anggaran militer, serta perencanaan pertahanan dan angkatan bersenjata.
OSCE terdiri atas 57 negara anggota di wilayah Eropa, Asia Tengah, dan Amerika Utara. Rusia dan Ukraina termasuk di dalamnya. Amerika Serikat (AS), Inggris, Jerman, dan Perancis, yang termasuk anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga tercatat dalam kelompok itu.
Namun sumber dari kalangan pejabat tinggi Rusia menyebutkan bahwa Rusia tidak akan hadir sekiranya pertemuan itu digelar.
Juru bicara Presiden Rusia Dmitry Peskov, tidak mengomentari permintaan Kiev soal pertemuan dengan Rusia dan OSCE itu. Namun sumber dari kalangan pejabat tinggi Rusia menyebutkan bahwa Rusia tidak akan hadir sekiranya pertemuan itu digelar.
Peskov sendiri memilih menegaskan kembali sikap Rusia bahwa Moskwa bebas untuk memindahkan pasukan melintasi wilayah negaranya sendiri. "Saya ingin menekankan sekali lagi bahwa kita berbicara tentang pergerakan pasukan Rusia di wilayah Rusia," kata Peskov kepada wartawan.
Ia balik menuduh Ukraina yang justru meningkatkan ketegangan. "Pergerakan besar-besaran angkatan bersenjata Ukraina juga dilakukan di zona perbatasan di wilayah Ukraina, apalagi di wilayah yang berbatasan dengan wilayah republik yang memproklamasikan diri, yang mengarah pada peningkatan eskalasi situasi," kata dia.
Soal dialog, menurut Peskov, Rusia dan AS berikut sekutunya memilki saluran. Pembicaraan Putin dengan Presiden AS Joe Biden dan Presiden Perancis Emmanuel Macron misalnya adalah contoh positif. Namun hasil akhir dari dialog-dialog itu tidak ada yang tahu, termasuk dalam dinamika di perbatasan Rusia-Ukraina.
"Para kepala negara sedang berdialog, ada juga dialog di bidang lain. Ini merupakan nilai tambah karena Anda tahu bahwa hanya beberapa tahun yang lalu tidak ada dialog, tidak ada dialog seperti itu," kata Peskov.
Sementara itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz dilaporkan telah tiba di Kiev pada awal pekan ini untuk bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Selanjutnya pada Selasa (15/2), Scholz dijadwalkan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskwa.
Ketegangan dengan Rusia tidak memadamkan keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa. Juru bicara Kepresiden Ukraina, Sergii Nykyforov, menyatakan aspirasi Ukraina itu tercantum dalam konstitusinya dan tetap menjadi prioritas mutlak negara itu. "Hal ini tidak hanya tercermin dalam konstitusi, tetapi juga persetujuan penuh dari pihak berwenang dan masyarakat," kata Nykyforov.
Aspirasi Ukraina itu menjadi salah satu yang membuat gusar Rusia. Bahkan Putin mengatakan hal itu dapat menjadi pemicu perang. Duta Besar Ukraina untuk Inggris, Vadym Prystaiko, dikutip oleh BBC mengatakan Ukraina bersedia untuk menjadi "fleksibel" atas tujuannya untuk bergabung dengan NATO.
Sementara itu, aktivitas militer Rusia sendiri terus berlanjut. Militer Rusia terlibat dalam latihan militer bersama dengan Belarus, tetangga utara Ukraina. Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan, awak jet tempur Sukhoi Su-30 menggelar patroli udara bersama di sepanjang perbatasan antara Rusia dan Belarus pada Senin (14/2). Media Izvestia mengutip sumber militer menyebutkan Rusia juga akan mengirim detasemen kapal yang dipersenjatai dengan rudal jelajah dan supersonik dari Kaspia Flotilla ke Laut Hitam dan Mediterania.
Armada Laut Hitam Rusia, Sabtu (12/2), mengatakan, lebih dari 30 kapal Rusia telah memulai latihan militer di dekat semenanjung Krimea. Hal itu menjadi bagian dari serangkaian latihan kekuatan laut Rusia dari Samudera Pasifik ke Atlantik yang melibatkan semua armada sepanjang Januari-Februari. Militer Rusia juga mengungkapkan, lebih dari 30 helikopter angkut dan serang Rusia terlibat dalam latihan taktis di Rusia selatan.
Seorang pejabat senior militer Rusia, Stanislav Gadzhimagomedov, mengatakan Rusia siap untuk menembaki kapal dan kapal selam asing yang secara ilegal memasuki perairan teritorialnya. Keputusan semacam itu hanya akan diambil pada "tingkat tertinggi" Rusia.
Pernyataan ini muncul dua hari setelah Moskwa mengatakan sebuah kapal angkatan laut Rusia telah mengusir kapal selam AS di perairan Rusia di Pasifik. Namun AS membantah telah melakukan operasi militer di perairan teritorial Rusia.
Ketegangan antara kedua negara semakin meningkat. Washington menuding bahwa Rusia dapat menyerang Ukraina kapan saja. Moskwa membantahnya. Pemerintah Rusia menuduh negara-negara Barat cenderung berlebihan. (AP/AFP/REUTERS/BEN)