Barat Tawarkan Diplomasi Saat Rusia Gelar Latihan Militer
Selain menerina para pejabat Barat yang melakukan komunikasi diplomatik ke Moskwa, Rusia juga menggelar latihan militer "mengepung" Ukraina.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
BRUSSEL, KAMIS – Kekuatan Barat dan Rusia belum juga meredakan ketegangan di Ukraina. Moskwa bahkan meningkatkan latihan militernya dengan Belarus dan menggelar latihan solo Angkatan Laut Rusia di Laut Hitam. Inggris dan Uni Eropa, termasuk aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang dipimpin Amerika, mendorong Moskwa agar mengambil jalan diplomasi atau menghadapi sanksi.
Di tengah konflik Moskwa-Kiev yang makin panas, Rusia menggelar latihan perang 10 hari dengan Belarus, mulai Kamis (10/2/2020) hingga 20 Februari. Bahkan, Kementerian Pertahanan Rusia telah merilis gambar dan video sistem rudal S-400 setibanya senjata anti-pesawat generasi baru itu di Belarus.
Beberapa kendaraan mengangkut sistem rudal Rusia tampak melintai lapangan bersalju di Brest, Belarus. Menurut situs berita Kementerian Pertahanan Rusia sistem rudal S-400 itu milik dikerahkan untuk mengikuti latihan di wilayah Brest.
Dalam latihan sebagai bagian dari sistem pertahanan udara regional terpadu Belarus dan Rusia, Moskwa mengerahkan jet tempur multiperan, Shukoi Su-25.
Moskwa dan Minsk belum mengungkapkan berapa banyak tentara yang ambil bagian dalam latihan militer di Belarus. Namun Washington, seperti dilaporkan kantor berita Agence-France Presse (AFP), mengatakan, Rusia telah mengirim sekitar 30.000 tentaranya ke Belarus untuk latihan tersebut.
Jumlah pasukan yang dikirim ke Belarus itu belum termasuk 10.000 tentara Rusia yang telah ditempatkan di dekat Ukraina sejak sekitar dua pekan lalu. Menurut Associated Press (AP), Rusia telah mengonsentrasikan lebih dari 100.000 tentaranya di dekat Ukraina tetapi tidak untuk tujuan menginvasi Ukrainya seperti yang dikhawatirkan oleh Barat.
Selain itu, Moskwa juga telah mengirim enam kapal perang melalui Selat Bosporus untuk menggelar latihan perang solo Angkatan Laut Rusia di Laut Hitam dan Laut Azov yang bertetangga. Kiev dan Brussel mengecam latihan besar-besaran militer Rusia itu sebagai persiapan menginvasi Ukraina, seperti dilakukan Rusia pada awal 2014 ke Ukraina Timur.
Kiev menambahkan, pengerahan Angkatan Laut Rusia adalah upaya yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memotong Ukraina dari dua laut. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mengatakan, latihan di sepanjang perbatasan Belarus dengan Ukraina itu sebagai tekanan psikologis terhadap negaranya.
"Akumulasi kekuatan di perbatasan adalah tekanan psikologis dari tetangga kami (Rusia). Kami tidak melihat hal baru di sana," kata Zelenskyy.
Tampak jelas bahwa latihan militer Rusia dengan Belarus dan latihan angkatan lautnya di Laut Hitam dan Laut Azov untuk menekan Ukraina. Hal itu seperti diakui Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataannya. “Tujuan dari latihan ini adalah untuk berlatih menekan dan memukul mundur agresi eksternal dengan operasi pertahanan,” katanya.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Perancis Jean-Yves Le Drian menyebut latihan militer Rusia tersebut sebagai gerakan sangat brutal. Menlu Inggris Liz Truss, yang bertemu dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov di Moskwa terkait krisis Ukraina, mendesak Moskwa untuk mengurangi ketegangan dan menempuh diplomasi.
Truss mengatakan, menyerang Ukraina akan memiliki konsekuensi besar dan menimbulkan biaya yang berat bagi Rusia, Ukraina, dan Eropa. Dia menuduh Rusia ingin merusak kedaulatan Ukraina. Namun, Lavrov yang duduk berhadapan dalam satu meja dengan Truss lantas merespons dengan tegas bahwa Moskwa tidak akan menerima ceramah dari Barat.
“Pendekatan ideologis, ultimatum dan moralisasi adalah tidak ada gunanya,” kata Lavrov. Pembicaraannya dengan Truss merupakan yang pertama antardiplomat tinggi Rusia-Inggris dalam lebih dari empat tahun terakhir.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan pergerakan militer Rusia itu adalah "momen berbahaya bagi keamanan Eropa". AS mengatakan, sekitar 1.000 tentara NATO sedang bergerak menuju ke perbatasan timur aliansi militer Barat itu.
AS sendiri mulai menggeser pasukannya dari Vilseck, Jerman, ke Romania, yang berbatasan dengan Ukraina. Sekitar 1.700 tentara AS akan dikirim ke Polandia setelah separuh lainnya telah lebih dahulu tiba di sana. Menurut Sekretaris Pers Pentagon, John Kirby, AS kemungkinan akan terus bertambah dalam beberapa hari ke depan.
Sementara itu, Inggris menyiagakan 1.000 tentaranya untuk menanggapi kemungkinan krisis kemanusiaan di Eropa Timur. London juga telah berjanji untuk mengirim 350 tentara Inggris lainnya ke Polandia dan telah mengirim senjata anti-tank ke Ukraina. Walaupun demikian, Uni Eropa dan NATO tetap mengharapkan Moskwa memilih jalan diplomasi, jika tidak akan menghadapi sanksi.
Dalam upaya untuk meredakan ketegangan, Kanselir Jerman Olaf Scholz akan berkunjung ke Kiev dan Moskwa, 14-15 Februari 2022. Pendekatan yang dilakukan Barat itu adalah untuk mengajak Moskwa memilih jalur diplomasi ketimbang militer.
Scholz dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin Baltik di Berlin, Kamis. Sementara PM Inggris Boris Johnson segera bertemu para pejabat NATO sebelum melakukan perjalanan ke Warsawa untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Polandia Andrzej Duda.
Rusia dan Ukraina telah terkunci dalam konflik sengit sejak 2014. Moskwa mencaplok Semenanjung Crimea dan kemudian mendukung pemberontakan separatis di Ukraina Timur. Pertempuran antara pemberontak yang didukung Rusia dan pasukan Ukraina telah menewaskan lebih dari 14.000 orang. (AP/AFP/REUTERS)