Pengerahan pasukan AS ini untuk merespons langkah Rusia. AS berdalih pergeseran pasukan di Eropa itu hanya untuk mengatur ulang strategi AS di Eropa sekaligus memenuhi komitmen pada NATO.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
WASHINGTON, RABU — Militer Amerika Serikat akan mengerahkan sedikitnya 3.000 tentara untuk memperkuat pasukan keamanan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO di wilayah Eropa Timur. Sekitar 1.000 tentara AS yang bermarkas di Jerman akan digeser ke Romania, sementara 2.000 tentara akan didatangkan dari pangkalan militer Fort Bragg, North Carolina, AS, dan diterjunkan ke Polandia dan Jerman. Pengerahan pasukan AS ini untuk merespons langkah Rusia yang mengerahkan 100.000 tentara dengan persenjataan berat di sepanjang perbatasan Ukraina.
”Kita perlu mengirim sinyal kuat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dan dunia bahwa NATO itu penting bagi AS,” kata juru bicara juru bicara Departemen Pertahanan AS, John Kirby, Rabu (2/2/2022).
Pengerahan ribuan pasukan itu, kata Kirby, bukan langkah permanen dan mereka tidak akan ditugaskan untuk bertempur di Ukraina. AS hanya merespons pengerahan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina. Romania dan Polandia juga berbatasan dengan Ukraina sehingga posisinya juga lebih dekat pada Rusia. AS berdalih pergeseran pasukan di Eropa itu hanya untuk mengatur ulang strategi AS di Eropa sekaligus memenuhi komitmen pada NATO.
Negara-negara Barat sudah memperingatkan jika Rusia menyerang Ukraina, akan ada konsekuensi berat, termasuk sanksi ekonomi yang lebih luas. Putin, Selasa lalu, membantah akan menginvasi Ukraina dan menuding Barat justru tidak menghargai kekhawatiran Rusia akan keamanannya dan hanya memanfaatkan isu Ukraina sebagai cara untuk bisa mengendalikan Rusia. Di saat para pemimpin NATO mengupayakan cara-cara diplomasi untuk mencegah invasi ke Ukraina, Putin kian mendekat ke Presiden China Xi Jinping. ”China mendukung permintaan Rusia akan jaminan keamanan,”" kata penasihat kebijakan luar negeri Rusia, Yury Ushakov.
Rusia sudah menuntut agar Ukraina tidak diperbolehkan bergabung ke NATO. Rusia juga menuntut soal penyebaran sistem rudal di dekat perbatasan Rusia dan penarikan pasukan aliansi militer pimpinan AS di Eropa Timur. Putin menilai justru AS yang sengaja memanfaatkan Ukraina untuk menyeret Rusia masuk ke peperangan. AS dan NATO sudah mengirimkan respons secara tertulis atas tuntutan Rusia itu. Harian Spanyol,El Pais, Rabu, memublikasikan bocoran dokumen respons AS dan NATO itu yang menyebutkan AS dan NATO menawarkan langkah-langkah pengendalian senjata dan membangun kepercayaan pada Rusia.
Di dalam surat itu disebutkan Ukraina dan negara lain memiliki hak untuk mendaftarkan diri bergabung dengan NATO. AS dan Rusia juga akan menahan diri tidak mengerahkan rudal yang diluncurkan dari darat dan pasukan keamanan permanen yang bertugas berperang di wilayah Ukraina.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte berkunjung ke Ukraina untuk menunjukkan dukungan kepada Ukraina. Ketika bertemu dengan Rutte, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan Ukraina hanya menginginkan perdamaian dan berhak mempertahankan diri sendiri. Sebelum dengan Rutte, Zelenskyy juga bertemu dengan PM Inggris Boris Johnson dan akan berkomunikasi melalui telepon dengan Putin.
Ketegangan di kawasan itu diperparah oleh rencana latihan militer bersama antara Rusia dan negara tetangganya, Belarus. Bagi AS, Rusia tidak konsisten karena di satu sisi menyatakan tidak akan menginvasi Ukraina, tetapi di sisi lain justru memperkuat pasukan di perbatasan bahkan latihan militer bersama dengan Belarus pada 10-20 Februari mendatang. Konflik Rusia-Ukraina ini cukup panjang. Ukraina sudah menghadapi kelompok perlawanan yang didukung Rusia sejak 2014 ketika Rusia menganeksasi Semenanjung Crimea. Sedikitnya 13.000 orang tewas dalam konflik itu. Moskwa membantah telah menganeksasi Crimea dengan alasan bergabungnya Crimea ke Rusia didasarkan pada hasil referendum 16 Maret 2014. (AFP)