Medsos Jadi ”Medan Pertempuran”, Marcos Jr Diunggulkan di Pilpres Filipina
Jajak pendapat bulan Desember lalu menunjukkan, Ferdinand Marcos Jr, anak diktator Ferdinand Marcos, berpeluang menang dengan keunggulan lebih dari 20 poin persentase dibanding para kandidat presiden Filipina lainnya.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·5 menit baca
MANILA, SELASA – Masa kampanye pemilihan umum di Filipina secara resmi dimulai pada Selasa (8/2/2022) ini. Musim pandemi Covid-19 membatasi pergerakan dan pengumpulan massa pendukung para kandidat. Media sosial pun menjadi ”medan pertempuran” kampanye para kandidat. Ferdinand Marcos Jr, putra mantan diktator Ferdinand Marcos, bersaing dengan petinju Manny Pacquiao, Wakil Presiden Leni Robredo, Wali Kota Manila Fransisco Domagoso, dan Senator Panfilo Lacson untuk jabatan presiden.
Pemilu Filipina akan digelar pada 9 Mei 2022. Pandemi telah mengubah strategi kampanye para kandidat untuk berebut ribuan posisi, mulai dari jabatan anggota dewan di tingkat kota hingga presiden.
Para kandidat berebut mengalihkan aktivitas kampanye mereka secara daring guna menjangkau para pemilihnya. Di tengah pandemi, kampanye yang melibatkan pengumpulan massa dilarang. Kebijakan ini muncul, antara lain, karena tingkat vaksinasi Covid-19 di negara itu baru mencapai 50 persen. Selain itu, belakangan Filipina mengalami lonjakan kasus harian Covid-19 lewat galur Omicron.
Dengan populasi hampir mencapai 110 juta, Filipina termasuk dalam barisan negara dengan pengguna media sosial (medsos) terbesar di dunia. Sekitar 67,5 juta warga Filipina memenuhi syarat untuk memilih dalam pemilu tahun ini, termasuk 1,7 juta warga negara itu di luar negeri. Mereka diharapkan ikut menggunakan hak pilih dalam pemilihan presiden, wakil presiden, 300 anggota parlemen, dan 18.000 posisi pemerintah daerah.
Pada pemilu tahun 2016, strategi penggunaan internet sebagai media berkampanye ikut melambungkan Rodrigo Duterte ke kursi kepresidenan. Saat itu, popularitas Duterte tergambar melalui sejumlah jajak pendapat sebelum kampanye.
Namun, saat ini penggunaan internet sebagai media kampanye menjadi tantangan sekaligus tekanan bagi panitia pemilu. Berita bohong telah meningkat di Filipina dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi serupa dikhawatirkan meningkat di musim kampanye ini, khususnya sebagai strategi yang sengaja digunakan oleh para tim kandidat. Muncul kekhawatiran, penggunaan materi ujaran kebencian dalam kampanye di medsos membuka front perpecahan sosial.
Marie Fatima Gaw, profesor riset komunikasi di Universitas Filipina, mengatakan bahwa medsos adalah ruang demokrasi yang penting, tetapi telah menjadi ”hiper-partisan”. Sebab, medsos digunakan untuk memuat konten-konten politik tersembunyi dan cenderung digunakan untuk menyebar materi berita-berita bohong.
Seperti dulu saat Duterte hendak maju sebagai calon presiden, tim kampanye Marcos Jr menggunakan medsos sebagai media kampanye utama dan besar-besaran. Namun, alih-alih menawarkan usulan program-program kerjanya, Marcos Jr menggunakan medsos untuk berupaya ”menulis ulang” aneka hal yang dilakukan ayahnya. Cara itu dinilai sejumlah pengamat sebagai upaya glorifikasi keluarga Marcos. Pemerintahan keras dan kontroversial Marcos pada 1970-an dan 1980-an ikut menentukan sejarah Filipina saat ini.
Sejumlah jajak pendapat menunjukkan perkiraan bahwa Marcos Jr bakal memetik kemenangan telak pada pemilu 9 Mei. Ia menjalin aliansi dengan anak perempuan pertama Duterte, Sara Duterte, kandidat wakil presiden.
Marcos Jr, salah satu figur yang paling kuat dalam menimbulkan keterbelahan publik Filipina, telah bertekad untuk ”menyatukan negeri”. ”Ini bukan saatnya dan tempat untuk saling berdebat tentang sejarah Filipina,” kata Marcos Jr kepada radio GMA, Sabtu lalu.
”Kita harus membahas dan mendiskusikan tentang apa yang perlu dikerjakan dalam beberapa tahun ke depan agar bisa memberikan lapangan pekerjaan kepada rakyat sehingga mereka bisa mendapatkan uang di kocek mereka,” lanjutnya.
Kans Marcos Jr
Selain Marcos Jr, para kandidat presiden lainnya adalah superstar tinju Manny Pacquiao, Wakil Presiden Leni Robredo, Wali Kota Manila Francisco Domagoso, dan Senator Panfilo Lacson. Duterte tidak diizinkan untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua.
Dalam jajak pendapat yang digelar Survei Pulse Asia pada Desember tahun lalu, Marcos Jr memimpin dengan keunggulan lebih dari 20 poin persentase dibandingkan dengan para kandidat pemimpin Filipina lainnya. Dalam jajak pendapat yang melibatkan 2.400 responden, Marcos Jr meraih suara mayoritas dengan capaian 53 persen. Sara Duterte-Carpio juga berada di puncak jajak pendapat yang digelar terpisah untuk posisi wapres dengan raihan 45 persen suara.
Dalam posisi kandidat presiden, Leni Robredo berada di posisi kedua dalam jajak pendapat itu dengan raihan 20 persen. Adapun Pacquiao dan Domagoso sama-sama mengekor Robrebo dengan raihan 8 persen.
Tingkat dukungan terhadap Marcos Jr dalam jajak pendapat tersebut merupakan rekor bagi calon presiden sejak Pulse Asia memulai survei serupa. Sebelum Marcos Jr, rekor tersebut dipegang oleh Benigno Aquino III, yang mendapat 45 persen suara dalam survei pada Desember 2009. Aquino III akhirnya memenangi pemilihan pemilu presiden tahun 2010.
”Favorit kuat presiden tetap pada Marcos,” ujar Peter Mumfort, analis Eurasia Group, yang menyebut Marcos Jr menggenggam 70 persen kans menang. ”Banyak pendukung era pra-autoritarian Duterte melihat Marcos sebagai kelanjutan para kandidat kuat.”
Kalangan investor akan mengamati secara tajam proses dan hasil pemilu di Filipina tahun ini. Ini tidak lepas dari posisi Filipina yang pernah menjadi salah satu primadona dengan catatan negara paling berkembang di Asia, tetapi belakangan mengalami kontraksi ekonomi paling tajam. Pada masa pandemi Covid-19 tahun 2020, ekonomi negara itu terkontraksi hingga 9,6 persen.
Presiden terpilih diharapkan dapat membawa kembali Filipina ke pembangunan ekonomi yang lebih baik. ”Yang benar-benar diinginkan investor adalah kita menggelar pemilihan yang bersih dan jujur di mana orang akan benar-benar menerima hasilnya, tidak ada kecurangan, dan hal itu adalah kehendak rakyat,” kata April Lee Tan, kepala penelitian para perusahaan pialang saham COL Financial. (AFP/REUTERS/SAM)