Keluarga Marcos berusaha kembali membangun dinastinya setelah Ferdinand Marcos Jr, anak mendiang diktator Ferdinand Marcos, mencalonkan diri menjadi presiden Filipina dalam pemilu 2022.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
MANILA, SELASA —Ferdinand Marcos Jr, putra mendiang diktator Filipina Ferdinand Marcos, ikut meramaikan bursa calon presiden Filipina dalam pemilihan tahun depan. Ferdinand Marcos Jr, yang juga dikenal dengan nama Bongbong, disebut-sebut berpeluang menjadi presiden atau paling tidak wakil presiden meski rakyat Filipina masih belum bisa melupakan kekuasaan tangan besi dan korup Marcos pada tahun 1970-an.
Marcos Jr selama ini dikenal mendukung kebijakan perang narkoba Presiden Rodrigo Duterte yang kontroversial dan hukuman mati bagi siapa saja yang memperdagangkan narkoba. Ia mulai terjun ke dunia politik sejak kembali dari pengasingan pada 1991 setelah kekuasaan ayahnya terguling pada 1986.
”Bergabunglah bersama saya demi tujuan mulia dan kita bisa bersama-sama bangkit kembali,” kata Marcos Jr (64) dalam pidatonya yang disebarkan melalui media sosial Facebook, Selasa (5/10/2021).
Marcos Jr pernah gagal menjadi wakil presiden pada 2016 karena kalah tipis dari Leni Robredo. Kalah pemilu menjadi pukulan bagi keluarga Marcos yang berusaha memulihkan citra setelah terpaksa mengungsi ke Amerika Serikat menyusul tergulingnya Marcos. Setelah diperbolehkan kembali ke Filipina, keluarga Marcos langsung terjun lagi ke politik. Marcos Jr pernah menjadi senator pada 2010-2016. Ibunya, Imelda Marcos, juga pernah menjadi anggota parlemen sampai tiga periode lalu digantikan oleh keponakannya. Adik Marcos Jr, Imee, pun seorang senator.
Selama ini Marcos Jr membela kebijakan-kebijakan ayahnya dengan menunjukkan bukti pertumbuhan perekonomian di masa itu. Namun, ia mengakui adanya pelanggaran hak asasi manusia semasa pemerintahan ayahnya. Ia tak mau disalahkan dan dimintai pertanggungjawaban atas ”dosa-dosa” ayahnya.
Kabar Marcos Jr mencalonkan diri menjadi presiden itu disambut protes dari kelompok anti-Marcos. Mereka mengingatkan tentang ribuan warga Filipina yang dibunuh, hilang, dan disiksa semasa kekuasaan Marcos.
Pengamat politik Richard Heydarian menilai keluarga Marcos melihat pemilu sebagai kesempatan untuk memperbaiki citra. ”Mereka tahu ada banyak pemilih yang tak mau ada Marcos lagi. Namun, masih lebih banyak pemilih yang menginginkan perubahan dan keluar dari krisis, skandal korupsi, dan pemimpin yang tak kompeten seperti Duterte,” ujarnya.
Duterte selama ini dekat dengan keluarga Marcos. Kemenangan Duterte pada 2016 ikut mendongkrak keluarga Marcos. Pemerintahan Duterte memberikan penghormatan pemakaman Marcos sebagai pahlawan dan secara terbuka melontarkan gagasan menghentikan upaya pencarian kekayaan Marcos yang konon disembunyikan.
Menurut hasil survei PulseAsia Research, Marcos Jr berada di urutan kedua setelah putri Duterte, Sara. Namun, Sara disebutkan tak berencana mencalonkan diri. Meski tak ada rencana ikut pilpres, para pengamat memprediksi adanya kemungkinan aliansi Marcos Jr dengan Sara Duterte dan dianggap bisa menjadi kombinasi kuat. Duterte bahkan pernah menyatakan, jika kembali mencalonkan diri, ia akan menunjuk Marcos Jr sebagai wakilnya.
Sejauh ini, Marcos Jr merupakan kandidat keempat yang mengumumkan akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden. Sebelumnya, ada Wali Kota Manila Francisco Domagoso yang sudah mendaftar, Senin lalu, menyusul mantan petinju Manny Pacquiao. Ada pula Senator Panfilo Lacson, mantan kepala kepolisian Filipina, yang akan ikut bertarung menggantikan posisi Duterte. Duterte tidak diperbolehkan maju lagi untuk periode kedua sesuai konstitusi dan memutuskan pensiun dari politik.
Membela ayah
Marcos Jr masih sekolah di Inggris ketika mendengar kabar ayahnya menyatakan hukum darurat di Filipina pada 1972. Hukum darurat itu kemudian menyebabkan terjadinya korupsi besar-besaran dan kekuasaan yang represif terhadap siapa pun yang menentang pemerintah. Ia mengakui terjadinya pelanggaran HAM semasa ayahnya berkuasa, tetapi ia menyatakan hal seperti itu biasa terjadi pada setiap pemerintahan.
Ia mengaku tak tahu-menahu soal kekuasaan ayahnya. Namun, kelompok anti-Marcos menampik hal itu karena Marcos Jr sudah menjadi gubernur Provinsi Ilocos Norte, kampung halaman Marcos, pada 1983-1986. Pada saat itu, Marcos masih berkuasa. Marcos Jr juga ditunjuk menjadi kepala lembaga satelit milik pemerintah pada 1985. Setelah Marcos digulingkan, baru diketahui lembaga itu termasuk salah satu dari beberapa perusahaan yang dipakai untuk menyalurkan kekayaan Marcos, yang diduga hasil korupsi, ke luar negeri. Marcos meninggal di Hawaii pada 1989. (REUTERS/AFP)