Ekonomi salah satu tulang punggung kerja sama Indonesia-Korsel. Korsel juga memandang Indonesia sebagai mitra stategis dalam menciptakan stabilitas keamanan regional.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
Hubungan Indonesia-Korea Selatan lebih dari serial film, mi instan, apalagi musik. Indonesia salah satu andalan Korea Selatan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Indonesia-Korsel juga bekerja sama meningkatkan kemampuan pertahanan keduanya.
Duta Besar RI untuk Korsel Gandi Sulistiyanto mengatakan, wujud kemitraan Korsel pada Indonesia amat beragam. Pada masa keketuaan Indonesia di G-20, Korsel menyediakan sejumlah mobil listrik untuk kendaraan resmi kegiatan G-20 di Bali. Penggunaan kendaraan listrik merupakan salah satu wujud tema keketuaan Indonesia, yakni transisi energi.
Korsel juga memandang Indonesia sebagai mitra stategis dalam menciptakan stabilitas keamanan regional. Kedua negara sama-sama aktif membuka ruang pembaruan di sektor pertahanan. Hal itu termasuk ketahanan pangan. ”Indonesia ingin mentransformasi keberhasilan Korea Selatan membina petani,” kata Sulis dalam wawancara khusus dengan Kompas, Jumat (28/1/2022).
Lewat program Saemaul Undong, Seoul bisa mentransformasi kesejahteraan di pedesaan. Salah satu indikatornya ialah pendapatan rumah tangga desa melonjak dari 825 dollar AS (sekitar Rp 11,8 juta) menjadi 4.602 dollar AS (Rp 66 juta) hanya dalam waktu 10 tahun sejak Saemaul Undong diterapkan.
Selain sektor pertahanan nonkonvensional lewat kesejahteraan desa, Indonesia-Korsel juga bekerja sama pada sektor pertahanan konvensional. Proyek kapal selam dan pengembangan jet tempur adalah contohnya. ”Untuk KFX/IFX, akan dilanjutkan. Ada beberapa syarat yang sudah disepakati. Kontribusi Indonesia 20 persen dari total biaya,” ujar Sulis.
Kini, Indonesia-Korsel sedang merundingkan pembayaran kontribusi Indonesia dalam proyek itu. Indonesia-Korsel juga sepakat melibatkan ratusan insinyur Indonesia dalam proyek tersebut.
Pada Februari 2022, Sulis sudah dijadwalkan hadir di Kementerian Pertahanan dan Pengelolaan Administrasi Pertahanan (DAPA) Korsel untuk membahas tindak lanjut kerja sama. Perundingannya termasuk rencana hibah kapal dari Korsel ke Indonesia. ”Berapa jumlahnya, sedang dirundingkan,” katanya.
Pada akhir Januari 2022, Menteri DAPA Kang Eung-ho kebetulan bertandang ke Indonesia. Kang sudah beberapa kali ke Indonesia untuk membahas aneka kerja sama pertahanan Indonesia-Korsel. ”Nanti setelah beliau pulang ke sini dan setelah liburan Imlek, kami akan bertemu,” ujar Sulis.
Peluang
Sektor ekonomi tentu menjadi salah satu tulang punggung kerja sama Indonesia-Korsel. Sebagai mantan pengelola salah satu perusahaan terbesar di Indonesia, Sulis benar-benar bisa menjelaskan kepada pelaku usaha Korsel tentang iklim usaha di Indonesia. Sejauh ini, mereka menilai kemajuan iklim usaha di Indonesia sangat baik.
Apalagi, selain latar belakang Sulis, para pengusaha Korsel juga mendengar sejumlah kelompok usaha Korsel yang sudah lebih dulu berbisnis di Indonesia. Hyundai membawa ekosistem produksinya serta modal miliaran dollar AS untuk pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. Untuk pabrik baterai litium saja, Hyundai menyiapkan 9,8 miliar dollar AS. Perusahaan baja Korsel, POSCO, meningkatkan investasi di Indonesia agar bisa memproduksi baja untuk kebutuhan kendaraan listrik. Sementara produsen ban asal Korsel, Hankook, juga bersiap menjadi pemasok, dan karena itu meningkatkan kapasitas di Indonesia.
Sulis juga tengah menjajaki pebisnis energi terbarukan Korsel agar mau masuk ke Indonesia. Fokusnya ialah produksi panel sel surya dan baterai untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) mikro. Ia mengajak para produsen Korsel menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mereka yang ditujukan ke pasar Asia Tenggara dan sekitarnya.
Pada bulan pertama penugasan, ia sudah menjajaki peluang kerja sama bidang kesehatan estetika antara Indonesia dan Korsel. Sektor itu memang salah satu andalan layanan kesehatan Korsel. Sulis sedang menghubungkan pebisnis Indonesia-Korsel di sektor itu agar ada layanan kesehatan estetika Korsel di Indonesia. Dengan demikian, pengguna jasanya tidak perlu terbang ke Korsel atau negara lain. ”Sayang sekali kalau devisa (Indonesia) habis untuk perawatan (kecantikan) di luar negeri,” katanya.
Upaya lain ialah mengajak para pengelola modal ventura dan lembaga investasi Korsel menanamkan modalnya pada perusahaan rintisan Indonesia. Selain sektor teknologi, Indonesia juga mempunyai perusahaan rintisan di bidang konsumsi harian.Sektor hiburan dan konsumsi memang terus berkembang di Indonesia. Perkembangan itu ikut dinikmati Korsel lewat peningkatan impor aneka produk pangan, pernak-pernik koleksi, serta produk hiburan dan industri kreatif.
Kelompok usaha Cheil Jedang sebenarnya sudah lama berinvestasi pada sektor konsumsi serta hiburan dan industri kreatif di Indonesia. Mereka terlibat dalam produksi sejumlah film hingga membuat bioskop.”Saya minta mereka membuka cabang di Indonesia dan memproduksi film dengan bintang Indonesia dan Korea Selatan. Ini pasti laku karena banyak penggemarnya. Saya bayangkan seandainya ada film (dibintangi) Hyun Bin bersama BCL (Bunga Citra Lestari) atau Maudy Ayunda, dipasarkan di layanan streaming, pasti laku ini,” tuturnya.