Rusia-Inggris-Jerman, Seteru Mantan Sepupu yang Pernah Bersekutu
Inggris-Jerman-Rusia pernah dipimpin raja yang masih berkerabat. Mereka pernah saling bersekutu, kini saling berseteru.
Oleh
KRIS RAZIANTO MADA
·3 menit baca
Lawatan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock ke Rusia pada 18 Januari 2022 menunjukkan perbedaan sikap Berlin dan London soal konflik Kiev-Moskwa. Berlin mendorong perundingan, London mengirim senjata. Padahal, sepanjang awal abad ke-20, Inggris-Jerman mengambil arah berbeda soal hubungan dengan Rusia.
Sehari sebelum lawatan Baerbock, London mengungkap ekspor senjata antitank ke Ukraina. Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace menyebut persenjataan itu untuk membantu Ukraina membela diri. Persenjataan itu disebut tidak akan mengancam Rusia. London juga mengirimkan sejumlah tentara ke Kiev untuk membantu tentara Ukraina berlatih menggunakan persenjataan itu.
Sebelum itu, Inggris mengirimkan kapal perusak ke Laut Hitam. Kala itu, pesawat intai Amerika Serikat ikut mengiringi HMS Defender. Rusia menanggapinya dengan mengerahkan sejumlah kapal perang, jet tempur, dan helikopter serbu. Bahkan, Rusia beberapa kali melepaskan tembakan ke sekitar HMS Defender.
Sementara Berlin sejak lama menolak mengirimkan senjata ke Kiev. Meski demikian, seperti banyak anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jerman juga rutin mengirim tentara ke Ukraina. Mereka disebut menjadi pelatih dan penasihat militer Ukraina. Selain Inggris dan Jerman, sejumlah anggota NATO mengirimkan tentaranya ke Ukraina.
Ia balik menyoroti fakta ribuan tentara AS yang ditempatkan di berbagai penjuru Eropa. Hingga 10.000 di antaranya bergabung dengan puluhan ribu tentara NATO di negara-negara yang berbatasan dengan Rusia.
Sepupu
Hubungan Inggris-Jerman-Rusia di awal abad ke-21 bertolak belakang dengan hubungan trio itu di awal abad ke-20. Dari trio itu, hanya Inggris yang masih kerajaan dan dipimpin keturunan Ratu Victoria. Jerman dan Rusia sudah lama menjadi republik.
Ketiga negara itu bukan hanya pernah menjadi kerajaan. Inggris, Jerman, dan Rusia sama-sama pernah dipimpin para cucu Ratu Victoria yang memerintah Inggris sampai 1901. Nicholas II di Rusia, William II di Prusia (kini Jerman), dan George V di Inggris adalah cucu Ratu Victoria. Bahkan, dalam sejumlah foto, George V terlihat mirip dengan Nicholas II.
Salah satu anak Victoria, Edward II, menikah dengan anak Christian IX dari Denmark, Alexandra. Anak Edward II-Alexandra adalah George V dan Putri Maud. Belakangan, Maud menikah dengan Haakon VII, Raja Norwegia yang juga salah satu cucu Christian IX dari Denmark.
Selain di Norwegia, cucu Christian IX menjadi Tsar Rusia, Nicholas II, dan Raja Yunani, Constantine I. Kala masih kecil, Nicholas dan Constantine beberapa kali melawat ke London dan bertemu Pangeran George dan Pangeran William yang merupakan cucu Victoria. Semua pangeran kecil itu memanggil Victoria dengan sebutan nenek.
Victoria sampai disebut ”Nenek Eropa” dan Christian IX disebut ”Kakek Eropa” karena anak cucu mereka menjadi raja dan ratu di sejumlah kerajaan Eropa. Para cucu Victoria-Christian IX menjadi raja di Rusia, Yunani, Denmark, Norwegia, Inggris, dan Prusia. Ada pula yang menjadi ratu di Romania, Spanyol, dan Rusia. Istri Nicholas II, Alix of Hesse, merupakan cucu Victoria.
Meski masih berkerabat, bukan berarti mereka tidak berseteru. Pada Perang Dunia I, George V-Nicholas II bersekutu menghadapi William II. Setelah Kerajaan Rusia bubar pada 1917 dan Uni Soviet menjadi penggantinya, London-Moskwa tetap berkongsi menghadapi Prusia yang berubah menjadi Jerman pada Perang Dunia II.
Selepas PD II, Jerman dibagi untuk Moskwa di satu sisi dan London serta sekutunya di sisi lain. Belakangan, seluruh Jerman utuh berdiri sendiri dan lebih condong ke London dan sekutunya.
Hubungan Moskwa dengan London-Berlin terus-menerus menegang karena berbagai masalah. London marah besar kala sebagian agen rahasia Moskwa meracuni bekas mata-mata Rusia yang membelot ke Inggris, Sergei Skripal, pada 2006. Sementara Berlin pernah menjadi tempat pelarian Alexei Navalny yang bertahun-tahun menentang kekuasaan Vladimir Putin.
Meski demikian, hubungan Berlin-Moskwa lebih hangat dibandingkan hubungan London-Moskwa. Baerbock sampai menyatakan, kestabilan hubungan Jerman-Rusia amat penting bagi kedua negara dan kawasan. ”Tidak ada pilihan selain hubungan yang stabil di antara Berlin dan Moskwa,” katanya. (AFP/REUTERS)