Lembaga-lembaga Pendana Kehidupan Mewah Kerajaan Inggris
Di balik kemakmuran Kerajaan Inggris terdapat sejumlah sumber pendanaan. Mayoritas dana dihasilkan dari pengelolaan atas aset properti yang skalanya raksasa dan dikelola oleh lembaga khusus.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
Ratu Elizabeth II baru saja memasuki usia 95 tahun pada 21 April lalu. Kepala negara Inggris Raya, Kanada, Australia, Papua Niugini, hingga Bahama itu menjadi simbol kemakmuran Kerajaan Inggris yang bertahan dari generasi ke generasi.
Sebagaimana layaknya institusi besar lain di dunia, Kerajaan Inggris juga membutuhkan dana besar untuk menopang operasionalisasinya, mulai dari urusan kerumahtanggaan, perawatan aset, hingga kehidupan keluarga kerajaan.
Saat Pangeran Harry dan Meghan Markle menikah pada 2018 misalnya, keluarga kerajaan dilaporkan menggelontorkan 2,7 juta dollar AS. Pasangan yang kini tinggal di AS itu juga menerima hampir 5 juta dollar AS untuk renovasi rumah dan jutaan dollar AS lain untuk busana, biaya perjalanan, dan biaya pengamanan.
Kegiatan sosial keluarga kerajaan juga butuh biaya besar. Ratu Elizabeth II dan anggota keluarga Kerajaan Inggris menjadi ketua atau pelindung di lebih dari 3.000 organisasi amal, sosial, dan kemasyarakatan.
Anggota keluarga kerajaan juga harus hadir di berbagai kegiatan umum untuk bertemu warga biasa hingga anggota kelompok kelas atas. Semua membutuhkan biaya. Salah satu sumber dananya berasal dari keuntungan Crown Estate, perusahaan properti terbesar di Inggris. Lembaga itu mengelola banyak lahan dan bangunan yang sebagian berusia ratusan tahun.
Warisan William I
Sebagai perusahaan, Crown Estate berusia 60 tahun. Namun, sejarah perusahaan yang bukan swasta dan bukan pula milik negara itu sudah dimulai sejak abad ke-11.
William Sang Penakluk, Adipati Normandia yang keturunan Viking dan berkuasa di Perancis utara, memulai sejarah Crown Estate. Dari hasil penaklukan atas Inggris, William mendapat sejumlah lahan dan bangunan. Raja-raja Inggris setelah William terus menambah aset yang kemudian dikelola Crown Estate.
Kini, lembaga itu mengelola lahan seluas hampir 800.000 hektar, sejumlah taman nasional, dan banyak bangunan berusia hingga ratusan tahun di berbagai penjuru Inggris Raya. Total nilai asetnya mencapai 13,4 miliar poundsterling pada 2019.
Sebagian aset Crown Estate adalah bangunan-bangunan di Jalan Regent yang membentang 1,3 kilometer di London barat. Jalan itu merupakan salah satu kawasan termahal di London.
Dalam laporan keuangan 2020, total aset Crown Estate berkembang menjadi 14,1 miliar poundsterling. Selain lahan dan bangunan, aset lembaga itu juga berupa saham dan surat utang di berbagai sektor, termasuk energi terbarukan. Crown Estate dilaporkan punya saham di perusahaan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB).
Meski asetnya jelas dan banyak, pemilik dan bentuk Crown Estate tidak terlalu jelas. Sampai 1760, Crown Estate sepenuhnya dalam kendali raja atau yang berkuasa.
Belakangan terjadi reformasi pengelolaan. Dalam pernyataan resmi lamannya, Crown Estate menyatakan dimiliki oleh raja atau ratu yang sedang berkuasa. Namun, lembaga itu bukan milik pribadi raja atau ratu yang sedang berkuasa. Aset tidak boleh dijual oleh raja atau ratu. Demikian pula keuntungannya tidak sepenuhnya dimanfaatkan raja atau ratu dan keluarga mereka.
Pada 1760, George III memutuskan menyerahkan Crown Estate kepada Kementerian Keuangan Inggris. Sebagai imbalan, raja tidak lagi bertanggung jawab untuk mendanai operasional negara. Raja dan keluarganya mendapat tunjangan dari negara.
Sejak 1961, tata kelola lembaga itu dibuat lebih jelas. Raja atau ratu, atas nasihat perdana menteri, menunjuk paling banyak 8 komisioner pengelola Crown Estate.
Cara pengelolaan dan kepemilikan aset membuat lembaga itu bukan badan usaha milik negara (BUMN) bukan pula perusahaan swasta. Tidak bisa disebut swasta karena rutin menyerahkan pendapatan kepada negara. Tak dapat pula disebut BUMN karena operasional hariannya tidak dicampuri oleh pemerintah dan keluarga kerajaan.
Dalam laporan keuangan 2020, total asetnya mencapai 14,1 miliar poundsterling dan keuntungannya 345 juta poundsterling. Sesuai aturan di Inggris, 25 persen keuntungan diserahkan ke keluarga kerajaan. Dengan demikian, Ratu Elizabeth II mendapat 86,25 juta poundsterling dari Crown Estate pada 2019.
Alokasi puluhan juta poundsterling per tahun itu menjadi salah satu sumber perdebatan. Kelompok yang ingin Inggris menjadi republik menyebut, keluarga kerajaan membebani warga. Tudingan itu tidak sepenuhnya tepat. Sebab, biaya kehidupan keluarga kerajaan tidak berasal dari pajak.
Selain keuntungan Crown Estate, sumber biaya kehidupan keluarga kerajaan berasal dari Duchy Lancaster dan Duchy Cornwall. Keduanya adalah perusahaan properti milik keluarga kerajaan. Duchy Cornwall mendanai putra mahkota, sementara Duchy Lancaster mendanai raja atau ratu serta anggota keluarga kerajaan lainnya.
Asetnya juga melekat pada jabatan. Artinya, mantan raja atau ratu dan mantan putra mahkota akan kehilangan hak atas tunjangan jika mereka tidak lagi menjabat.
Seperti Crown Estate, aset Duchy Lancaster dan Duchy Cornwall juga melekat pada jabatan. Dengan demikian, mantan raja atau ratu dan mantan putra mahkota akan kehilangan hak atas tunjangan dari kedua lembaga itu jika mereka tidak lagi menjabat.
Pengelolaan lembaga-lembaga juga semi-otonom, keluarga kerajaan tidak ikut campur dalam operasional harian. Raja atau ratu dan anggota keluarga kerajaan hanya perlu tahu, uang untuk kegiatan mereka tersedia. (AFP/REUTERS)
Koreksi. Telah terjadi kesalahan. Tertulis pada paragraf pertama di versi awal, Ratu Elizabeth II akan berusia 95 tahun pada Sabtu (12/6/2021). Tanggal ulang tahun yang benar adalah 21 April sebagaimana koreksi yang telah dibuat per Jumat (11/06/2021) pukul 15.10 WIB.