Diametral pada Prinsip, AS-Rusia Masih Punya Ruang Kompromi
Upaya AS-Rusia mempersempit jurang perbedaan soal Ukraina dan NATO belum tercapai pada pembahasan perdana di Geneva, Swiss. Keduanya bertahan pada prinsip masing-masing. Namun ruang kompromi masih tersedia.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·5 menit baca
GENEVA, SELASA — Pertemuan bilateral Rusia-Amerika Serikat selama 8 jam terkait isu Ukraina dan keamanan Eropa di Geneva, Swiss, Senin (10/1/2022), belum mencapai titik temu. Dalam pertemuan perdana itu, upaya mempersempit jurang perbedaan antara dua kekuatan masih berakhir buntu. Keduanya berkeras pendirian masing-masing. Pembahasan akan dilanjutkan pada Rabu dan Kamis pekan ini.
Ada dua isu utama yang diangkat pada pertemuan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Wendy Sherman dan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov itu. Pertama, Rusia dilaporkan telah memobilisasi militernya ke dekat perbatasan Ukraina. Kedua, soal peningkatan aktivitas aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Eropa timur.
Washington dan Kiev mengatakan, 100.000 tentara Rusia telah ditempatkan di dekat perbatasan Ukraina. Keduanya menduga Moskwa sedang mempersiapkan invasi ke Ukraina. Sebelumnya, delapan tahun silam, Rusia merebut Semenanjung Krimea dari Ukraina.
Penumpukan pasukan itu telah meningkatkan ketegangan AS-Rusia ke tingkat tertinggi sejak berakhirnya Perang Dingin. Juru bicara Pentagon, John Kirby, mengatakan ”tidak ada perubahan besar” pada postur kekuatan Moskwa dalam kaitan dengan pengerahan pasukan ke dekat perbatasan Ukraina.
Ryabkov mengaku bahwa Rusia telah mengumpulkan pasukannya di dekat perbatasan Ukraina. Namun, dia menyangkal soal rencana untuk melakukan invasi baru terhadap Ukraina. Rusia tidak pernah berniat menyerang, yang dalam bahasa Ryabkov di sebut, ”sesuatu yang tidak akan pernah terjadi”.
Mobilisasi pasukan dan senjata berat ke dekat perbatasan Ukraina, menurut Ryabkov, dilakukan untuk menanggapi apa yang disebutnya sebagai ”perilaku agresif NATO dan Ukraina”. Dia mengatakan, Ukraina telah condong ke Barat dan bercita-cita untuk bergabung dengan aliansi NATO tersebut, sesuatu yang tidak diharapkan Rusia.
Ryabkov menekankan, Rusia menuntut NATO yang dipimpin AS untuk tidak mendukung Ukraina atau memperluas kehadiran aliansi militer itu ke wilayah yang merupakan halaman belakang Rusia. Ryabkov mengulangi serangkaian tuntutan, termasuk larangan ekspansi NATO lebih lanjut dan diakhirinya aktivitas aliansi ke negara-negara Eropa tengah dan timur.
Dia meminta NATO untuk tidak membujuk Ukraina bergabung, ”Bagi kami, mutlak wajib untuk memastikan bahwa Ukraina tidak pernah, tidak akan pernah, menjadi anggota NATO,” kata Ryabkov.
Guna memastikannya, Ryabkov menambahkan, Rusia meminta jaminan. ”Kami membutuhkan jaminan berlapis besi, tahan air, antipeluru, dan mengikat secara hukum”. Bukan hanya jaminan kata-kata ”akan atau harus”. Namun, harus ada ikatan secara hukum yang menegaskan bahwa Ukraina tidak pernah menjadi anggota NATO. Ini menyangkut keamanan nasional Rusia,” katanya.
Rusia menilai AS tidak menunjukkan pemahaman tentang urgensi situasi. Meskipun tidak menentukan tenggat, Rusia tidak ingin berlama-lama menanti NATO surut dari Eropa timur. Ryabkov mengatakan, Rusia perlu mencermati gerakan NATO. Kegagalan untuk memenuhi tuntutan Rusia akan menjadi kesalahan yang dapat merusak keamanan NATO sendiri.
”Sayangnya kami (Rusia dan AS) memiliki perbedaan besar dalam pendekatan prinsip kami untuk isu tersebut. AS dan Rusia dalam beberapa hal memiliki pandangan yang berlawanan tentang apa yang perlu dilakukan,” kata Ryabkov saat konferensi pers.
Jika perundingan macet, Ryabkov melanjutkan, Rusia akan menempuh cara ”teknis-militer”. Salah satu referensi yang disebutkan adalah kemungkinan menempatkan kembali rudal nuklir jarak menengah (INF) di Eropa.
Washington tetap berkeras menuntut Moskwa agar bersedia menarik pasukannya dari perbatasan dekat Ukraina. Namun, Sherman mengatakan bahwa dia tidak tahu, apakah Moskwa bersedia melakukan de-eskalasi. AS meminta ”pasukan Rusia kembali ke barak mereka”.
Jika Rusia menyerang, Sherman memperingatkan, ”akan ada biaya dan konsekuensi yang signifikan, jauh melampaui apa yang mereka alami pada 2014”. Saat itu Moskwa merebut Semenanjung Krimea dan mendukung pemberontakan Ukraina timur. Ryabkov mengecam ancaman AS sebagai ”upaya intimidasi”. Dia mengatakan, ”Saya tidak berpikir situasinya tanpa harapan.”
Sherman mengatakan, AS tidak akan mengizinkan pihak mana pun untuk menutup kebijakan pintu terbuka NATO. Kepada wartawan, dia mengatakan, AS ”tidak akan membuat keputusan tentang Ukraina tanpa Ukraina, tentang Eropa tanpa Eropa, atau tentang NATO tanpa NATO.”
”Kami tegas menolak proposal keamanan yang hanya non-starter ke Amerika Serikat,” kata Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman dalam briefing telepon terpisah setelah hampir delapan jam berunding dengan Ryabkov.
Walau demikian, Sherman juga mengisyaratkan kemungkinan dialog untuk mencapai kompromi bersama. Jika Rusia tak mau berunding, berarti jelas Rusia tidak berniat serius tentang diplomasi.
Sherman mengatakan, Washington terbuka membahas penempatan rudal di Eropa serta membatasi ukuran dan ruang lingkup latihan militer. Washington siap membahas kemungkinan kesepakatan soal Traktat Rudal Nuklir Jarak menengah (Intermediate-range Nuclear Force/INF) dalam kerangka perjanjian yang sudah tidak berlaku antara AS dan Rusia. Juga tentang proposal Rusia untuk menetapkan batasan pada ukuran dan ruang lingkup latihan militer.
AS secara resmi telah menarik diri dari Traktat INF 1987 dengan Rusia pada Agustus 2019. Keputusan itu diambil setelah Moskwa diduga telah melanggar perjanjian itu, sebuah tuduhan yang dibantah oleh Kremlin. Perjanjian itu melarang rudal berbasis darat dengan daya jangkau antara 500 dan 5.500 km.
Sekalipun tidak ada kemajuan dalam perundingan antara Sherman dan Ryabkov, suasana antara kedua belah pihak tampak ramah. Sherman menyebut, diskusi berjalan jujur dan terus terang. Sementara Ryabkov mengatakan perundingan berjalan alot tetapi tetap profesional. Dia mengatakan, AS ”menanggapi proposal Rusia dengan sangat serius” dan bahwa Moskwa siap ”untuk melanjutkan dialog”.
Ryabkov mengatakan, Rusia akan memutuskan prospek pembahasan lebih lanjut setelah pertemuan lebih lanjut dengan Dewan NATO di Brussels, Rabu besok. Rusia juga masih akan melakukan pertemuan dengan Dewan Tetap Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) di Vienna, Kamis (13/10/2021). Isu Ukraina diperkirakan masih akan mendominasi pembicaraan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan, dirinya tidak mengharapkan, ”terobosan apa pun yang dapat dicapai” dari kedua pertemuan, baik dengan NATO maupun dengan OSCE. Amerika Serikat menaruh semua gagasannya di atas meja perundingan dan melihat apakah ada kemajuan yang bisa dicapai. (REUTERS/AFP)