Kim Jong Un Janjikan Pemulihan Ekonomi dan Pendidikan
Pemimpin rezim Korea Utara Kim Jong Un berjanji akan fokus pada pembangunan ekonomi dan memperbaiki kondisi kehidupan rakyatnya yang terancam kelaparan. Dalam pidato akhir tahunnya, Kim tak menyinggung nuklir dan AS.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
SEOUL, SABTU — Ada yang berbeda dari pidato Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, di akhir tahun 2021. Isi pidatonya lebih banyak menyinggung soal pabrik traktor dan seragam sekolah, bukan lagi senjata nuklir atau Amerika Serikat. Pada tahun 2022, Kim berjanji akan lebih memusatkan perhatian pada mendorong pembangunan ekonomi dan memperbaiki kehidupan rakyat. Pasalnya, hidup rakyat kian menderita.
Kantor berita Korut, KCNA, Sabtu (1/1/2022), menyebutkan Kim menekankan isu ekonomi dan pendidikan dalam pidatonya di akhir rapat paripurna Komite Pusat Partai Buruh Korea, Jumat lalu. Rapat paripurna Partai Buruh Korea ke-8 ini dimulai sejak Senin lalu. Dalam rapat yang digelar bersamaan dengan peringatan 10 tahun kepemimpinannya, Kim menyatakan ia sukses mengambil alih kepemimpinan rezim Korut setelah ayahnya, Kim Jong Il, meninggal tahun 2011.
Pidato-pidato strategi dan arah kebijakan pemerintah atau pengumuman kebijakan baru seperti ini kerap dilakukan Kim menjelang Tahun Baru. Seperti saat mengumumkan rencana menjalin kembali hubungan diplomatik dengan Korea Selatan dan AS. Dalam isi pidato Kim yang dipublikasikan media Korut, Kim tidak menyebut AS secara spesifik. Ia hanya menyinggung masalah hubungan antara Korut dan Korea Selatan dan urusan luar negeri yang lainnya.
Kim lebih banyak berbicara mengenai persoalan-persoalan ekonomi dalam negeri yang belakangan berat karena keputusan menutup perbatasan untuk mencegah pandemi Covid-19. Akibat kebijakan ini, Korut menjadi semakin terisolasi. Sejumlah organisasi bantuan internasional memperingatkan risiko krisis pangan dan krisis kemanusiaan. ”Tugas utama partai dan rakyat tahun depan adalah memastikan rencana lima tahun terlaksana dan bisa mengubah perekonomian negara dan standar hidup rakyat,” kata Kim.
Janji manis
Untuk memperjelas pidatonya, Kim menjelaskan berbagai isu domestik secara rinci, mulai dari rencana pembangunan di daerah pedesaan sampai ke urusan konsumsi rakyat, seragam sekolah, dan pentingnya menindak praktik-praktik nonsosialis. Pendiri NK News, situs tentang Korut di Seoul, Korsel, Chad O'Carroll, mengatakan, janji Kim untuk membangun daerah pedesaan itu kemungkinan hanya strategi populis. ”Secara umum, Kim menyadari tidak tepat jika bicara soal pembangunan teknologi militer yang canggih di saat rakyatnya sedang susah cari makan,” ujarnya.
Meski tak banyak disinggung, Kim tetap sempat sedikit menyinggung soal perkembangan pembangunan sistem persenjataan yang ultra-modern. Perkembangan itu terobosan luar biasa bagi Korut pada tahun lalu. Kim mendorong rakyat memperkuat pertahanan nasional untuk menghadapi situasi internasional yang serba tidak stabil.
Terkait dengan pembicaraan mengenai pabrik traktor, para pengamat asing menduga traktor-traktor itu akan digunakan untuk mengangkut rudal. Adapun isu perundingan perlucutan nuklir antara AS dan Korut serta desakan Korsel untuk menyatakan secara resmi Perang Korea (1950-1953) telah berakhir tidak disinggung. Dulu, Korut pernah menyatakan bersedia untuk berunding, tetapi batal karena AS dinilai tidak serius karena masih bersikap memusuhi Korut, tetap menggelar latihan militer dengan Korsel, dan sanksi AS terhadap Korut tak kunjung dicabut.
Guru Besar di Ewha Womans University di Korsel, Leif-Eric Easley, menilai Kim tidak mempunyai pilihan lain selain memfokuskan upayanya pada pembangunan ekonomi dan itu semata-mata akibat dampak pandemi Covid-19. Upaya diplomasi Korut, perekonomian, dan pengendalian perbatasan kini tergantung pada isu pandemi Covid-19. Korut sebenarnya akan lebih berada di posisi bertahan saja untuk tahun 2022 karena tidak tahu kebijakan luar negeri apa yang harus diambil.
Untuk isu kesehatan pun, menurut para pengamat, sangat rawan karena infrastruktur layanan kesehatan masyarakat akan mudah lumpuh jika pandemi Covid-19 mengamuk. Pengamat Cheong Seong-Chang di Institut Sejong memperkirakan Korut akan tetap menutup perbatasannya dan mencoba untuk hidup mandiri sambil tetap berdagang dengan China. ”Kecil kemungkinan Korut mau menerima ajakan AS untuk berunding lagi soal perlucutan nuklir ataupun menerima ajakan Korsel mengakhiri Perang Korea,” ujarnya.
Easley membenarkan hal itu, apalagi mengingat Korut toh selama ini juga masih bisa bertahan hidup dengan mengisolasi diri meski memang Korut banyak mendapatkan bantuan dari China. ”Bantuan China itu terutama untuk memenuhi kebutuhan nasional dan itu pun tak banyak sebenarnya. Secukupnya saja,” ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)