Negara Kaji Ulang Aturan Isolasi di Tengah Lonjakan Kasus Global
Lonjakan infeksi secara global mencapai angka 900.000 kasus per hari. Amerika Serika dan Perancis adalah dua negara dengan lonjakan tertinggi. Namun, pemerintah ingin waktu isolasi dikurangi demi perekonomian.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Pemerintah di seluruh dunia mencoba mengendalikan laju infeksi Covid-19 yang disebabkan galur Omicron, yang mencapai angka 900.000 kasus per hari. Apabila laju infeksi tidak bisa dikendalikan, hal ini akan membebani pusat layanan kesehatan dan juga perekonomian global yang masih berupaya pulih setelah setahun terakhir babak belur.
Amerika Serikat dan Perancis serta beberapa negara Eropa lain mencatatkan laju infeksi tertinggi dalam satu hari, Rabu (29/12/2021). Di Amerika Serikat, berdasarkan data Universitas Johns Hopkins, jumlah penambahan kasus baru mencatat rekor baru, sebanyak 265.427 kasus. Puncak infeksi di AS sebelumnya terjadi nyaris setahun lalu, sebanyak 250.141 kasus (Januari 2021).
Sementara di Perancis, Menteri Kesehatan Olivier Veran menyebut jumlah kasus baru mencapai 208.000 kasus dalam 24 jam terakhir. Itu merupakan rekor nasional baru dan rekor kasus di Eropa.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menggambarkan angka infeksi baru seperti tsunami.
”Saya sangat khawatir bahwa Omicron, yang lebih menular, beredar di saat yang sama dengan masih adanya infeksi karena galur Delta. Hal ini bisa mengarah pada tsunami infeksi Covid-19. Hal ini akan memberi tekanan besar pada petugas kesehatan yang kelelahan dan sistem kesehatan yang bisa sewaktu-waktu runtuh,” katanya.
Ahli epidemiologi dan imunologi Universitas Harvard, Michael Mina, mencuit bahwa jumlah itu mungkin hanya puncak gunung es. Dia menduga, jumlah kasus sebenarnya jauh lebih tinggi karena kurangnya pengujian warga.
Sebanyak 3,5 juta infeksi dalam satu pekan terakhir memaksa pemerintah menerapkan protokol kesehatan dan kebijakan pembatasan gerak yang lebih ketat. Pemerintah Yunani telah mengeluarkan larangan pentas musik di bar dan restoran hingga 16 Januari 2022, termasuk malam pergantian tahun. Di Siprus, pemerintah melarang warga menari di tempat umum.
Sementara Pemerintah Jerman telah mengeluarkan pembatasan pada kompetisi olahraga dan waktu operasional kelab malam. Mereka juga membatasi jumlah individu yang bisa terlibat dalam sebuah pertemuan luring menjadi maksimal 10 orang dan harus memperlihatkan bukti vaksinasi.
Di Perancis, otoritas kesehatan dan kepolisian Perancis mewajibkan penggunaan masker bagi warga berusia 11 tahun ke atas yang tengah melakukan kegiatan di luar ruangan dan berada di tempat atau kendaraan umum. Penggunaan masker tidak diwajibkan bagi orang-orang yang tengah berada di kendaraan (pribadi), pengguna transportasi roda dua (sepeda atau skuter), dan atlet yang tengah berkompetisi.
Di Spanyol, permintaan untuk kit pengujian gratis dari pemerintah daerah Madrid jauh lebih besar dibandingkan persediaan. Hal itu membuat antrean panjang warga yang ingin mendapatkannya.
Mengubah aturan karantina
Laju infeksi yang terus meningkat membuat banyak pemerintah mengkhawatirkan dampaknya pada perekonomian negara. Australia, yang mencatat 18.300 kasus baru pada Rabu (29/12/2021), khawatir situasi itu akan mengakibatkan guncangan pada ekonomi warga, terutama karena banyak pekerja harus mengisolasi diri.
”Kami tidak bisa membuat semua orang tidak boleh keluar dari lingkungannya karena mereka kebetulan berada di tempat tertentu pada waktu tertentu,” kata Perdana Menteri Australia Scott Morrison.
Untuk mendukung rencananya agar perekonomian tetap berjalan, Morrison menyatakan pemerintah akan melakukan perubahan aturan untuk membantu pengoperasian laboratorium agar tidak terbebani oleh banyaknya pengujian yang harus dilakukan. Di sisi lain, pemerintah ingin warga tidak diisolasi.
Perubahan aturan karantina atas nama pertumbuhan ekonomi juga dilakukan oleh beberapa negara. Spanyol, misalnya, mengurangi periode karantina warga menjadi tujuh hari dari semula 10 hari. Hal yang sama juga akan dilakukan Pemerintah Italia.
Sementara di AS, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) merilis panduan baru yang mirip dengan aturan di Spanyol, yaitu mengurangi waktu karantina dari 10 hari menjadi lima hari selama mereka tidak menunjukkan gejala. Keputusan ini menjadi olok-olok warganet.
Sebaliknya, di China, isolasi ketat menjadi kebijakan yang tidak bisa ditawar. Di kota Xian, Provinsi Shaanxi tengah, dengan populasi 13 juta warga, kebijakan penguncian total telah memasuki hari ke-7 dan hanya 151 kasus yang tercatat. Seperti di kota Jingxi, polisi akan mengarak para pelanggar berkeliling kota dan menyatakan bahwa tindakan mereka merupakan contoh buruk serta tidak patut ditiru. Meski tindakan itu dinilai tidak tepat, pemerintah setempat berkeras bahwa hal itu diperlukan untuk membuat infeksi Covid-19 berada pada level seminimal mungkin atau bahkan nol.
Penundaan tindakan
Laju infeksi Covid-19 yang disebabkan galur Omicron memaksa Institut Kesehatan Nasional (NIH) AS untuk menunda sejumlah operasi elektif (elective surgery) mereka karena banyak anggota staf yang harus mengisolasi diri atau menjalani karantina. Setidaknya, 80 anggota staf pusat klinis dinyatakan sakit karena infeksi Covid-19.
Operasi elektif adalah tindakan medis yang dilakukan lebih awal dan tidak memerlukan pembedahan.
Dalam sebuah surat elektronik, Dr James Gilman, Kepala Pusat Klinis NIH menyebut, penundaan akan mulai dilakukan pekan depan. Selain karena kekurangan anggota staf, di dalam suratnya Gilman menyebut alasan penundaan adalah kekurangan bahan kimia dan pereaksi yang dibutuhkan dalam operasi elektif.
Keputusan tersebut merupakan indikasi gangguan tenaga kerja yang muncul ketika warga diharapkan giat kembali di kantor setelah usai liburan musim dingin, Natal, dan Tahun Baru. Di seluruh NIH ada sekitar 250 infeksi Covid-19 baru pada 20-27 Desember dari sekitar 40.000 anggota staf.
Gilman mengatakan, situasinya menjadi sedikit buruk setiap hari. ”Jika ada kabar baik, mungkin puncak Omicron akan cepat tercapai dan kita bisa kembali bekerja seperti biasa. Namun, kita tidak dapat melakukan bisnis seperti biasa minggu depan,” tulis Gilman.
Selain itu, dia juga menyebut, banyak anggota staf yang terpapar hanya memperlihatkan gejala ringan dan kemungkinan tidak akan menyebar di tempat kerja.
Juru bicara NIH, Renate Myles, membantah bahwa NIH kekurangan tenaga. Menurut dia, pemberitahuan Gilman kepada para kolega adalah upaya antisipasi kemungkinan kekurangan anggota staf.
Pekan lalu, CDC AS mengurangi waktu isolasi bagi petugas kesehatan yang terpapar Covid-19. Mereka menilai Omicron yang memiliki kecepatan penularan tinggi akan membuat rumah sakit dibanjiri pasien baru.
Dalam suratnya, Gilman juga menyatakan, sebagai wilayah yang rawan penularan, mereka akan menolak pasien kecuali kondisinya sangat darurat.
”Saya minta maaf sebelumnya karena mengambil tindakan cepat ini tanpa peringatan lebih lanjut. Tapi, keadaan ekstrem sekali lagi membutuhkan tindakan ekstrem,” tulis Gilman. (AFP/REUTERS)