Kasus baru Covid-19 varian Omicron bertambah terus di AS dan Eropa. Bahkan, di AS, satu orang dikabarkan meninggal akibat Omicron. Orang itu belum divaksinasi serta memiliki masalah kesehatan.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
WASHINGTON, SENIN —Kasus Covid-19 varian Omicron semakin gawat di Amerika Serikat. Varian Omicron sudah mendominasi mayoritas kasus Covid-19 di negara itu selama sepekan terakhir. Bahkan, di Texas sudah ada satu laki-laki berusia 50 tahun meninggal akibat Omicron. Ia diketahui belum divaksinasi dan memiliki masalah kesehatan.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Amerika Serikat (AS), Senin (20/12/2021), mengumumkan, varian Omicron sudah mendominasi 73 persen kasus Covid-19 yang muncul dalam sepekan terakhir di negara itu. Bahkan, ada sejumlah daerah yang sudah mencapai 90 persen. Meski kasusnya terus bertambah dan berbagai negara sudah kembali memberlakukan pembatasan, Presiden AS Joe Biden tidak berencana memberlakukan kebijakan serupa.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mendorong beberapa negara untuk bergegas menangani Omicron. Ia juga mengimbau agar segala macam perayaan Natal dan Tahun Baru dibatalkan agar Omicron tak menyebar.
”Kita semua harus fokus mengakhiri pandemi ini,” ujarnya. Ia menyerukan agar semua secara bersama-sama berupaya keras mengakhiri pandemi Covid-19 pada tahun depan.
Sehubungan dengan itu, pemerintah kota London sudah mengumumkan pembatalan perayaan Tahun Baru di Lapangan Trafalgar yang semula disiapkan untuk 6.500 warga. Pemerintah kota Paris dan Pemerintah Jerman melakukan hal serupa. Mereka membatasi pesta-pesta privat serta menutup kelab malam. Maroko juga melarang perayaan Tahun Baru.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tidak berencana memperketat kebijakan pembatasan. Ia hanya berjanji akan terus memantau perkembangan situasi. Sementara Ratu Inggris Elizabeth II membatalkan rencana menghabiskan Natal di kediaman Sandringham. Ratu yang berumur 95 tahun itu memutuskan tinggal di Windsor Castle saja.
Berbeda dengan negara-negara di Eropa yang lain, Belanda sudah mengambil langkah tegas dengan memberlakukan lockdown selama Natal. Ada kekhawatiran Omicron akan merajalela di Eropa pada pertengahan Januari 2022. Uni Eropa sudah menggenjot program vaksinasi dan dosis penguat untuk melindungi warganya dengan vaksin Novavax, Pfizer, Moderna, AstraZeneca, dan Johnson & Johnson. Uni Eropa sudah memesan 200 juta dosis Novavax yang diharapkan lebih ampuh melindungi diri dari Omicron.
Varian Omicron ini diidentifikasi pertama di Afrika Selatan pada bulan lalu dan kini sudah menyebar ke sekitar 90 negara. Kalangan ilmuwan masih mempelajari varian ini. Sejauh ini, baru diketahui bahwa Omicron ini punya daya sebar yang lebih cepat ketimbang varian-varian Covid-19 sebelumnya.
Namun, belum diketahui apakah varian ini bisa menyebabkan sakit yang lebih parah atau tidak. Studi awal menyebutkan, dibutuhkan dosis penguat bagi yang sudah menerima vaksin agar lebih efektif melindungi diri dari Omicron. Vaksin masih diyakini sanggup melindungi diri dari sakit yang parah hingga kematian.
”Kita semua bisa saja terinfeksi Omicron. Pasti akan bisa tertular kalau kita beraktivitas di masyarakat dan hidup seperti biasa. Karena itu, vaksinasi penting,” kata pakar kesehatan di Pusat Keamanan Kesehatan di Johns Hopkins, Amesh Adalja.
Kepala Institut Penelitian Patologi Translasi Scripps Eric Topol mengatakan, kasus Omicron menyebar cepat di negara-negara lain. Demikian pula di AS. Hanya saja, penambahan kasus dalam waktu sangat pendek berlangsung lebih cepat di AS.
Ia juga belum tahu seberapa berbahayanya Omicron ketimbang varian lain. ”Itu yang belum jelas, tetapi yang pasti kita harus mempersiapkan kemungkinan yang terburuk,” ujarnya.
Komisioner Kesehatan New York City, Dave Chokshi, menilai, meski kasus Omicrom meningkat tajam di AS, jumlah pasien yang harus dirawat di rumah sakit masih bisa ditangani. Ini berkat vaksin dan dosis penguat yang mencegah sakit lebih parah. ”Hanya vaksin satu-satunya pelindung. Segera saja vaksin,” kata Chokshi.
Gubernur New York Kathy Hochul menambahkan, pihaknya sedang menggenjot program tes Covid-19. Harapannya, 1 juta alat tes akan tiba pada pekan ini dan dua pekan mendatang. ”Semakin banyak orang yang akan dites dan kemungkinan akan banyak yang positif. Bagi yang positif, tolong tinggal di dalam rumah saja. Jangan ke mana-mana. Jangan ke kantor, apalagi mengunjungi keluarga,” ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)