Covid-19 varian Omicron semakin mendekati kita. Di Thailand, pertama kali tercatat kasus Omicron yang bukan merupakan kasus impor dan diakibatkan oleh penularan lokal.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
BANGKOK, SENIN — Thailand mengalami kasus pertama Covid-19 galur Omicron dari penularan lokal. Pemerintah memutuskan untuk memberlakukan karantina bagi pendatang dari luar negeri. Meskipun demikian, Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha belum mempertimbangkan untuk menutup perbatasan karena tidak mau memukul industri pariwisata yang telah terpuruk selama pandemi.
Direktur Komunikasi Departemen Pengendalian Penyakit Thailand Sumanee Wachirasan menyampaikan, kasus Omicron dari penularan lokal ini dialami seorang perempuan berusia 49 tahun. ”Ia tertular dari suaminya, seorang pilot berusia 62 tahun yang baru pulang dari Nigeria,” ujarnya seperti dikutip surat kabar Bangkok Post, Senin (20/12/2021).
Pilot tersebut menjalani tes Covid-19 setelah mendarat di Bandara Suvarnabhumi. Sambil menunggu hasil tes, ia menginap di sebuah hotel yang menerapkan metode kotak pasir (sand box). Ini adalah cara yang diambil oleh Pemerintah Thailand atas orang-orang yang datang dari luar negeri dan telah divaksin Covid-19 lengkap.
Pada metode kotak pasir, orang-orang yang baru tiba dari luar negeri tinggal di hotel yang ditentukan sembari menunggu hasil tes reaksi berantai polimerase (PCR) yang diambil di bandara selesai. Waktunya bisa satu hari hingga beberapa hari. Selama di hotel, mereka tidak wajib tinggal di kamar saja. Para tamu bebas berjalan-jalan selama di dalam wilayah hotel, termasuk kumpul-kumpul di restoran.
Hasil tes pilot tersebut negatif sehingga ia diperbolehkan pulang. Satu pekan kemudian, pilot yang telah menerima suntikan vaksin Covid-19 dosis penguat (booster) itu mengeluh demam dan sakit tenggorokan. Setelah lima hari tidak kunjung sembuh, istrinya membawa dia ke rumah sakit dan hasil tes menunjukkan positif Covid-19 galur Omicron.
Pilot itu segera dirawat inap, sementara istrinya diminta isolasi mandiri di rumah sambil menunggu hasil tes. Beberapa hari kemudian terungkap bahwa si istri juga positif Covid-19 galur Omicron walaupun tidak menunjukkan gejala. Satu kontak erat, yaitu pengemudi taksi yang mengantar pasangan ini ke rumah sakit, juga sedang menjalani isolasi mandiri dan menunggu hasil tes.
”Saat ini di Thailand ada 63 kasus Omicron. Adapun 20 kasus positif lainnya masih menunggu hasil pengurutan genomik untuk memeriksa galurnya,” kata Sumanee.
Kasus Covid-19 juga ditemukan pada jemaah yang baru pulang umrah dari Arab Saudi. Dari 31 orang, sebanyak 18 orang positif Covid-19 dan enam di antaranya mengidap galur Omicron. Secara nasional, Omicron berjumlah 3,26 persen dari kasus Covid-19 di Thailand. Akan tetapi, di Bangkok, galur ini mencapai 18,3 persen dari total kasus positif.
Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Kesehatan Masyarakat Anutin Charnvirakul mengatakan, pemerintah akan mewajibkan semua pendatang dari luar negeri melakukan karantina penuh selama dua pekan di hotel, baik berupa metode kotak pasir maupun hanya boleh di kamar. Selama ini, pendatang yang sudah divaksin lengkap hanya perlu menginap di hotel sambil menunggu hasil tes keluar. Cara ini akan ditiadakan.
”Galur Omicron ini masih terus kami pantau perkembangannya. Sejauh ini terbukti sangat cepat menyebar sehingga kita harus bisa mengendalikannya,” kata Anutin.
Pasien pertama kasus Omicron di Thailand adalah seorang laki-laki berusia 35 tahun asal Amerika Serikat. Ia sudah dinyatakan sembuh dan keluar dari rumah sakit. Akan tetapi, pemerintah masih terus memantau perkembangannya selama sepekan mendatang.
Adapun PM Prayut Chan-o-cha, seperti dikutip surat kabar Bangkok Herald, belum mempertimbangkan untuk menutup perbatasan Thailand. Saat ini, jumlah kasus positif harian masih berkisar 3.000-4.000 kasus. Menurut Prayut, jika kasus mencapai 50.000 per hari, baru karantina total diberlakukan.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Omicron terdeteksi di 77 negara. Galur ini relatif tidak menginfeksi separah Delta meskipun penularannya lebih cepat. Kendati demikian, WHO mengimbau setiap negara meningkatkan kewaspadaan. Kasus kematian akibat Omicron yang pertama terjadi di Inggris dua pekan lalu. (REUTERS)