Pertemuan melalui telekonferensi antara Biden dan Putin direncanakan berlangsung pekan depan. AS berharap keterlibatan secara langsung akan menurunkan ketegangan ketika hubungan dengan Rusia berada di titik terendah.
Oleh
Fransisca Romana Ninik
·3 menit baca
WASHINGTON, SABTU — Hubungan Amerika Serikat dan Rusia memanas terkait isu pengerahan pasukan di perbatasan Ukraina. Presiden AS Joe Biden, Jumat (3/12/2021) malam waktu setempat atau Sabtu WIB, menyatakan akan mempersulit langkah Rusia jika akan menginvasi Ukraina. Sementara Moskwa menuding Ukraina dan AS bermain api dan memicu ketidakstabilan.
”Saya sedang menyusun rangkaian inisiatif yang saya yakini paling komprehensif dan penuh arti untuk membuat (Presiden Rusia Vladimir) Putin sangat, sangat sulit meneruskan, dan melakukan hal yang dikhawatirkan banyak orang,” kata Biden, tanpa memberi rincian.
”Kita tahu tindakan Rusia selama ini, dan perkiraan saya, kami akan berdiskusi panjang dengan Putin,” lanjutnya.
Pertemuan melalui telekonferensi video antara Biden dan Putin direncanakan berlangsung pekan depan. Para pejabat tengah mengatur pembicaraan setelah pertemuan terakhir kedua presiden pada Juli. Kremlin menyatakan waktu telekonferensi masih tentatif dan menanti Washington menyelesaikan persiapan.
”Kami ingin jalur komunikasi terbuka dengan Rusia, terutama di masa ketegangan, penting untuk memiliki saluran dialog ini,” kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS, yang tidak mau disebutkan namanya.
AS berharap keterlibatan secara langsung akan menurunkan ketegangan ketika hubungan kedua negara berada di titik terendah sejak berakhirnya Perang Dingin dan bubarnya Uni Soviet.
Ketegangan AS-Rusia memuncak setelah muncul laporan intelijen yang menyebutkan Rusia mengerahkan lebih dari puluhan ribu tentara di perbatasan Ukraina. Temuan intelijen terbaru memperkirakan Rusia berencana menerjunkan hingga 175.000 tentara, separuh di antaranya telah ditempatkan di berbagai titik sepanjang perbatasan dengan Ukraina.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengutip laporan intelijen yang menyebutkan militer Moskwa kemungkinan akan menyerang wilayahnya pada akhir Januari 2022. Ia menyatakan, periode pelatihan musim dingin telah dimulai di Rusia. Mokswa juga telah menggelar latihan militer di dekat teritorial Ukraina.
Menurut Rusia, langkah itu diambil menanggapi upaya Ukraina untuk bergabung dengan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Kremlin, Jumat, menyatakan, Putin akan mengupayakan jaminan yang mengikat tentang ekspansi NATO dalam pembicaraan dengan Biden. Sebelumnya Putin menyebutkan, AS melanggar garis merah dengan perluasan NATO ke wilayah timur Eropa.
Menanggapi hal itu, Biden mengatakan, ”Saya tidak menerima garis merah siapa pun.”
Meskipun Biden dan Putin meningkatkan kontak, terlebih setelah keduanya bertemu untuk pertama kalinya pada Juni lalu di Geneva, Swiss, ketegangan antarkedua negara tetap tinggi. Selain konflik di Ukraina, Rusia dan AS terus beradu argumen tentang serangan siber dan penempatan staf diplomatik di kedutaan besar masing-masing.
Ketegangan di Ukraina kali ini dikhawatirkan bisa berujung pada konflik terbuka. Para pejabat dan mantan diplomat AS mengungkapkan, Putin jelas meletakkan dasar untuk memulai invasi. Namun, militer Ukraina kini lebih siap dan dipersenjatai lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Belum lagi ancaman sanksi dari negara-negara Barat bisa memberikan dampak serius pada perekonomian Rusia. Tidak jelas apakah dengan konsekuensi itu Putin tetap meneruskan niat untuk melakukan serangan berisiko tersebut. (AP/AFP/REUTERS)