Tanggung jawab besar berada di pundak Rusia dan AS. Sangat diharapkan energi besar dua negara itu difokuskan untuk membuat dunia lebih sehat, aman, dan sejahtera.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Di tengah perseteruan yang seolah tak memiliki titik temu, Rusia dan Amerika Serikat mengirim menteri luar negeri mereka untuk berdialog.
Hubungan Rusia-Amerika Serikat (AS) sekarang dinilai berada di titik terendah, termasuk dibandingkan dengan era Perang Dingin yang saat itu ditandai dengan persaingan Uni Soviet-AS. Setelah Uni Soviet bubar pada awal 1991, Rusia memang menjadi ”penerus” negara itu.
Presiden AS Joe Biden menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai pembunuh yang tentu membuat berang Moskwa. Balasannya, Putin menyampaikan bahwa seseorang bisa menyebut orang lain pembunuh karena ia juga pembunuh.
Selain itu, AS juga menuduh Rusia berada di balik peretasan terhadap sistem komputer di sejumlah instansinya. Pemerintahan Biden tak ketinggalan menyebut memiliki bukti bahwa Rusia berupaya memengaruhi pemilu di AS.
Berbagai sanksi pun dijatuhkan AS terhadap Rusia. AS mengusir diplomat Rusia serta menjatuhkan sanksi dengan memasukkan 32 perusahaan dan individu ke daftar hitam, antara lain, karena peretasan dan aksi di Ukraina. Di sisi lain, Rusia membantah mencampuri pemilu AS, melakukan peretasan, dan meracuni tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny. Menurut Moskwa, relasi tak menggembirakan kedua negara dipicu sikap Washington yang tak menghormati Rusia.
Meski demikian, dua negara utama pemilik senjata nuklir itu menyadari komunikasi harus tetap dijalin. Perbedaan besar dan persaingan sekeras apa pun tak boleh menghambat komunikasi. Prinsip ini pula yang melandasi pertemuan pejabat Washington dengan Beijing beberapa waktu lalu di Alaska, AS. Saat itu, di tengah persaingan mereka, China dan AS membahas kerja sama dalam isu perubahan iklim.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov bertemu dengan Menlu AS Antony Blinken di Eslandia, Rabu (19/5/2021) silam. Pertemuan digelar di sela-sela sidang Dewan Arktika yang beranggotakan delapan negara. Lavrov saat itu mengakui ada pemahaman di antara AS-Rusia tentang kebutuhan untuk mengatasi situasi yang tak sehat dalam hubungan mereka. Meskipun begitu, kedua pihak sama-sama melihat ada berbagai isu mengganjal yang sangat tak mudah dijembatani.
Dunia menyambut gembira pertemuan kedua menlu karena mengisyaratkan AS dan Rusia bersedia membuka diri dan mencari peluang kerja sama, apalagi mereka menyiapkan pula pertemuan pemimpin negara. Dengan kekuatan kedua negara yang besar, kerja sama mereka akan berdampak positif luas.
Ada banyak penyelesaian isu yang sangat ditentukan relasi AS-Rusia, seperti konflik di Timur Tengah, keamanan kawasan, dan terorisme. Kerja sama keduanya dapat membantu penanganan pandemi Covid-19, terutama penyediaan vaksin dan peningkatan kesejahteraan di banyak negara miskin. Tanggung jawab besar berada di pundak Rusia dan AS. Sangat diharapkan energi besar dua negara itu difokuskan untuk membuat dunia lebih sehat, aman, dan sejahtera.